Cari Blog Ini

Senin, 04 April 2016

Utovertia – Chapter 15 “The West Fortune”



***

Raven’s Heart Room BGM : https://www.youtube.com/watch?v=hx102NjYwqk  (Quiet Water)

“Huh?”

Semuanya nampak bewarna hitam bagi Nevermore. Ia tahu, itu terjadi karena ia menutup kedua matanya.

“Apakah aku sempat tidak sadarkan diri?”

Nevermore berusaha mengingat kembali dengan hal yang terakhir terjadi menimpanya. Setelah beberapa lama menit berlalu, akhirnya Nevermore mengingatnya. Dia dan Raven sedang berhadapan dengan naga yang mengamuk di kota Amaryliss. Saat itu Raven terkena hempasan ekor naga itu, membuat gadis itu terpental dan membentur tembok di belakangnya. Dan karena kontrak Nevermore dan Raven, Nevermore merasakan dampak serangan itu dan membuatnya tidak sadarkan diri. Dampak rasa sakitnya begitu besar karena dia hanya seekor burung.

“Itu salahku, aku terlalu lengah dan membiarkan Raven terluka….”

Nevermore sangat peduli terhadap Raven, sebagai hewan kontraknya. Dia akan melindungi Raven dan memberikan gadis itu kekuatan sesuai dengan kontrak yang sudah disepakati. Namun ia gagal, ia gagal menjalankan tugasnya, ia membiarkan Raven terluka dan meninggalkannya begitu saja. Ia mysthical beast yang payah, seperti kata Raven dulu.

Tapi ia bisa bernafas lega, Raven masih hidup. Ia tahu karena dirinya juga masih hidup. Nevermore pun membuka kedua matanya. Hal yang dia lihat adalah kegelapan, seperti ruang luas yang tidak diberi penerangan. Dan dia berdiri di atas sebuah tiang yang tinggi. Ini adalah ruang hati Raven. Ketika Nevermore tidak di luar menemani Raven, maka ia akan berada disini karena kontrak.

Semuanya terlihat kecil di atas sana, karena sesungguhnya bentuk asli Nevermore adalah monster gagak raksasa dengan sebuah tengkorak kepala burung yang menutupi wajahnya. Wujud ini hanya ia miliki ketika di dalam ruang hati Raven.

“Hm… lega rasanya ruangan ini tidak berubah sama sekali, mungkin sebaiknya aku cepat melihat keadaan Raven…- Huh?! Sejak kapan ada pintu itu?!”

Nevermore terkejut ketika melihat dua buah pintu di depannya. Pintu itu harusnya hanya ada satu, karena pintu itu menggambarkan hati Raven. Jika ia masuk ke sana, ia dapat melihat semua hal tentang Raven, hal itu dapat kenangan, ingatan atau hal yang disukai gadis itu. Namun sekarang ia tidak bisa masuk ke sana, karena Raven belum sepenuhnya membuka hatinya pada Nevermore.

Tapi ini merupakan masalah yang besar, Nevermore selama ini tidak pernah melihat pintu itu. Dan pintu itu menandakan ada orang lain yang berada disini selain dirinya. Tanpa berpikir panjang Nevermore segera terbang ke atas menemui Raven. Langit-langit ruangan itu merupakan jalan keluar dari ruang hati milik Raven. Saat ia keluar dari sana, tubuhnya menyusut menjadi ukuran gagak yang normal, seperti biasanya.

“Oh, Nevermore kau sudah sadar? Aku bersyukur kau tidak apa-apa.”

Salam hangat dari Raven langsung menyapanya ketika keluar dari ruang tersebut. Nevermore sedikit kebingungan, ia segera menganalisa keadaan sekitar. Sekarang Raven bersama Luciel berjalan di jalan setapak yang ada di hutan.

“Ada apa Nevermore? Tidak biasanya kau diam saja….”

“Raven, apa yang terjadi dengan naga itu?”

“Ah, ceritanya panjang… entah kenapa aku bisa mengalahkannya lalu tiba-tiba kami menjadi teman. Pasukan kerajaan lalu muncul dan mengurus sisanya. Kurang lebih seperti itu.”

“Aku mengerti…. Senang dirimu baik-baik saja.”

Nevermore tidak perlu membutuhkan detail lebih lanjut, bagi dirinya, Raven selamat dan berhasil melaksanakan apa yang gadis itu inginkan sudah cukup baginya.

“Nevermore, maafkan aku… kau sudah membuatmu terluka dan menjadi seperti itu…”

“Tidak, ini semua salahku. Harusnya aku yang menjagamu dan aku gagal saat itu.”

“Apa kau tidak apa-apa? Serangan yang lalu itu membuatmu pingsan dan tidak sadarkan diri.”

“Tidak apa-apa, aku ini Mysthical Beast, memiliki fisik yang lebih kuat dari manusia biasa. Dan aku sempat lengah saat itu.”

“Oh….”

Nevermore senang Raven mengkhawatirkan dirinya. Gadis itu perlahan berubah dari gadis yang sinis menjadi gadis yang baik padanya. Nevermore bersyukur karena terdapat perkembangan antara mereka berdua. Awalnya ia sempat khawatir jika Raven terus menolaknya, maka kontrak mereka akan terputus dengan sendirinya. Nevermore membutuhkan Raven untuk mendapatkan tubuh yang sempurna dan Raven membutuhkan kekuatannya, ini merupakan simbiosis mutualisme. Memikirkan hal itu, Nevermore sempat melupakan tujuan utamanya keluar dengan tergesa-gesa tadi.

“Ohya, Raven. Apa kau tidak apa-apa?”

“Huh? Apa maksudmu?”

“Apa kau tidak merasa aneh pada dirimu atau semacamnya? Atau ada sesuatu terjadi padamu ketika melawan naga itu?”

“Huh? Aku rasa tidak…. Kenapa kau mempertanyakan hal itu?”

“Tidak apa-apa, hanya ingin bertanya saja.”

Berarti Raven sendiri tidak menyadari kalau ada orang lain di tubuhnya. Nevermore pun berpikir mungkin dirinya harus memeriksa pintu itu lebih lanjut ketika ia selesai mengawasi Raven. Kemungkinan yang ada di pintu itu banyak, bisa kekuatan atau kenangan, namun pastinya itu bukan milik Raven.

“Ngomong-ngomong Raven, sekarang kita akan pergi kemana?”

“Kerajaan Fortune Barat. Luciel akan melanjutkan latihannya disana.”

“Aku mengerti…. ”

Nevermore langsung masuk kembali ke ruang hati Raven dalam sekejap mata. Ia mengkhawatirkan keberadaan pintu kedua itu, karena mungkin ada pihak ketiga yang mengancam kontrak mereka. Nevermore sekarang sudah berdiri di depan pintu itu. Pintu itu bewarna hitam dengan ukiran bunga emas, bentuknya persis dengan pintu milik Raven. Walaupun bentuknya sama, namun Nevermore tahu persis yang mana milik Raven.

Nevermore tidak tahu apakah dia bisa menghancurkan pintu itu, oleh karena itu ia sekarang membuka pintu tersebut. Namun saat hendak mengetuk pintu itu, paruh Nevermore melewati pintu itu saat akan mengetuknya.

“Huh?!”

Nevermore terkejut, tubuhnya terdorong ke depan karena kehilangan keseimbangan. Namun seluruh bagian tubuhnya menembus pintu itu seolah pintu itu tidak berada disana, seperti hanya sebuah banyangan.

“Apa maksudnya ini…. Aku tidak habis mengerti…. Apakah pintu ini cuma bayangan dari pintu Raven?”

Nevermore kembali bergerak melewati pintu, untuk memastikan sekali lagi. Dan benar saja, seluruh bagian tubuhnya menembus pintu itu.

