Cari Blog Ini

Minggu, 06 Maret 2016

Utovertia - Chapter 14 "The Lone Dragon"



***
“KAU MAKHLUK MENYEBALKAN!! ENYAH KAU!! FROST BURST!!”

Naga itu memuntahkan cahaya bewarna biru dari dalam mulutnya. Raven dapat merasakan hawa dingin menusuk dari cahaya biru yang mengarah padanya itu, bahkan dari jarak yang cukup jauh. Dan ukuran semburan cahaya itu cukup besar dan mendekat dengan sangat cepat. Namun di mata Raven, tembakan itu bergerak agak melambat. Bahkan ia rasa dapat memperkirakan kapan serangan itu akan mengenainya.

Dengan mudah, Raven terbang ke samping untuk menghindari tembakan tersebut. Melakukan maneuver dengan mulus tanpa kesalahan sedikitpun. Semuanya dilakukannya tanpa sadar, seolah tubuhnya sudah diatur untuk melakukan semua ini.

“Ugh…”

Walaupun Raven dapat menghindari tembakan itu, namun hawa dingin yang dipancarkan serangan itu sangat kuat, sampai memberikan dampak tidak langsung pada Raven. Tubuhnya terasa agak membeku, namun itu tidak menghentikan lajunya untuk sampai ke tempat naga itu.

“GWAAAAARGH!!”

Naga itu kembali menembakkan semburan yang sama secara terus menerus ke arah Raven. Namun itu percuma karena Raven berhasil menghindari semuanya. Gadis itu meliuk terbang ke kiri dan ke kanan secara bergantian, seolah menari dengan kedua sayap hitam di punggungnya. Dan kali ini Raven mengambil jarak cukup jauh dalam menghindari serangan itu agar tidak terkena hawa dingin yang tajam tadi.

“MATI KAU!!”

Naga itu terus menyemburkan serangan yang sama tanpa tanda akan berhenti, namun semua itu percuma karena Raven bisa melihat semua serangan itu walaupun jarak mereka berdua perlahan mendekat. Namun tentu saja Raven tidak bisa melakukan ini terus, jika ia ingin segera mencapai tempat naga itu. Tanpa sadar, Raven memacu kecepatan terbangnya. Saking cepatnya sampai ia tidak terlihat di mata naga tersebut.

“HUH?! DIMANA DIA?! -AAAAAAAAAAARGH!!”

Naga itu mengerang kesakitan ketika cakaran hitam tiba-tiba muncul dari belakang dan melukai punggungnya. Ternyata itu Raven yang sudah berada di atasnya. Naga itu mengayunkan ekornya untuk memberi serangan balik, namun Raven melihat hal tersebut. Ia kembali memacu kecepatannya untuk terbang melewati naga tersebut ke bawah sambil mengayunkan Ravenclawnya.

“GRAAAAAAWRGH!!”

Naga itu meraung kesakitan karena terkena sayatan Ravenclaw tadi, walaupun serangan itu tidak memberi bekas pada tubuhnya. Namun entah kenapa, Raven merasakan kekuatan dalam dirinya perlahan semakin kuat setiap ia melukai naga itu. Mulai dari cakaran ketika mereka masih di bawah sampai sekarang, kekuatan dalam tubuhnya seperti terpompa. Dan nalurinya menggerakkan semua tubuhnya untuk mendapatkan yang lebih, Raven hanya mengikuti arus karena ia sendiri tidak terlalu sadar dengan yang ia lakukan sekarang.

“GAAAAAAGH!! KAU BEDEBAH KECIL!!”

“Haaaah!!”

Raven mengayunkan Ravenclaw miliknya sekali lagi, menciptakan tebasan bewarna hitam dengan bentuk seperti serangan cakar kegelapan. Serangan itu dengan telak mengenai kepala naga itu, membuat naga itu meraung kesakitan. Namun tidak ada dampak kerusakan yang terlihat, sepertinya serangannya tadi hanya memberikan sedikit pukulan.

“Bagaimana kalau begini…”

Raven mengayunkan cakarnya lagi sekali, melepaskan sayatan hitam yang melukai kepala naga itu sekali lagi tanpa memberikan kesempatan untuk naga itu melakukan sesuatu. Kali ini serangan itu memberikan luka gores pada kepala naga itu. Naga itu kembali meraung kesakitan, kali ini dengan suara yang lantang. Tapi itu pantas untuknya, bagi Raven, monster yang sudah membunuh banyak orang yang tidak berdosa itu tidak termaafkan.  

“Tolong… aku…..”

Tiba-tiba terdengar suara kecil perempuan di kepala Raven. Suara kecil itu membuat Raven tersadar sepenuhnya dan membelalakkan matanya. Bagaikan setitik air yang membangunkan Raven dari tidurnya. Saat mendengar suara itu, terbesit bayangan seorang gadis berambut putih panjang, mengenakan pakaian bewarna biru.

“Huh? Tadi itu…. Apa….”

“MATI KAU!!”

Raven lengah, ia tidak melihat naga itu berputar dan melayangkan ekornya ke arahnya. Raven yang terkena hantaman langsung terpental dan terjatuh ke tanah dengan ledakan angin yang cukup hebat. Raven membentur masuk ke dalam salah satu rumah penduduk melalui atap. Hantaman tadi cukup keras, namun tidak memberikan luka yang fatal seperti tadi, mungkin karena kekuatan Tuningnya memberikan pertahanan tubuh yang lebih.

“Seseorang… tolong aku…”

Suara itu terdengar lagi dan semakin jelas, dan bayangan gadis itu terbesit kembali dalam kepala Raven, kali ini ia terlihat duduk menangis sambil memeluk lututnya di tengah kegelapan.

“Aku… tidak mau melakukan semua ini….”

Mendengar pernyataan itu, membuat Raven berpikir. Apakah suara itu berasal dari naga tersebut dan maksud dari bayangan yang ia lihat ini  Raven kurang yakin akan hal tersebut, karena hal ini pertama kali baginya.

“Bayangan tadi itu…. Maksudnya apa….”

Semakin memikirkannya membuat Raven semakin kebingungan. Apakah tanda itu memberi syarat tertentu baginya. Semua keanehan ini semua terjadi setelah Raven mendapat kekuatan dari Nevermore, apakah ini juga termasuk bagian dari itu.

“Hey… Nevermore… apa kau mendengarku?”

Raven bermaksud menanyakan semua ini pada Nevermore, jika dia mendengar. Namun beberapa detik berselang, burung itu tidak muncul. Raven menyadari ini pasti kesalahannya karena melakukan Tuning saat Nevermore tidak sadarkan diri. Burung itu pasti masih pingsan.

“Tch… apa yang harus aku lakukan…”

Raven kebingungan apakah ia harus membunuh naga itu atau tidak. Naga itu tadi baru saja mengamuk dan membunuh banyak orang, tapi saat bersentuhan dengan naga tersebut, Raven merasakan perasaan yang lain datang dari naga itu. Seperti kesedihan, kesendirian dan putus asa karena ditelan oleh kegelapan.

“Jangan-jangan….”

Setelah dipikirkan lagi, Raven melihat keganjalan pada naga itu. Yaitu pada bola mata ketiga yang ada di dahinya. Dari semua bagian tubuh naga itu, Raven merasakan bagian mata itulah yang memancarkan aura jahat yang sangat kental seolah itu menjadi inti dari semua aura hitam pada naga itu. Dan jika benar suara dan bayangan tadi dari naga tersebut, maka mata itu pasti yang menyebabkan semua ini. Kenapa naga itu mengamuk dan suara penolakan yang ia dengar. Jika ia menghancurkan mata itu, maka kemungkinan ini semua bisa berakhir tanpa harus membunuh naga tersebut. 

“Aku-…. Akan percaya pada diriku sendiri! Akan aku selamatkan orang yang bisa aku selamatkan!”