“Aku… tidak mengerti….”

Tapi jika Raven tidak mengalami masalah pada dirinya, maka kemungkinan pintu ini tidak berbahaya. Dan itu sudah cukup baginya. Raven adalah prioritas utama, jika dia tidak mengalami masalah, maka Nevermore bisa tenang. Untuk sementara, Nevermore akan mengabaikan keberadaan pintu tersebut.

Saat Nevermore mulai sedikit agak tenang, tiba-tiba ia merasakan dunia tempat ia berada sekarang terguncang seperti terkena gempa bumi. Itu adalah tanda sesuatu terjadi pada Raven. Nevermore pun bergegas keluar dari dalam tubuh Raven. Saat ia diluar, sesuatu mengejutkan telah terjadi. Tubuh Raven tergeletak di tanah, dan kedua mata gadis itu terpejam tidak sadarkan diri.

“Awawawa!? Ra-Raven?! Apa yang terjadi?! Raven, bangunlah!!”

Hal itu tidak hanya mengejutkan Nevermore, Luciel pun terkejut dan ia menjadi panik. Gadis kecil itu mengguncang tubuh Raven, namun tidak ada respon dari Raven.

“Apa maksudnya ini…. Raven! Kau mendengarku?!”

Nevermore berusaha mengajak bicara Raven yang tidak sadarkan diri, namun itu hal yang bodoh. Tentu saja Raven tidak membalas. Ia sempat mengira kalau Raven sedang mengerjai Luciel, namun itu mustahil karena Raven bukan tipe orang yang humoris. Nevermore pun segera melihat sekeliling, menemukan petunjuk yang menyebabkan Raven jatuh pingsan tiba-tiba. Namun nihil.

“O-oi! Kau! Nurse Angel! Apa yang terjadi pada Raven?! Katakan padaku!”

Namun Luciel tidak menjawab. Tentu saja, Nevermore lupa kalau eksistensinya tidak dapat dilihat oleh orang lain. Hanya Raven saja yang dapat melihat dan mendengar suaranya. Hal ini membuat Nevermore tidak berpikir jernih. Ia mulai memikirkan segala kemungkinan mereka akan diserang pada saat kondisi ini. Nurse Angel itu tidak bisa diandalkan jika dalam bertarung, dia hanya untuk support. Dan dia tidak bisa mengeluarkan kekuatannya jika Raven tidak sadarkan diri. Ini merupakan hal buruk bagi Nevermore.

***
“Bangunlah,-----”

“Uuuuh?”

Di tengah kilauan cahaya putih yang terang, Raven mendengar sebuah suara perempuan yang lembut. Suara itu mengingatkannya pada sesuatu, tapi ia tidak dapat mengingatnya. Namun saat mendengar suara tersebut, Raven merasa sedih yang bercampur dengan rindu. Seakan suara itu adalah milik seseorang yang sangat penting bagi Raven.

“Uuu—aaaa….”

Raven berusaha mengeluarkan suara, namun yang keluar tidak sesuai dengan keinginannya. Yang keluar dari mulutnya malah suara tidak karuan.

“Ah, kau manja sekali sini… mama gendong.”

Mama? Apakah itu suara ibunya? Namun Raven tidak bisa melihat apapun di tengah kilatan cahaya itu. Sampai sebuah siluet tangan perlahan mendekati wajahnya, membuat Raven tersadar.

“Hawa?! Raven! Syukurlah, kau sudah sadar!”

Saat gadis itu membuka kedua matanya, hal yang pertama dia lihat adalah Luciel dengan mata berair yang memeluknya dengan erat. Raven sempat terkejut melihat kejadian yang tiba-tiba itu.

“E-eh? Luciel?”

“Hwaa….. Kau membuatku takut, Raven! Tapi-tapi-tapi…. Syukurlah kau tidak apa-apa….”

Raven dapat merasakan pundaknya basah karena air mata Luciel. Raven kebingungan dengan apa yang terjadi. Hal yang terakhir ia ingat adalah ia dan Luciel sedang jalan kaki pada jalan setapak dalam perjalanan menuju kerajaan Fortune Barat.
“Luciel…. Apa yang terjadi?”

Mendengar pertanyaan Raven, Luciel melepaskan pelukannya dan mengusap air matanya. Gadis kecil itu sepertinya berusaha menenangkan dirinya sebelum menjelaskan hal itu pada Raven.

“Raven tadi pingsan tiba-tiba… itu membuatku terkejut. Walaupun panik, aku berusaha mengobati Raven, tapi tidak ada hasil sama sekali… Aku sempat bingung harus bagaimana….”

“Ah…. Begitu, sepertinya terlalu aku memaksakan diri…”

“Eh? Maksud Raven?”

“Ti-tidak, bukan apa-apa.”

Raven tidak ingin membuat Luciel khawatir. Sebenarnya Raven merasakan rasa sakit yang luar biasa saat selesai menggunakan Tuning di hari ia menyelamatkan Frostfilia. Awalnya tidak terlalu sakit, namun semakin hari berlalu, rasa sakit itu semakin menjadi. Walaupun Raven berusaha menahannya, tidak memberi tahu siapapun agar tidak khawatir padanya. Dan sepertinya tadi adalah batasnya, tapi Raven bersyukur, rasa sakit itu sudah tidak terasa lagi sekarang. Mungkin hal yang ia butuhkan adalah istirahat yang cukup.

“Tapi untung saja, kakek yang baik ini datang dan memberi tumpangan untuk pada kita.”

Raven langsung menoleh ke kursi depan tempat biasanya pengemudi duduk untuk mengatur laju kuda yang menarik kereta. Disana terdapat seorang laki-laki tua, dapat dilihat dari kulitnya yang mengkriput dan rambutnya yang putih. Laki-laki itu mengenakan pakaian kusam dan topi seperti petani. Kakek tua itu menoleh ke arah Raven dan tersenyum.

“Syukurlah kau tidak apa-apa, gadis kecil. Untung saja kakek lewat tadi.”

“Ah, terima kasih… ngomong-ngomong kakek siapa?”

“Dia adalah kakek George. Kakek ini adalah penduduk kota Amaryliss.”

Luciel menyela di tengah percakapan mereka berdua.

“Ha ha ha… benar sekali. Kakek juga sudah mendengar tentangmu dari Luciel. Kau Hero Candidate yang memperingatkan orang-orang kota saat itu kan… Kakek berterima kasih padamu. Memang kota kita hancur karena naga itu, namun berkat peringatanmu… tidak ada satu orang yang terluka. Nyawa itu lebih berharga daripada materi….”

“Ah, kakek terlalu memujiku… aku hanya melakukan tugasku sebagai Hero Candidate…”

Raven tidak biasa menerima pujian, jadi mendengarnya langsung membuatnya sedikit agak malu. Namun kakek itu tertawa melihat reaksi Raven.

“Ha ha ha… anak muda sekarang memang bersemangat. Kakek suka itu.”

“Ohya, ngomong-ngomong apa yang kakek bawa ini?”

Raven penasaran melihat beberapa kotak di atas kereta yang terletak di dekatnya.

“Buah dan sayuran dari kota Amaryliss. Kakek sudah biasa mengantar stok ke kerajaan Fortune Barat. Untung saja naga itu tidak merusak semuanya, ha ha ha.”

“Tahukan Raven? Kerajaan Fortune Barat adalah kerajaan yang terkenal dengan sastra dan seni. Jadi di kerajaan itu hanya menjual benda yang menyangkut sastra dan seni. Bahkan Head Knight disana aku dengar adalah sang master dari seni.”

Luciel menimpali.