Dengan semua pernyataan itu, Raven pun sudah memutuskan, kali ini ia hendak mencoba mendekati mata ketiga dari naga itu dan menghancurkannya. Ia segera bangun dan kembali merentangkan kedua sayapnya, terbang ke atas lalu keluar dari rumah yang sudah menjadi reruntuhan tersebut.

“Ugh…. Apa yang terjadi… tiba-tiba semuanya terasa berat…..”

Saat Raven sudah sadar sepenuhnya, ia menyadari dirinya kesusahan untuk menjaga keseimbangan tubuhnya ketika terbang. Tubuhnya tidak berjalan kembali sesuai dengan kehendaknya seperti tadi.

“DISANA KAU…. MATILAH! FROST BURST!!”

“Uwaaah!”

Raven segera menukik ke bawah. Ia berhasil menghindari tembakan itu, namun ia juga menghantam salah satu atap karena tidak bisa mengendalikan kedua sayapnya dengan baik. Raven segera bangkit dan kembali terbang.

“Oh, ayolah…. Padahal tadi bisa….”

Dengan susah payah, Raven mengepakkan kedua sayapnya agar bisa terbang mendekati naga itu. Namun ia kesusahan dalam mengatur keseimbangan tubuhnya. Dan serangan kedua kembali datang menuju ke arah Raven. Raven merendahkan tubuhnya dan mendarat ke atap untuk menghindari serangan tersebut, kemudian melompat untuk terbang kembali. Hal itu terus ia ulangi, terbang, mendarat di satu atap, lompat terbang kembali, dan mendarat di satu atap untuk menghindari semua tembakan yang dilancarkan naga tersebut.

“Oh, ayolah!!”

Raven berusaha melakukan gerakan itu lagi, gerakan cepat kilat untuk menuju naga tersebut. Namun dengan kondisi seperti ini, ia tidak tahu bagaimana cara melakukan itu lagi.

“Kenapa tidak bisa?! Tadi baru saja aku melakukannya!”

Raven mulai geram, kenapa tubuhnya tidak bergerak ketika dibutuhkan. Hal ini benar-benar membuat Raven kesal. Kejadian seperti ini selalu menimpanya, kesialan ketika semuanya tidak berjalan sesuai dengan rencana Raven.

“Uwah!”

Saat sedang merasa kesal, tiba-tiba ia merasakan hal itu kembali. Kekuatan yang merasuki seluruh tubuhnya dan perlahan memakan setengah kesadarannya. Nampaknya amarah Raven yang memicu kekuatan itu kembali mengambil tubuhnya. Namun Raven tidak boleh lengah, ia mungkin akan membunuh naga itu jika tidak bergegas. Tujuannya hanya satu, yaitu mata yang ada di dahinya.

“Ayooo!!”

Raven melaju dengan kecepatan tinggi, kali ini tubuhnya berjalan sesuai keinginannya. Ia terbang dengan cepat ke arah naga itu, bahkan ia tidak terlihat di pandangan naga tersebut.

“KAU KIRA AKU BISA TERTIPU DUA KALI?!”

Naga itu kembali menyemburkan cahaya birunya. Cahaya itu mengarah tepat padanya, nampaknya naga itu mengetahui posisi jalur Raven. Dan dalam kecepatan ini, Ia tidak sempat mengelak.

“Uwagh!”

Raven berhasil menghindari cahaya biru itu, tapi tetap saja cahaya itu menyerempet sayapnya dan membuatnya menjadi beku. Naga itu tertawa terbahak-bahak mengetahui triknya berhasil mengenai Raven. Tapi tetap saja, Raven diuntungkan dalam situasi ini karena naga itu baru saja melakukan kesalahan yang fatal. Dengan tenaga tersisa, Raven mendorong tubuhnya dengan sebelah sayapnya untuk mencapai naga tersebut yang jaraknya sudah hamper dekat.

“Kali ini kena kau, sadarlah!”

Raven meluruskan lengan kanannya, menjangkau mata tersebut dengan Ravenclaw miliknya. Saat cakarnya berhasil menggenggam mata tersebut. Tiba-tiba Raven merasakan sesuatu seperti masuk ke dalam tangannya dan sangat cepat, layaknya air yang mengalir masuk ke dalam tubuhnya.