“Ha ha ha. Anak ini pintar. Karena hal itu lah, biasanya kerajaan Fortune Barat membeli stok makanan dari desa atau kota luar. Dan tidak segan mereka membayar kami dengan harga yang cukup tinggi, kerajaan Fortune Barat memang kerajaan yang membawa berkah sesuai namanya!”

“Tunggu, bagaimana bisa mereka kaya hanya dengan menjual barang seni? Aku rasa bukannya menjual makanan yang merupakan kebutuhan sehari-hari lebih banyak mendatangkan keuntungan?”

Raven bingung, tidak semua orang akan membeli sastra dan seni seperti lukisan atau patung karena harganya pasti sangat mahal. Jadi bagaimana bisa kerajaan Fortune Barat bisa menjadi kerajaan yang kaya?

“Biasanya para bangsawan suka datang dan membeli barang disana, selain itu juga terdapat para Magic Caster yang ingin membeli kitab sihir disana. Seni tidak terbatas hanya pada keindahan untuk mata. Kau kelihatannya belum pernah kesana ya, gadis kecil? Bersiaplah untuk terkejut nanti, ha ha ha.”

“Ah, begitu kah….”

Suasana kembali berubah hening. Raven menoleh ke samping untuk melihat barisan pohon yang ia lewati. Sudah lama ia tidak naik transportasi, biasanya ia selalu jalan kaki. Melihat pemandangan dengan santai seperti ini tidak terasa buruk juga bagi Raven. Tidak lama kemudian Nevermore muncul di depannya, menghalangi pandangannya.

“Hei, Nevermore… kau menghalangi pemandangannya….”

“Oh, maafkan aku. Aku sangat khawatir, sebenarnya aku ingin keluar dan menanyakan ini dari tadi. Tapi kau tadi asik bicara jadi aku terpaksa menunggu… Raven, apa kau tidak apa-apa?”

Tentu saja Nevermore pasti mengkhawatirkannya juga, jadi Raven memutuskan untuk berbohong karena sudah tidak ada masalah dengan tubuhnya. Jadi tidak perlu membuat orang lain khawatir berlebihan.

“Ya, tidak apa-apa. Tadi aku cuma kelelahan saja.”

“Apa kau yakin?”

“Humph.”

“Tidak ada yang aneh atau ada rasa sakit?”

“Tidak ada.”

“Apa kau benar-benar Raven?”

“Pertanyaan macam apa itu…. Tentu saja aku benar-benar Raven, apa kau mau aku memukulmu seperti dulu?”

Raven mulai kesal dengan pertanyaan Nevermore yang menganggunya.

“Kau benar-benar Raven. Baiklah, jika kau sudah tidak apa-apa, aku tidak akan menganggumu lagi.”

Tubuh Nevermore pun berubah menjadi asap yang kemudian masuk ke dalam tubuh Raven. Gadis itu dulunya selalu merasa tidak nyaman ketika Nevermore melakukan itu di hadapannya, berubah menjadi asap lalu masuk ke dalam tubuh, orang biasa pasti akan ketakutan seakan mereka sedang dirasuki sesuatu. Tapi sekarang Raven tidak mempermasalahkan hal tersebut, mungkin karena sudah biasa.

***
“Oke, gadis kecil. Kita sudah sampai di kerajaan Fortune Barat.”

Raven langsung menoleh ke arah depan. Dari sana ia sudah dapat melihat gerbang besar kerajaan Fortune Barat ditambah dinding kokoh yang mengelilinginya.

“Woah….”

Raven kagum dengan struktur ornament dan ukiran yang menghiasi pada permukaannya. Bahkan ada beberapa patung menghiasi di atas dinding megah itu. Seakan Raven sedang mengunjungi istana suci milik para malaikat, dekorasinya sangat mewah dibandingkan dengan kerajaan Grace Utara.

“Kita sudah sampai Luciel, setidaknya kita sampai sebelum waktu malam.”

Raven tersenyum sambil menoleh Luciel di sampingnya. Luciel juga membalas senyuman Raven dengan miliknya, namuns senyuman itu hilang, digantikan oleh rasa cemas.

“Ah, soal itu Raven…. Ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu….-”

“Huh? Ada apa ini?”

Suara kakek yang tiba-tiba membuat Raven dan Luciel terkejut dan menoleh ke arah kakek tersebut. Kereta yang mereka naiki ternyata dihentikan tiba-tiba oleh dua orang Knight yang berjaga di gerbang kerajaan. Raven menyadari kalau kereta lain yang sama dengan mereka juga dihentikan oleh para Knight yang berada disana, jumlah mereka sangat banyak, sepertinya mereka melakukan penyelidikan atau sesuatu. Hal itu entah kenapa membuat Raven tidak merasa nyaman.

“Maafkan kami, kakek. Akan ada pemeriksaan sebelum bisa masuk ke dalam kerajaan Fortune Barat.”

Ucap salah satu Knight yang menghentikan kereta kakek itu.

“Huh? Pemeriksaan? Biasanya aku lewat sini tidak pernah ada pemeriksaan.”

“Kami hanya ditugaskan oleh Head Knight, akan ada pemeriksaan untuk setiap benda dan orang yang masuk ke dalam kerajaan untuk keamaan.”

Di saat kakek dan Knight itu tengah berbincang, salah satu dari mereka menghampiri Raven dan Luciel.

“Siapa kalian? Boleh aku tahu nama kalian dan asal kalian?”

“Hawah? A-aku Luciel Angeline, seorang Nurse Angel…. Aku sedang-”

“Oh! Nona Luciel. Maafkan aku atas kelancanganku. Sudah saatnya anda datang, Yang Mulia Adriel sudah menunggu anda di dalam. Silahkan.”

Knight itu memberi pose untuk membiarkan gadis kecil itu masuk. Namun mendengar nama Yang Mulia Adriel dan Luciel yang dipanggil Nona oleh seorang Knight, seolah Luciel adalah orang terhormat. Walaupun Raven tahu Luciel adalah seorang malaikat, tapi Luciel tidak pernah dilakukan sehormat ini bahkan ketika di kerajaan Grace Utara. Hal itu benar-benar mengganggunya.

“Ah, maafkan aku Raven. Aku harus pergi.”

Luciel langsung turun dari kereta. Gadis itu nampak tergesa-gesa lalu segera berlari masuk ke dalam gerbang.

“Ya, semoga kau berhasil dengan latihanmu!”

Luciel tidak menoleh atau menjawab ucapan Raven. Raven berpikir mungkin latihan Luciel sudah ditentukan dan sekarang dia sudah terlambat menjalankan latihannya. Dan Raven menyalahkan dirinya sendiri karena menghalangi Luciel untuk pelatihannya. Tapi pikiran Raven langsung dibuyarkan oleh Knight tadi yang kini menghampirinya.

“Bisakah aku tahu siapa kau? Namamu dan asalmu?”

“Ah! Aku seorang Hero Candidate, namaku Raven N. Genesis. Asalku-…”

Raven agak ragu ketika ditanyakan soal asal, sudah lama ia keluar dari rumah yatim piatu dan ia tidak ingin mengingat masa kelamnya itu. Namun Knight itu nampak terkejut sebelum Raven menyelesaikan ucapannya.

“Ka-kau Raven N. Genesis?”

“Eh? I-iya.”

“Bisakah aku melihat Hero Sealmu?”

Raven langsung melipat pergelangan jaketnya untuk menunjukkan Hero Seal miliknya yang ada pada lengan kirinya.

“Oh, ternyata itu benar kau… Hei!”

Knight itu memanggil salah satu temannya.

“Beritahu tuan Caprico segera.”

“Baik!”

Knight yang dipanggil tadi langsung berlari masuk ke dalam gerbang dengan tergesa-gesa. Hal itu membuat Raven penasaran.

“Maafkan aku sudah membuatmu menunggu, nona Raven. Tapi selamat datang di kerajaan Fortune Barat.”

Raven pun turun di kereta dan hendak diantar ke dalam gerbang oleh salah satu Knight. Namun ia segera berbalik setelah mengingat suatu hal yang penting.

“Kakek! Bagaimana denganmu?!”

Raven bertanya pada kakek yang mengantarnya tadi dengan kereta, laki-laki itu masih berbincang dengan Knight tadi seperti merundingkan sesuatu. Menyadari ia dipanggil, kakek itu menoleh ke arah Raven lalu tersenyum.

“Lanjutkan saja petualanganmu gadis kecil! Jangan biarkan kakek ini menghalangi!”

Raven mengangguk setelah mendengar balasan dari kakek itu, dan langsung berlari menuju ke dalam gerbang. Saat masuk ke dalam, Raven disambut oleh bangunan yang mewah dan besar berjajar di sekelilingnya, orang-orang yang mengenakan pakaian rapi. Itu membuat Raven merasa lain sendiri karena pakaiannya sederhana.

“Tidak masalah…. kau akan mudah berbaur disini.”

“HUWAAA?!”

Raven terkejut ketika suara seseorang tiba-tiba muncul di sampingnya, ternyata itu adalah gadis kecil mengenakan jaket hoodie anjing bewarna merah muda dan Raven sangat mengenali siapa gadis ini, Hare Labrador.

“Hare, sejak kapan kau….”

“Sudah dari luar gerbang sebenarnya…. Hanya kau saja yang tidak peduli dengan sekitar….”

“Ugh… kau juga tidak datang dengan tendangan tiba-tiba seperti biasa.”

“Kekerasan dilarang di lingkungan kerajaan, bahkan dengan Villain Seal…. Begitu juga dengan keberadaan Iblis….”

“Huh? Aku tidak pernah tahu soal itu.”

“Semakin dikit kau tahu… semakin bagus… Raven, dunia ini lebih rumit dari kelihatannya….”

Raven kebingungan dengan pernyataan Hare. Dia berbicara seolah seperti orang dewasa yang bijak, tapi Raven tahu kalau ia hanyalah seorang gadis kecil yang punya masalah soal kepribadian. Sudah terlalu banyak kenangan buruk yang Raven alami ketika bertemu dengan Hare.

“Terserah kau saja… kau juga hanya muncul ketika Luciel tidak ada. Aku berpikir apa kau takut dengan Luciel?”

“….. Kau akan menemukan alasannya segera….”

Setelah itu suasana berubah hening. Raven tahu ia tidak akan mendapatkan apa jika hanya berdiri bersama Villain Candidate di sampingnya, jadi perempuan itu memutuskan untuk pergi ke papan Quest yang ada di kota untuk mencari misi kecil yang dapat ia jalani. Sampai ketika ia menyadari orang-orang yang berada di jalannya menjauh dan perlahan menghilang dari pandangan, memberikan tempat kosong yang luas bagi Raven dan Hare.

“Loh? Ada apa ini?”

Leonardo’s BGM : https://www.youtube.com/watch?v=qLsFfjxEyNI (La Distancia Principio Un Duelo)

“Bau ini…. bau parfum yang polos, wanginya tidak terlalu kuat namun tidak terlalu lemah juga. Ah, sudah lama aku merindukan bau harum ini. Hanya ada satu gadis yang memiliki bau ini.”

Tiba-tiba terdengar suara seseorang yang menggema di lingkungan itu, dan suaranya datang dari atas. Suara yang keras dan terdengar berat, terdengar seperti suara seorang laki-laki. Namun Raven mengetahui siapa pemilik suara itu.

“Ugh… jangan-jangan…”

“Benar sekali, ini aku, Raven!”

Seorang laki-laki muncul di atas atap bangunan. Ia memiliki perawakan tubuh yang tegap namun tidak terlalu kekar. Mengenakan satu set pakaian bangsawan seperti jas, dasi, dan celana panjanga. Rambutnya berwarna pirang panjang sampai menutupi mata sebelah kirinya. Di bibirnya terdapat bunga mawar yang ia gigit, demi memberikan kesan romantis.

“Ini aku! Leonardo D. Caprico! Nah, sekarang kau sudah datang Raven…. Mari kita menikah! My Darling!”

Tiba-tiba laki-laki bernama Leonardo itu melompat dari atas dan jatuh ke bawah, arah jatuhnya tepat menuju ke Raven di bawah. Melihat itu datang, Raven mengambil kuda-kuda dengan menarik kaki kanannya ke belakang.

“Kau…. MENJAUHLAH DARIKU!!”

“GYAAA!!”

Leonardo menerima tendangan yang cukup keras di kepalanya oleh Raven. Leonardo pun terpental ke samping, membentur tembok dengan keras. Raven nampak gusar setelah mengetahui kalau suara itu milik Leonardo. Ia memiliki kenangan buruk soal laki-laki ini, bahkan lebih buruk dari Hare. Itulah kenapa Raven menendang laki-laki ini dengan penuh amarah.

“Hooo… nice kick….”

Ucap Hare menimpali sambil mengacungkan jempolnya.

***

“Ugh, punggungku sakit… aku terlalu sering menjadi orang tua sepertinya….”

Dantalian sedang meregangkan ototnya yang kaku. Dantalian tidak suka jika ia tidak dalam kondisi fit, ia harus selalu lincah dan bertenaga. Sampai tiba-tiba seseorang masuk ke dalam ruangannya. Itu adalah Hypnocatrice yang wajahnya terlihat cemas.

“Oh, ternyata itu kau, Hypnos. Ada apa kau datang menemuiku? Kau tahu kan aku belum memanggilmu?”

“Ugh-.. oh, umm… soal itu, Dantalian. Aku gagal menjalankan tugasku… naga itu berhasil diselamatkan oleh gadis berambut hitam itu. Eeer, gitu sih… aku-”

“Wahahah! Bukankah itu bagus? Rencanaku berjalan dengan lancer!”

“Eh? Begitukah?”

Hypnos terlihat kebingungan. Namun Dantalian tersenyum dengan lebar mengetahui rencananya berhasil, dan ia merasa tidak perlu memberitahukannya pada Hypnos.

“Tentu saja, paket yang aku antar sudah sampai ke penerimanya. Bagaimana aku tidak senang?!”

“Eh, oh, ah…. Kalau kau bilang begitu sih….”

“Tapi sekarang ayo kita buat huru hara ini semakin terlihat jelas. Sekarang aku punya tugas baru untukmu~”

“Huh? Apa itu?”

“Bunuh Head Knight kerajaan Fortune Barat, Leonardo D. Caprico.”

TO BE CONTINUED

Minggu, 06 Maret 2016

Utovertia - Chapter 14 "The Lone Dragon"



***
“KAU MAKHLUK MENYEBALKAN!! ENYAH KAU!! FROST BURST!!”

Naga itu memuntahkan cahaya bewarna biru dari dalam mulutnya. Raven dapat merasakan hawa dingin menusuk dari cahaya biru yang mengarah padanya itu, bahkan dari jarak yang cukup jauh. Dan ukuran semburan cahaya itu cukup besar dan mendekat dengan sangat cepat. Namun di mata Raven, tembakan itu bergerak agak melambat. Bahkan ia rasa dapat memperkirakan kapan serangan itu akan mengenainya.

Dengan mudah, Raven terbang ke samping untuk menghindari tembakan tersebut. Melakukan maneuver dengan mulus tanpa kesalahan sedikitpun. Semuanya dilakukannya tanpa sadar, seolah tubuhnya sudah diatur untuk melakukan semua ini.