“GWAAAARGH!!!!”

Raven berteriak karena shock, ia tidak menyadari kalau hal ini akan terjadi. Semua tekanan yang masuk tiba-tiba ke dalam tubuhnya, membuat tubuh Raven terasa berat. Hendak melepaskan tangannya dari mata itu pun tidak bisa, tubuhnya terasa menempel dengan mata tersebut. Di sisi lain naga itu juga meraung dengan keras.

“APA YANG KAU LAKUKAN MAKHLUK RENDAHAN?! KAU MENGHISAP SEMUA KEKUATANKU!! RRRRRRRRUAAAAAAAGH!!”

Menyerap kekuatan?

Apa semua tekanan besar yang masuk dan mengekang tubuhnya ini adalah kekuatan dari naga ini?

Atau ini malah kekuatan mata ketiga yang berusaha mengendalikan dirinya?

Tapi satu hal yang pasti, bagi Raven itu adalah-

“Aku tidak akan kalah dari semua ini!! Haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah!!”

Raven mengerahkan seluruh tenaganya pada genggaman tangannya, ia berusaha menghancurkan mata itu sebelum mata itu berusaha menguasainya. Dengan cengkraman yang kuat dari Ravenclaw, bola mata digenggamannya itu terlihat retak sebelum akhirnya hancur berkeping-keping menjadi asap hitam.

Raven berhasil. Naga itu meraung, nampaknya kesakitan. Ia melempar kepalanya ke kiri dan ke kanan. Sesuatu bewarna hitam keluar dari dalam tubuhnya. Raven dapat melihat perubahan warna sisik naga itu dari hitam menjadi biru emerald, warna yang cantik seperti warna mutiara.

“Ak—hirnya, berhasil-… Tch…. Si—al…..”

Raven tiba-tiba merasakan sakit yang luar biasa menyerang seluruh bagian tubuhnya. Rasa berat karena terkekang mata tadi sudah menghilang, namun Raven merasakan rasa yang lain dan itu sepertinya kelelahan. Tubuhnya tidak pernah bergerak sebanyak ini, apalagi ini pertama kali ia menggunakan Tuning dalam waktu selama ini karena biasanya hanya sampai 9 detik. Bagi Raven ini adalah pencapaian luar biasa karena ia bisa melakukan sejauh ini, namun dampaknya baru terasa sekarang.

Raven kehilangan kesadarannya karena tubuhnya sudah kelelahan. Hal terakhir yang ia lihat adalah naga itu sudah terbebas sepenuhnya dari kegelapan yang mengendalikannya. Dan Raven cukup senang dengan hal itu, walau tidak terpintas dalam pikirannya bagaimana nasibnya jika jatuh dalam ketinggian seperti ini.

***

 “Huh? Kenapa kau melakukan hal itu?”

“Padahal aku sudah memberikan kesempatan yang besar untuk membunuhnya.”

“Bukankah kau selalu bersamaku,****?”

“Kita selalu bersama, suka dan duka… Hehe, aku ingat itu…”

“Naif….”

“Benar-benar naïf…. Kau pikir dengan menyelamatkan naga itu, mereka akan menganggapmu sebagai pahlawan?”

“Tangan dibalas tangan dan mata dibalas mata, bukankah begitu,****?”

“Tapi tidak apa-apa…. Mungkin kau tidak ingat, tapi cepat atau lambat… kau akan menyadarinya, ****.”

***
“Ugh…

Raven merasakan sesuatu yang hangat perlahan mengenai tubuhnya. Tidak terlalu panas, sangat terasa nyaman diantara hawa dingin yang ia rasakan. Hal itu seperti memberi kehidupan padanya. Raven pun perlahan membuka kedua matanya yang terasa agak berat, cahaya yang menyilaukan langsung masuk ke dalam bola matanya.

“Owch… silau…”

Raven mengangkat tangannya untuk menghalangi cahaya tersebut. Raven kemudian melihat kalau cahaya itu berasal dari sebuah lubang di langit-langit yang bentuknya seperti bebatuan. Menyadari hal itu, membuat Raven segera beranjak dari tempat ia rebahan.