“Ugh…”

Walaupun Raven dapat menghindari tembakan itu, namun hawa dingin yang dipancarkan serangan itu sangat kuat, sampai memberikan dampak tidak langsung pada Raven. Tubuhnya terasa agak membeku, namun itu tidak menghentikan lajunya untuk sampai ke tempat naga itu.

“GWAAAAARGH!!”

Naga itu kembali menembakkan semburan yang sama secara terus menerus ke arah Raven. Namun itu percuma karena Raven berhasil menghindari semuanya. Gadis itu meliuk terbang ke kiri dan ke kanan secara bergantian, seolah menari dengan kedua sayap hitam di punggungnya. Dan kali ini Raven mengambil jarak cukup jauh dalam menghindari serangan itu agar tidak terkena hawa dingin yang tajam tadi.

“MATI KAU!!”

Naga itu terus menyemburkan serangan yang sama tanpa tanda akan berhenti, namun semua itu percuma karena Raven bisa melihat semua serangan itu walaupun jarak mereka berdua perlahan mendekat. Namun tentu saja Raven tidak bisa melakukan ini terus, jika ia ingin segera mencapai tempat naga itu. Tanpa sadar, Raven memacu kecepatan terbangnya. Saking cepatnya sampai ia tidak terlihat di mata naga tersebut.

“HUH?! DIMANA DIA?! -AAAAAAAAAAARGH!!”

Naga itu mengerang kesakitan ketika cakaran hitam tiba-tiba muncul dari belakang dan melukai punggungnya. Ternyata itu Raven yang sudah berada di atasnya. Naga itu mengayunkan ekornya untuk memberi serangan balik, namun Raven melihat hal tersebut. Ia kembali memacu kecepatannya untuk terbang melewati naga tersebut ke bawah sambil mengayunkan Ravenclawnya.

“GRAAAAAAWRGH!!”

Naga itu meraung kesakitan karena terkena sayatan Ravenclaw tadi, walaupun serangan itu tidak memberi bekas pada tubuhnya. Namun entah kenapa, Raven merasakan kekuatan dalam dirinya perlahan semakin kuat setiap ia melukai naga itu. Mulai dari cakaran ketika mereka masih di bawah sampai sekarang, kekuatan dalam tubuhnya seperti terpompa. Dan nalurinya menggerakkan semua tubuhnya untuk mendapatkan yang lebih, Raven hanya mengikuti arus karena ia sendiri tidak terlalu sadar dengan yang ia lakukan sekarang.

“GAAAAAAGH!! KAU BEDEBAH KECIL!!”

“Haaaah!!”

Raven mengayunkan Ravenclaw miliknya sekali lagi, menciptakan tebasan bewarna hitam dengan bentuk seperti serangan cakar kegelapan. Serangan itu dengan telak mengenai kepala naga itu, membuat naga itu meraung kesakitan. Namun tidak ada dampak kerusakan yang terlihat, sepertinya serangannya tadi hanya memberikan sedikit pukulan.

“Bagaimana kalau begini…”

Raven mengayunkan cakarnya lagi sekali, melepaskan sayatan hitam yang melukai kepala naga itu sekali lagi tanpa memberikan kesempatan untuk naga itu melakukan sesuatu. Kali ini serangan itu memberikan luka gores pada kepala naga itu. Naga itu kembali meraung kesakitan, kali ini dengan suara yang lantang. Tapi itu pantas untuknya, bagi Raven, monster yang sudah membunuh banyak orang yang tidak berdosa itu tidak termaafkan.  

“Tolong… aku…..”

Tiba-tiba terdengar suara kecil perempuan di kepala Raven. Suara kecil itu membuat Raven tersadar sepenuhnya dan membelalakkan matanya. Bagaikan setitik air yang membangunkan Raven dari tidurnya. Saat mendengar suara itu, terbesit bayangan seorang gadis berambut putih panjang, mengenakan pakaian bewarna biru.

“Huh? Tadi itu…. Apa….”

“MATI KAU!!”

Raven lengah, ia tidak melihat naga itu berputar dan melayangkan ekornya ke arahnya. Raven yang terkena hantaman langsung terpental dan terjatuh ke tanah dengan ledakan angin yang cukup hebat. Raven membentur masuk ke dalam salah satu rumah penduduk melalui atap. Hantaman tadi cukup keras, namun tidak memberikan luka yang fatal seperti tadi, mungkin karena kekuatan Tuningnya memberikan pertahanan tubuh yang lebih.

“Seseorang… tolong aku…”

Suara itu terdengar lagi dan semakin jelas, dan bayangan gadis itu terbesit kembali dalam kepala Raven, kali ini ia terlihat duduk menangis sambil memeluk lututnya di tengah kegelapan.

“Aku… tidak mau melakukan semua ini….”

Mendengar pernyataan itu, membuat Raven berpikir. Apakah suara itu berasal dari naga tersebut dan maksud dari bayangan yang ia lihat ini  Raven kurang yakin akan hal tersebut, karena hal ini pertama kali baginya.

“Bayangan tadi itu…. Maksudnya apa….”

Semakin memikirkannya membuat Raven semakin kebingungan. Apakah tanda itu memberi syarat tertentu baginya. Semua keanehan ini semua terjadi setelah Raven mendapat kekuatan dari Nevermore, apakah ini juga termasuk bagian dari itu.

“Hey… Nevermore… apa kau mendengarku?”

Raven bermaksud menanyakan semua ini pada Nevermore, jika dia mendengar. Namun beberapa detik berselang, burung itu tidak muncul. Raven menyadari ini pasti kesalahannya karena melakukan Tuning saat Nevermore tidak sadarkan diri. Burung itu pasti masih pingsan.

“Tch… apa yang harus aku lakukan…”

Raven kebingungan apakah ia harus membunuh naga itu atau tidak. Naga itu tadi baru saja mengamuk dan membunuh banyak orang, tapi saat bersentuhan dengan naga tersebut, Raven merasakan perasaan yang lain datang dari naga itu. Seperti kesedihan, kesendirian dan putus asa karena ditelan oleh kegelapan.

“Jangan-jangan….”

Setelah dipikirkan lagi, Raven melihat keganjalan pada naga itu. Yaitu pada bola mata ketiga yang ada di dahinya. Dari semua bagian tubuh naga itu, Raven merasakan bagian mata itulah yang memancarkan aura jahat yang sangat kental seolah itu menjadi inti dari semua aura hitam pada naga itu. Dan jika benar suara dan bayangan tadi dari naga tersebut, maka mata itu pasti yang menyebabkan semua ini. Kenapa naga itu mengamuk dan suara penolakan yang ia dengar. Jika ia menghancurkan mata itu, maka kemungkinan ini semua bisa berakhir tanpa harus membunuh naga tersebut. 

“Aku-…. Akan percaya pada diriku sendiri! Akan aku selamatkan orang yang bisa aku selamatkan!”

Dengan semua pernyataan itu, Raven pun sudah memutuskan, kali ini ia hendak mencoba mendekati mata ketiga dari naga itu dan menghancurkannya. Ia segera bangun dan kembali merentangkan kedua sayapnya, terbang ke atas lalu keluar dari rumah yang sudah menjadi reruntuhan tersebut.

“Ugh…. Apa yang terjadi… tiba-tiba semuanya terasa berat…..”

Saat Raven sudah sadar sepenuhnya, ia menyadari dirinya kesusahan untuk menjaga keseimbangan tubuhnya ketika terbang. Tubuhnya tidak berjalan kembali sesuai dengan kehendaknya seperti tadi.

“DISANA KAU…. MATILAH! FROST BURST!!”

“Uwaaah!”

Raven segera menukik ke bawah. Ia berhasil menghindari tembakan itu, namun ia juga menghantam salah satu atap karena tidak bisa mengendalikan kedua sayapnya dengan baik. Raven segera bangkit dan kembali terbang.