“Oh… kau sudah sadar, manusia….”

Raven menoleh ke arah sumber suara yang terdengar berat itu, ternyata itu adalah milik naga yang ia lawan di kota saat itu. Namun kali ini rupanya tidak seseram ketika mereka pertama kali bertemu, dia kini tampak bersahabat walaupun tubuhnya tetap saja terlihat besar dan menyeramkan bagi anak-anak. Mata ketiga di dahinya pun menghilang.

“A-aku….”

“Kau ada di dalam gunung tempat aku tinggal. Aku sengaja memilih tempat yang ada sinar mentari agar kau tidak terlalu kedinginan saat tidak sadarkan diri karena hawa tubuhku.”

Mendengar pernyataan naga itu, Raven menyadari rumput yang menjadi alas tempat ia tertidur dan beberapa bunga yang tumbuh di sekitarnya. Sementara sisi lain yang terlihat hanya bebatuan dan es yang menyelimuti. Tempat dia terbaring sepertinya benar-benar special. Tidak lama kemudian terdengar suara nyaring dari perut Raven.

“Oh, kau lapar? Aku akan menyiapkan makanan, mohon tunggu sebentar….”

“Ah, baik….”

Naga itu memutar badannya, sepertinya mengambil sesuatu di belakang. Setelah selesai, naga itu kembali memutar menghadap ke arah Raven sambil membawa macam buah-buahan dengan cara menggulingkannya di bawah menggunakan lehernya seperti tongkat.

“Makanlah, hanya ini yang aku temukan disini. Awalnya aku memilih daging hewan sekitar, tapi kalian manusia tidak bisa makan daging mentah dan aku sendiri bukan naga api untuk digunakan memasak daging mentah jadi….”  

“Ah, tidak apa-apa. Terima kasih banyak, ini sudah cukup membantu.”

Raven segera mengambil apel di dalam tumpukan buah itu lalu langsung memakannya. Apel itu cukup untuk mengganjal rasa laparnya. Namun itu tidak menolongnya dalam kondisi aneh ini. Ia tidak menyangka kalau naga ini akan menolongnya dan bahkan memberinya makan seperti sekarang. Ternyata benar dugaan Raven soal mata ketiga di dahinya pada saat ini.

Siapa yang menyangka kalau naga ini ternyata baik seperti sekarang. Namun tetap saja, suasana yang berubah sunyi membuat Raven tidak nyaman. Ini adalah salah satu kejelekannya karena tidak bisa berbicara dengan baik pada orang yang baru dikenal. Ia harus mengucapkan sesuatu, tapi tidak ada kata yang terbesit dalam pikirannya.

“Frostfilia….”

“Eh?”

“Itu adalah namaku, Frostfilia. Siapa namamu, manusia?”

“Raven… Raven N. Genesis.”

“Genesis? Nama yang aneh untuk seorang perempuan.”

“A-aku tahu itu….”

“Ah, maaf… aku telah menyinggung perasaanmu.”

“Ti-tidak apa-apa, aku sendiri agak membencinya…”

“Tapi Raven, nama yang cocok untuk gadis berambut hitam sepertimu.”

“A-ah, terima kasih….”

“Huh? Apa kau kesusahan untuk berbicara denganku seperti ini? Baiklah, bagaimana kalau aku mengganti wujudku.”

Raven ingin berkata tidak usah pada Frostfilia, namun tiba-tiba cahaya biru terang menyelimuti Frostfilia. Cahaya terang yang menyilaukan mata Raven untuk sementara. Setelah cahaya biru itu menghilang, Raven terkejut dengan apa yang dilihatnya.

Sekarang seorang perempuan berdiri di hadapannya. Umurnya sekitar 20-an, lebih tua dari Raven. Rambut birunya yang panjang dibiarkan terurai. Ia mengenakan kimono putih dengan corak motif Kristal es. Penampilannya benar-benar seperti wanita elegan dan terhormat. Namun satu hal yang membuat ia tidak terlihat manusia yaitu sayap naga di kepalanya yang terlihat seperti kuping dan ekornya pada buntutnya masih ada.