“Oh, ayolah…. Padahal tadi bisa….”

Dengan susah payah, Raven mengepakkan kedua sayapnya agar bisa terbang mendekati naga itu. Namun ia kesusahan dalam mengatur keseimbangan tubuhnya. Dan serangan kedua kembali datang menuju ke arah Raven. Raven merendahkan tubuhnya dan mendarat ke atap untuk menghindari serangan tersebut, kemudian melompat untuk terbang kembali. Hal itu terus ia ulangi, terbang, mendarat di satu atap, lompat terbang kembali, dan mendarat di satu atap untuk menghindari semua tembakan yang dilancarkan naga tersebut.

“Oh, ayolah!!”

Raven berusaha melakukan gerakan itu lagi, gerakan cepat kilat untuk menuju naga tersebut. Namun dengan kondisi seperti ini, ia tidak tahu bagaimana cara melakukan itu lagi.

“Kenapa tidak bisa?! Tadi baru saja aku melakukannya!”

Raven mulai geram, kenapa tubuhnya tidak bergerak ketika dibutuhkan. Hal ini benar-benar membuat Raven kesal. Kejadian seperti ini selalu menimpanya, kesialan ketika semuanya tidak berjalan sesuai dengan rencana Raven.

“Uwah!”

Saat sedang merasa kesal, tiba-tiba ia merasakan hal itu kembali. Kekuatan yang merasuki seluruh tubuhnya dan perlahan memakan setengah kesadarannya. Nampaknya amarah Raven yang memicu kekuatan itu kembali mengambil tubuhnya. Namun Raven tidak boleh lengah, ia mungkin akan membunuh naga itu jika tidak bergegas. Tujuannya hanya satu, yaitu mata yang ada di dahinya.

“Ayooo!!”

Raven melaju dengan kecepatan tinggi, kali ini tubuhnya berjalan sesuai keinginannya. Ia terbang dengan cepat ke arah naga itu, bahkan ia tidak terlihat di pandangan naga tersebut.

“KAU KIRA AKU BISA TERTIPU DUA KALI?!”

Naga itu kembali menyemburkan cahaya birunya. Cahaya itu mengarah tepat padanya, nampaknya naga itu mengetahui posisi jalur Raven. Dan dalam kecepatan ini, Ia tidak sempat mengelak.

“Uwagh!”

Raven berhasil menghindari cahaya biru itu, tapi tetap saja cahaya itu menyerempet sayapnya dan membuatnya menjadi beku. Naga itu tertawa terbahak-bahak mengetahui triknya berhasil mengenai Raven. Tapi tetap saja, Raven diuntungkan dalam situasi ini karena naga itu baru saja melakukan kesalahan yang fatal. Dengan tenaga tersisa, Raven mendorong tubuhnya dengan sebelah sayapnya untuk mencapai naga tersebut yang jaraknya sudah hamper dekat.

“Kali ini kena kau, sadarlah!”

Raven meluruskan lengan kanannya, menjangkau mata tersebut dengan Ravenclaw miliknya. Saat cakarnya berhasil menggenggam mata tersebut. Tiba-tiba Raven merasakan sesuatu seperti masuk ke dalam tangannya dan sangat cepat, layaknya air yang mengalir masuk ke dalam tubuhnya.

“GWAAAARGH!!!!”

Raven berteriak karena shock, ia tidak menyadari kalau hal ini akan terjadi. Semua tekanan yang masuk tiba-tiba ke dalam tubuhnya, membuat tubuh Raven terasa berat. Hendak melepaskan tangannya dari mata itu pun tidak bisa, tubuhnya terasa menempel dengan mata tersebut. Di sisi lain naga itu juga meraung dengan keras.

“APA YANG KAU LAKUKAN MAKHLUK RENDAHAN?! KAU MENGHISAP SEMUA KEKUATANKU!! RRRRRRRRUAAAAAAAGH!!”

Menyerap kekuatan?

Apa semua tekanan besar yang masuk dan mengekang tubuhnya ini adalah kekuatan dari naga ini?

Atau ini malah kekuatan mata ketiga yang berusaha mengendalikan dirinya?

Tapi satu hal yang pasti, bagi Raven itu adalah-

“Aku tidak akan kalah dari semua ini!! Haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah!!”

Raven mengerahkan seluruh tenaganya pada genggaman tangannya, ia berusaha menghancurkan mata itu sebelum mata itu berusaha menguasainya. Dengan cengkraman yang kuat dari Ravenclaw, bola mata digenggamannya itu terlihat retak sebelum akhirnya hancur berkeping-keping menjadi asap hitam.

Raven berhasil. Naga itu meraung, nampaknya kesakitan. Ia melempar kepalanya ke kiri dan ke kanan. Sesuatu bewarna hitam keluar dari dalam tubuhnya. Raven dapat melihat perubahan warna sisik naga itu dari hitam menjadi biru emerald, warna yang cantik seperti warna mutiara.

“Ak—hirnya, berhasil-… Tch…. Si—al…..”

Raven tiba-tiba merasakan sakit yang luar biasa menyerang seluruh bagian tubuhnya. Rasa berat karena terkekang mata tadi sudah menghilang, namun Raven merasakan rasa yang lain dan itu sepertinya kelelahan. Tubuhnya tidak pernah bergerak sebanyak ini, apalagi ini pertama kali ia menggunakan Tuning dalam waktu selama ini karena biasanya hanya sampai 9 detik. Bagi Raven ini adalah pencapaian luar biasa karena ia bisa melakukan sejauh ini, namun dampaknya baru terasa sekarang.

Raven kehilangan kesadarannya karena tubuhnya sudah kelelahan. Hal terakhir yang ia lihat adalah naga itu sudah terbebas sepenuhnya dari kegelapan yang mengendalikannya. Dan Raven cukup senang dengan hal itu, walau tidak terpintas dalam pikirannya bagaimana nasibnya jika jatuh dalam ketinggian seperti ini.

***

 “Huh? Kenapa kau melakukan hal itu?”

“Padahal aku sudah memberikan kesempatan yang besar untuk membunuhnya.”

“Bukankah kau selalu bersamaku,****?”

“Kita selalu bersama, suka dan duka… Hehe, aku ingat itu…”

“Naif….”

“Benar-benar naïf…. Kau pikir dengan menyelamatkan naga itu, mereka akan menganggapmu sebagai pahlawan?”

“Tangan dibalas tangan dan mata dibalas mata, bukankah begitu,****?”

“Tapi tidak apa-apa…. Mungkin kau tidak ingat, tapi cepat atau lambat… kau akan menyadarinya, ****.”

***
“Ugh…

Raven merasakan sesuatu yang hangat perlahan mengenai tubuhnya. Tidak terlalu panas, sangat terasa nyaman diantara hawa dingin yang ia rasakan. Hal itu seperti memberi kehidupan padanya. Raven pun perlahan membuka kedua matanya yang terasa agak berat, cahaya yang menyilaukan langsung masuk ke dalam bola matanya.

“Owch… silau…”

Raven mengangkat tangannya untuk menghalangi cahaya tersebut. Raven kemudian melihat kalau cahaya itu berasal dari sebuah lubang di langit-langit yang bentuknya seperti bebatuan. Menyadari hal itu, membuat Raven segera beranjak dari tempat ia rebahan.

“Oh… kau sudah sadar, manusia….”

Raven menoleh ke arah sumber suara yang terdengar berat itu, ternyata itu adalah milik naga yang ia lawan di kota saat itu. Namun kali ini rupanya tidak seseram ketika mereka pertama kali bertemu, dia kini tampak bersahabat walaupun tubuhnya tetap saja terlihat besar dan menyeramkan bagi anak-anak. Mata ketiga di dahinya pun menghilang.