“Hwa?! Kok bisa gitu?!”

Raven terkejut, Frostfilia hanya tertawa pelan sambil menutupi mulutnya dengan lengan kimononya.

“Terkejut? Aku sudah berusaha melakukan ini mungkin sudah seratus tahun. Walaupun sayap dan ekor ini masih menganggu… kau tahu impianku selama ini adalah bisa hidup berdampingan dengan manusia tanpa ada rasa takut. Oleh karena itu aku berbuat sejauh ini sampai mempelajari ilmu merubah wujud… yah, walaupun aku sendiri tahu, ilmu merubah wujud yang sempurna itu mustahil dilakukan bahkan untuk para naga.”

“Ah, aku mengerti….”

Raven tidak bisa mengeluarkan kata yang lain. Ia ingin memuji atau menyetujui impian Frostfilia yang terdengar mulia bagi dirinya. Hidup berdampingan tanpa rasa ketakutan, pasti indah rasanya bisa hidup seperti itu tanpa harus bertarung mempertaruhkan nyawa. Tapi tidak ada satu kata pun keluar dari mulutnya.

“Ah, luka itu…”

Raven menyadari luka sayatan yang membekas pada dari dahi sampai hidung Frostfilia.

“Ah, ini bekas luka saat itu… saat kita bertempur di kota.”

“Ah, maafkan aku! Aku telah melukai wajahmu, saat itu aku-”

“Tidak apa-apa. Kalau bukan karena ini aku pasti tidak akan sadar akan perbuatanku. Lagipula aku akan menganggapnya sebagai hadiah kenang-kenangan darimu~”

Itu cara yang aneh untuk menganggap luka sebagai hadiah. Namun tetap saja Raven menyesal karena telah melakukan hal itu. Ia tidak bisa memaafkan dirinya yang terbawa emosi saat itu. Tapi penyesalan selalu datang saat ini, nasi sudah menjadi bubur. Setidaknya Frostfilia tidak merasa keberatan karena lukanya.

“Ngomong-ngomong… terima kasih Raven. Terima kasih atas segalanya. Tanpa dirimu, mungkin aku… sudah kehilangan diriku dan melakukan semua yang aku benci. Walaupun aku menyesal karena telah membunuh mereka yang di kota… aku tahu dosa yang telah aku lakukan itu tidak bisa dimaafkan…”

“Tidak, kau salah.”

“Eh?”

“Aku sudah memaafkanmu… lagipula kau tidak sengaja melakukannya.”

“Wah! Terima kasih banyak Raven, aku benar-benar menyukaimu!”

Frostfilia yang senang langsung melompat dan memeluk Raven dengan erat. Harusnya Raven merasa bahagia tapi tenaga Frostfilia begitu besar walau dalam bentuk manusia, yang dirasakannya sekarang malah tubuhnya terasa remuk oleh naga ini.

“Ugh- gugh-… Frost…- kau menyakitiku….”

“Oh! Wah! Maafkan aku… aku kebablasan tadi…”  

Frostfilia segera melepaskan pelukannya. Untung saja itu tidak membunuh Raven, namun tetap saja terasa agak sakit. Tapi hal itu segera ia lupakan karena Raven memiliki pertanyaan yang penting untuk Frostfilia.


“Ohya, aku ingin bertanya… kenapa kau bisa dikendalikan seperti itu, apa ada seseorang yang telah melakukan itu padamu?”

Karena pasti ada seseorang yang melakukan hal itu pada Frostfilia. Tidak mungkin naga baik seperti Frostfilia langsung mengamuk dan dikendalikan oleh sesuatu yang jahat begitu saja. Dan Raven tidak akan memaafkan mereka karena berani berbuat hal keji seperti itu.

“Maafkan aku…. Tapi aku tidak ingat… semuanya begitu pudar saat aku dikendalikan oleh kegelapan itu. Bahkan aku tidak ingat apa yang terakhir kali aku lakukan, maafkan aku… Raven.”

“Ah, tidak apa-apa. Aku mengerti, sepertinya mereka benar-benar ahli… untuk tidak meninggalkan jejak….”

“Setelah mengatakan itu, aku jadi takut untuk diam disini lagi….”

Rasa takut yang dirasakan Frostfilia itu dapat dimaklumi, kemungkinan orang jahat itu akan muncul lagi dan melakukan hal yang sama pada Frostfilia. Membuatnya menjadi mengamuk dan membunuh orang-orang di sekitarnya.

“Tapi aku tidak punya tempat untuk tinggal lagi…. Aku telah kehilangan kakakku ketika perang…. Aku tidak punya tempat untuk kembali….”

Raven merasa iba mendengar pernyataan Frostfilia. Pada kenyataannya mereka berdua sama, mereka berdua adalah korban dari perang. Kehilangan keluarga dan tempat tinggal. Frostfilia pasti merasa sendirian karena tinggal di tempat ini sendirian, tanpa siapapun menemaninya. Raven pasti merasakan hal yang sama jika tidak diambil oleh panti asuhan ketika usai perang.

“Bagaimana…. Kalau kau ikut bersamaku? Aku tidak tahu ingin pergi kemana sih tepatnya, cuma ingin berpetualang saja…”

“Pergi kemana angin membawamu? Kedengarannya menarik. Baiklah, aku terima tawaranmu.”

“Sebaiknya jangan! Naga itu tetap tinggal disini.”

Mendengar suara ketiga diantara percakapan mereka berdua, Raven terkejut. Mereka berdua langsung menjatuhkan pandangannya ke sumber suara tersebut. Ternyata itu adalah suara anak laki-laki berambut pirang yang mengenakan baju zirah bewarna perak berdiri di terowongan gua. Raven mengenalinya, karena hanya ada satu anak yang menjadi Head Knight di usianya, dia adalah Sheevar.

“Sheevar!? Bagaimana kau bisa disini?!”

“Raven… apa dia temanmu?”

“Ah, dia-…”

“Aku Head Knight dari kerajaan Grace Utara. Salam kenal.”

Jawab Sheevar dengan senyum hangat. Kemudian ia kembali melanjutkan perkataannya dengan wajah yang nampak serius.

“Tapi maafkan aku, Raven. Kau tidak bisa membawa naga ini keluar. Naga ini harus diam dan menerima hukuman karena kejahatan yang ia lakukan.”

Tiba-tiba pasukan memakai pakaian zirah yang jumlahnya cukup banyak muncul dari belakang Sheevar. Mereka bergerak dengan seksama dalam sebuah barisan. Tidak lama kemudian, tiba-tiba mereka berdua sudah terkepung oleh pasukan tersebut. Melihat itu, Raven segera berdiri di depan Frostfilia sambil membentangkan kedua tangannya. Ia hendak menghalangi pasukan itu untuk mendekati Frostfilia.

“Sheevar! Hentikan! Frostfilia tidak bersalah! Bukan dia yang bersalah dalam kejadian ini! Aku mohon-”

“Tenangkanlah dirimu, Raven. Kami tidak akan melukai naga itu. Dia hanya tidak boleh keluar dari tempat ini.”

“Eh?”

“Ini adalah keputusan kami. Kami tahu soal sesuatu yang membuat naga itu mengamuk tanpa kendali, oleh karena itu kami akan membuat gunung ini sebagai salah satu daerah khusus yang dijaga dengan ketat oleh kerajaan. Ini juga menghindari agar tidak ada orang yang membuat naga itu kembali mengamuk serta menghilangkan rasa khawatir pada penduduk. Dia juga akan lebih aman jika tinggal disini daripada keluar dan menjadi sasaran empuk bagi penjahat itu yang masih di luar sana.”

Raven mengerti dengan penjelasan Sheevar. Jika ia membawa naga itu pergi bersamanya, kemungkinan penduduk yang melihatnya akan ketakutan. Dan lebih buruk, jika ia tidak bisa melindunginya, maka Frostfilia akan kembali menjadi naga yang buas. Namun itu akan membuat Frostfilia seperti burung yang berada di dalam sangkar, dan Raven tidak menyukai hal tersebut.