“A-aku….”

“Kau ada di dalam gunung tempat aku tinggal. Aku sengaja memilih tempat yang ada sinar mentari agar kau tidak terlalu kedinginan saat tidak sadarkan diri karena hawa tubuhku.”

Mendengar pernyataan naga itu, Raven menyadari rumput yang menjadi alas tempat ia tertidur dan beberapa bunga yang tumbuh di sekitarnya. Sementara sisi lain yang terlihat hanya bebatuan dan es yang menyelimuti. Tempat dia terbaring sepertinya benar-benar special. Tidak lama kemudian terdengar suara nyaring dari perut Raven.

“Oh, kau lapar? Aku akan menyiapkan makanan, mohon tunggu sebentar….”

“Ah, baik….”

Naga itu memutar badannya, sepertinya mengambil sesuatu di belakang. Setelah selesai, naga itu kembali memutar menghadap ke arah Raven sambil membawa macam buah-buahan dengan cara menggulingkannya di bawah menggunakan lehernya seperti tongkat.

“Makanlah, hanya ini yang aku temukan disini. Awalnya aku memilih daging hewan sekitar, tapi kalian manusia tidak bisa makan daging mentah dan aku sendiri bukan naga api untuk digunakan memasak daging mentah jadi….”  

“Ah, tidak apa-apa. Terima kasih banyak, ini sudah cukup membantu.”

Raven segera mengambil apel di dalam tumpukan buah itu lalu langsung memakannya. Apel itu cukup untuk mengganjal rasa laparnya. Namun itu tidak menolongnya dalam kondisi aneh ini. Ia tidak menyangka kalau naga ini akan menolongnya dan bahkan memberinya makan seperti sekarang. Ternyata benar dugaan Raven soal mata ketiga di dahinya pada saat ini.

Siapa yang menyangka kalau naga ini ternyata baik seperti sekarang. Namun tetap saja, suasana yang berubah sunyi membuat Raven tidak nyaman. Ini adalah salah satu kejelekannya karena tidak bisa berbicara dengan baik pada orang yang baru dikenal. Ia harus mengucapkan sesuatu, tapi tidak ada kata yang terbesit dalam pikirannya.

“Frostfilia….”

“Eh?”

“Itu adalah namaku, Frostfilia. Siapa namamu, manusia?”

“Raven… Raven N. Genesis.”

“Genesis? Nama yang aneh untuk seorang perempuan.”

“A-aku tahu itu….”

“Ah, maaf… aku telah menyinggung perasaanmu.”

“Ti-tidak apa-apa, aku sendiri agak membencinya…”

“Tapi Raven, nama yang cocok untuk gadis berambut hitam sepertimu.”

“A-ah, terima kasih….”

“Huh? Apa kau kesusahan untuk berbicara denganku seperti ini? Baiklah, bagaimana kalau aku mengganti wujudku.”

Raven ingin berkata tidak usah pada Frostfilia, namun tiba-tiba cahaya biru terang menyelimuti Frostfilia. Cahaya terang yang menyilaukan mata Raven untuk sementara. Setelah cahaya biru itu menghilang, Raven terkejut dengan apa yang dilihatnya.

Sekarang seorang perempuan berdiri di hadapannya. Umurnya sekitar 20-an, lebih tua dari Raven. Rambut birunya yang panjang dibiarkan terurai. Ia mengenakan kimono putih dengan corak motif Kristal es. Penampilannya benar-benar seperti wanita elegan dan terhormat. Namun satu hal yang membuat ia tidak terlihat manusia yaitu sayap naga di kepalanya yang terlihat seperti kuping dan ekornya pada buntutnya masih ada.

“Hwa?! Kok bisa gitu?!”

Raven terkejut, Frostfilia hanya tertawa pelan sambil menutupi mulutnya dengan lengan kimononya.

“Terkejut? Aku sudah berusaha melakukan ini mungkin sudah seratus tahun. Walaupun sayap dan ekor ini masih menganggu… kau tahu impianku selama ini adalah bisa hidup berdampingan dengan manusia tanpa ada rasa takut. Oleh karena itu aku berbuat sejauh ini sampai mempelajari ilmu merubah wujud… yah, walaupun aku sendiri tahu, ilmu merubah wujud yang sempurna itu mustahil dilakukan bahkan untuk para naga.”

“Ah, aku mengerti….”

Raven tidak bisa mengeluarkan kata yang lain. Ia ingin memuji atau menyetujui impian Frostfilia yang terdengar mulia bagi dirinya. Hidup berdampingan tanpa rasa ketakutan, pasti indah rasanya bisa hidup seperti itu tanpa harus bertarung mempertaruhkan nyawa. Tapi tidak ada satu kata pun keluar dari mulutnya.

“Ah, luka itu…”

Raven menyadari luka sayatan yang membekas pada dari dahi sampai hidung Frostfilia.

“Ah, ini bekas luka saat itu… saat kita bertempur di kota.”

“Ah, maafkan aku! Aku telah melukai wajahmu, saat itu aku-”

“Tidak apa-apa. Kalau bukan karena ini aku pasti tidak akan sadar akan perbuatanku. Lagipula aku akan menganggapnya sebagai hadiah kenang-kenangan darimu~”

Itu cara yang aneh untuk menganggap luka sebagai hadiah. Namun tetap saja Raven menyesal karena telah melakukan hal itu. Ia tidak bisa memaafkan dirinya yang terbawa emosi saat itu. Tapi penyesalan selalu datang saat ini, nasi sudah menjadi bubur. Setidaknya Frostfilia tidak merasa keberatan karena lukanya.

“Ngomong-ngomong… terima kasih Raven. Terima kasih atas segalanya. Tanpa dirimu, mungkin aku… sudah kehilangan diriku dan melakukan semua yang aku benci. Walaupun aku menyesal karena telah membunuh mereka yang di kota… aku tahu dosa yang telah aku lakukan itu tidak bisa dimaafkan…”

“Tidak, kau salah.”

“Eh?”

“Aku sudah memaafkanmu… lagipula kau tidak sengaja melakukannya.”

“Wah! Terima kasih banyak Raven, aku benar-benar menyukaimu!”

Frostfilia yang senang langsung melompat dan memeluk Raven dengan erat. Harusnya Raven merasa bahagia tapi tenaga Frostfilia begitu besar walau dalam bentuk manusia, yang dirasakannya sekarang malah tubuhnya terasa remuk oleh naga ini.

“Ugh- gugh-… Frost…- kau menyakitiku….”

“Oh! Wah! Maafkan aku… aku kebablasan tadi…”  

Frostfilia segera melepaskan pelukannya. Untung saja itu tidak membunuh Raven, namun tetap saja terasa agak sakit. Tapi hal itu segera ia lupakan karena Raven memiliki pertanyaan yang penting untuk Frostfilia.


“Ohya, aku ingin bertanya… kenapa kau bisa dikendalikan seperti itu, apa ada seseorang yang telah melakukan itu padamu?”

Karena pasti ada seseorang yang melakukan hal itu pada Frostfilia. Tidak mungkin naga baik seperti Frostfilia langsung mengamuk dan dikendalikan oleh sesuatu yang jahat begitu saja. Dan Raven tidak akan memaafkan mereka karena berani berbuat hal keji seperti itu.

“Maafkan aku…. Tapi aku tidak ingat… semuanya begitu pudar saat aku dikendalikan oleh kegelapan itu. Bahkan aku tidak ingat apa yang terakhir kali aku lakukan, maafkan aku… Raven.”

“Ah, tidak apa-apa. Aku mengerti, sepertinya mereka benar-benar ahli… untuk tidak meninggalkan jejak….”