“Tapi-… kalau begitu-”

“Tidak apa-apa Raven… aku rasa itu ada benarnya juga. Aku tidak ingin menyusahkanmu di luar sana.”

“Frostfilia….”

“Yah, aku sudah cukup senang punya teman bicara setelah seratus tahun lamanya mengurung diri disini. Walaupun rasanya begitu cepat, tapi aku tidak boleh tamak kan? Fufufu, kau juga memiliki petualangan yang menantimu di depan. Baiklah… ambil ini sebagai hadiah perpisahan dariku.”

Frostfilia memberikan sesuatu pada Raven. Itu adalah kepingan es yang berbentuk seperti sisik naga. Bentuknya yang transparan dan berkilauan dapat membuat orang mengira bahwa itu adalah berlian. Tapi ukurannya kecil, tidak sebesar sisik Frostfilia ketika dia dalam bentuk naga.

“I-ini…”

“Ini adalah sisikku, sebagai tanda persahabatan kita berdua. Jika dijadikan liontin mungkin akan bagus, hehe. Tapi jika kau meniupnya, sisik itu akan mengeluarkan suara dan aku akan segera datang ke tempatmu.”

Frostfilia langsung menoleh ke arah Sheevar.

“Tidak apa-apa, kan… tuan Head Knight?”

“Hm… aku tidak bisa melarang jika Raven dalam bahaya. Kalau begitu, Raven… gunakan benda itu dengan bijak. Kau tidak ingin menyusahkan naga itu kan?”

“Iya, tentu saja. Tapi aku penasaran… apakah ini benar-benar bisa bersuara….”

Raven mencoba meniup sisik naga yang diberikan oleh Frostfilia. Namun saat meniupnya tidak ada suara yang terdengar dari sisik itu, dan tiba-tiba Frostfilia tertawa terbahak-bahak.

“Raven, tentu saja suara itu hanya bisa didengar olehku. Lebih baik kau tidak perlu meniupnya keras-keras. Gendang telingaku agak sakit tadi…”

“Ah, maaf.”

“Baiklah Raven.”

Tiba-tiba Sheevar berjalan mendekati Raven.

“Sebaiknya kau melanjutkan perjalananmu. Kau ingin pergi menuju kerajaan Fortune Barat kan?”

“Eh? Bagaimana kau tahu?”

“Teman kecilmu yang memberi tahu, dia sudah menunggumu di luar. Dia tadi memaksa kami untuk mengajaknya. Sepertinya dia sangat mengkhawatirkanmu, cepatlah… dia menunggumu di luar goa ini.”

“Ah, itu Luciel!”

Raven langsung bergegas pergi ke arah lorong tempat Sheevar muncul tadi. Namun Raven terhenti, ia mengingat sesuatu yang penting sebelum pergi. Raven membalikkan tubuhnya, ia menoleh ke arah Frostfilia kemudian tersenyum kecil.

“Selamat tinggal, Frostfilia. Semoga kita bisa bertemu lagi, lain kali akan aku pergi menjengukmu.”

“Iya, kau juga Raven. Semoga kau diberi keselamatan sehingga kita bisa bertemu lagi. Lain kali aku akan mencoba memasak makanan untukmu~ <3”

“Terima kasih, Frostfilia… Selamat tinggal!”

Setelah memberi salam perpisahan pada Frostfilia, Raven segera berjalan menyusuri lorong. Walaupun ia sudah memberi salam pada Frostfilia, namun Raven merasakan ia telah melupakan sesuatu yang sangat penting. Namun melihat senyum Frostfilia dan menyadari kalau dirinya telah membuat teman baru, Raven tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Walaupun sebenarnya, hal yang dilupakan Raven adalah kertas quest rank SSS miliknya yang tertinggal di rumput tempat ia tidur tadi.

TO BE CONTINUED

Tidak ada komentar:

Posting Komentar