“Setelah mengatakan itu, aku jadi takut untuk diam disini lagi….”

Rasa takut yang dirasakan Frostfilia itu dapat dimaklumi, kemungkinan orang jahat itu akan muncul lagi dan melakukan hal yang sama pada Frostfilia. Membuatnya menjadi mengamuk dan membunuh orang-orang di sekitarnya.

“Tapi aku tidak punya tempat untuk tinggal lagi…. Aku telah kehilangan kakakku ketika perang…. Aku tidak punya tempat untuk kembali….”

Raven merasa iba mendengar pernyataan Frostfilia. Pada kenyataannya mereka berdua sama, mereka berdua adalah korban dari perang. Kehilangan keluarga dan tempat tinggal. Frostfilia pasti merasa sendirian karena tinggal di tempat ini sendirian, tanpa siapapun menemaninya. Raven pasti merasakan hal yang sama jika tidak diambil oleh panti asuhan ketika usai perang.

“Bagaimana…. Kalau kau ikut bersamaku? Aku tidak tahu ingin pergi kemana sih tepatnya, cuma ingin berpetualang saja…”

“Pergi kemana angin membawamu? Kedengarannya menarik. Baiklah, aku terima tawaranmu.”

“Sebaiknya jangan! Naga itu tetap tinggal disini.”

Mendengar suara ketiga diantara percakapan mereka berdua, Raven terkejut. Mereka berdua langsung menjatuhkan pandangannya ke sumber suara tersebut. Ternyata itu adalah suara anak laki-laki berambut pirang yang mengenakan baju zirah bewarna perak berdiri di terowongan gua. Raven mengenalinya, karena hanya ada satu anak yang menjadi Head Knight di usianya, dia adalah Sheevar.

“Sheevar!? Bagaimana kau bisa disini?!”

“Raven… apa dia temanmu?”

“Ah, dia-…”

“Aku Head Knight dari kerajaan Grace Utara. Salam kenal.”

Jawab Sheevar dengan senyum hangat. Kemudian ia kembali melanjutkan perkataannya dengan wajah yang nampak serius.

“Tapi maafkan aku, Raven. Kau tidak bisa membawa naga ini keluar. Naga ini harus diam dan menerima hukuman karena kejahatan yang ia lakukan.”

Tiba-tiba pasukan memakai pakaian zirah yang jumlahnya cukup banyak muncul dari belakang Sheevar. Mereka bergerak dengan seksama dalam sebuah barisan. Tidak lama kemudian, tiba-tiba mereka berdua sudah terkepung oleh pasukan tersebut. Melihat itu, Raven segera berdiri di depan Frostfilia sambil membentangkan kedua tangannya. Ia hendak menghalangi pasukan itu untuk mendekati Frostfilia.

“Sheevar! Hentikan! Frostfilia tidak bersalah! Bukan dia yang bersalah dalam kejadian ini! Aku mohon-”

“Tenangkanlah dirimu, Raven. Kami tidak akan melukai naga itu. Dia hanya tidak boleh keluar dari tempat ini.”

“Eh?”

“Ini adalah keputusan kami. Kami tahu soal sesuatu yang membuat naga itu mengamuk tanpa kendali, oleh karena itu kami akan membuat gunung ini sebagai salah satu daerah khusus yang dijaga dengan ketat oleh kerajaan. Ini juga menghindari agar tidak ada orang yang membuat naga itu kembali mengamuk serta menghilangkan rasa khawatir pada penduduk. Dia juga akan lebih aman jika tinggal disini daripada keluar dan menjadi sasaran empuk bagi penjahat itu yang masih di luar sana.”

Raven mengerti dengan penjelasan Sheevar. Jika ia membawa naga itu pergi bersamanya, kemungkinan penduduk yang melihatnya akan ketakutan. Dan lebih buruk, jika ia tidak bisa melindunginya, maka Frostfilia akan kembali menjadi naga yang buas. Namun itu akan membuat Frostfilia seperti burung yang berada di dalam sangkar, dan Raven tidak menyukai hal tersebut.

“Tapi-… kalau begitu-”

“Tidak apa-apa Raven… aku rasa itu ada benarnya juga. Aku tidak ingin menyusahkanmu di luar sana.”

“Frostfilia….”

“Yah, aku sudah cukup senang punya teman bicara setelah seratus tahun lamanya mengurung diri disini. Walaupun rasanya begitu cepat, tapi aku tidak boleh tamak kan? Fufufu, kau juga memiliki petualangan yang menantimu di depan. Baiklah… ambil ini sebagai hadiah perpisahan dariku.”

Frostfilia memberikan sesuatu pada Raven. Itu adalah kepingan es yang berbentuk seperti sisik naga. Bentuknya yang transparan dan berkilauan dapat membuat orang mengira bahwa itu adalah berlian. Tapi ukurannya kecil, tidak sebesar sisik Frostfilia ketika dia dalam bentuk naga.

“I-ini…”

“Ini adalah sisikku, sebagai tanda persahabatan kita berdua. Jika dijadikan liontin mungkin akan bagus, hehe. Tapi jika kau meniupnya, sisik itu akan mengeluarkan suara dan aku akan segera datang ke tempatmu.”

Frostfilia langsung menoleh ke arah Sheevar.

“Tidak apa-apa, kan… tuan Head Knight?”

“Hm… aku tidak bisa melarang jika Raven dalam bahaya. Kalau begitu, Raven… gunakan benda itu dengan bijak. Kau tidak ingin menyusahkan naga itu kan?”

“Iya, tentu saja. Tapi aku penasaran… apakah ini benar-benar bisa bersuara….”

Raven mencoba meniup sisik naga yang diberikan oleh Frostfilia. Namun saat meniupnya tidak ada suara yang terdengar dari sisik itu, dan tiba-tiba Frostfilia tertawa terbahak-bahak.

“Raven, tentu saja suara itu hanya bisa didengar olehku. Lebih baik kau tidak perlu meniupnya keras-keras. Gendang telingaku agak sakit tadi…”

“Ah, maaf.”

“Baiklah Raven.”

Tiba-tiba Sheevar berjalan mendekati Raven.

“Sebaiknya kau melanjutkan perjalananmu. Kau ingin pergi menuju kerajaan Fortune Barat kan?”

“Eh? Bagaimana kau tahu?”

“Teman kecilmu yang memberi tahu, dia sudah menunggumu di luar. Dia tadi memaksa kami untuk mengajaknya. Sepertinya dia sangat mengkhawatirkanmu, cepatlah… dia menunggumu di luar goa ini.”

“Ah, itu Luciel!”

Raven langsung bergegas pergi ke arah lorong tempat Sheevar muncul tadi. Namun Raven terhenti, ia mengingat sesuatu yang penting sebelum pergi. Raven membalikkan tubuhnya, ia menoleh ke arah Frostfilia kemudian tersenyum kecil.

“Selamat tinggal, Frostfilia. Semoga kita bisa bertemu lagi, lain kali akan aku pergi menjengukmu.”

“Iya, kau juga Raven. Semoga kau diberi keselamatan sehingga kita bisa bertemu lagi. Lain kali aku akan mencoba memasak makanan untukmu~ <3”

“Terima kasih, Frostfilia… Selamat tinggal!”

Setelah memberi salam perpisahan pada Frostfilia, Raven segera berjalan menyusuri lorong. Walaupun ia sudah memberi salam pada Frostfilia, namun Raven merasakan ia telah melupakan sesuatu yang sangat penting. Namun melihat senyum Frostfilia dan menyadari kalau dirinya telah membuat teman baru, Raven tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Walaupun sebenarnya, hal yang dilupakan Raven adalah kertas quest rank SSS miliknya yang tertinggal di rumput tempat ia tidur tadi.

TO BE CONTINUED