Cari Blog Ini

Selasa, 23 Februari 2016

Utovertia – Chapter 13 “Determination”



***
Pemandangan yang menakutkan

Itulah kalimat yang tepat bagi suasana sekarang yang dilihat Raven. Naga itu turun di tengah kota semenit yang lalu, mengaum dengan keras dan memporak-porandakan semua bangunan yang dilihatnya. Beruntung penduduk sudah mengungsi sebelum naga itu datang, jika tidak pasti sudah terjadi pembantaian masal. Dan Raven sekarang dalam menuju perjalanan untuk menghentikan naga tersebut.

Walaupun tidak ada korban jatuh, hal ini tidak boleh dibiarkan. Naga ini mungkin bisa pergi ke tempat lain dan mengamuk disana. Raven tidak tahu apakah semua naga termasuk makhluk yang haus darah, namun naga yang satu ini memiliki mata merah menyala yang sepertinya siap membunuh siapapun yang melihatnnya dari kejauhan.

“Raven, boleh aku bertanya suatu hal…”

“Ada apa Nevermore.”

“Aku penasaran, sejak kapan kau menjadi berani seperti ini.”

“Huh? Maksudmu?”

“Kau tahu, dulu walaupun kau sudah mendapatkan kekuatan dariku. Kau selalu mengambil quest rank D dan E, bahkan paling tinggi C. Apa yang membuatmu yakin bisa mengalahkan naga ini yang ranknya SSS?”

“Entahlah….”

“Huh?!”

“Aku hanya…. Mengikuti naluriku saja. Entah kenapa aku merasa harus melakukannya, dan ini adalah tugas menjadi seorang Hero, bukan?”

Walaupun Raven tidak dapat melihat ekspresi pada wajah burung yang dimiliki Nevermore, namun ia bisa merasakan gagak itu sedang tersenyum.

“Aku mengerti. Hanya itu saja yang ingin aku tanyakan.”

“Huh… baiklah….”

Raven sudah semakin dekat dengan naga tersebut. Naga itu pun sepertinya menyadari kehadiran Raven, ia berhenti menghancurkan bangunan di sekitarnya lalu berbalik menatap Raven yang mendekat. Raven menelan ludahnya perlahan, tatapan naga itu yang tajam pada dirinya itu membuatnya sedikit gemetar. Namun bukan itu sebenarnya membuat Raven sedikit merinding, tapi benda seperti mata yang berada di dahi naga tersebut.

Setelah dilihat dari dekat, naga ini memiliki wujud yang cukup mengerikan. Sisiknya berwarna hitam dan terlihat keras, beberapa bagian tubuhnya diselimuti oleh es. Dan dua bola mata merah menyala yang menatap Raven dengan tatapan penuh intimidasi.

Tiba-tiba naga itu tertawa terbahak-bahak.

“AHAHAHAHA, APA INI… APA MEREKA KEHABISAN ORANG UNTUK MENGHENTIKANKU?!”

Raven kebingungan dengan maksud dari naga tersebut.

“Lihat sekelilingmu, Raven…”

Raven terkejut ketika melihat sekeliling sesuai dengan saran Nevermore. Banyak terdapat bongkahan es besar terdapat di sekeliling mereka. Namun bukan itu yang menyebabkan Raven terkejut, melainkan terdapat manusia di dalam bongkahan es tersebut. Dari baju zirah yang mereka kenakan,  sepertinya mereka adalah para Knight kerajaan yang bertugas untuk menjaga kota ini. Dan juga beberapa seorang Hero Candidate seperti Raven, dapat dilihat dari pakaian mereka yang lain dengan rakyat biasa. Tipikal yang menandakan mereka seorang Hero.

“Apa yang terjadi dengan mereka….”

“APA YANG TERJADI DENGAN MEREKA?! MEREKA SEMUA MATI!!”

Naga itu mengibaskan ekornya ke arah bongkahan es itu, seketika juga bongkahan es itu hancur, beserta semua orang yang terperangkap di dalamnya. Mereka hancur berkeping-keping seolah mereka sudah bersatu dengan es yang mengurung mereka. Benar-benar pemandangan mengerikan, melihat naga itu dengan gampangnya membunuh orang-orang tersebut yang berusaha mempertahankan kota ini.

“Kenapa kau melakukan semua ini… mereka hanya berusaha mempertahankan tempat mereka…. Kau seharusnya tidak membunuh mereka!”

Raven berusaha mengajak bicara naga ini, karena mengetahui naga ini bisa bicara dan memiliki pikiran layaknya manusia, tidak seperti Ursa yang hanya bisa meraung dan menyerang semua makhluk di sekitarnya tanpa berpikir. Mungkin dengan bicara, Raven bisa mengerti kenapa naga itu mengamuk dan mencari jalan keluar lain selain bertarung.

“KAU MAKHLUK RENDAHAN, KAU KIRA BISA MENASEHATIKU?! MATILAH KAU!!”

Naga itu menyemburkan meriam es dari mulutnya ke arah Raven. Dengan cepat Raven melompat ke samping untuk menghindari semburan es tersebut. Semburan tadi hanya mengenai tempat Raven berdiri tadi, membuatnya menjadi ladang es. 

“Apa yang kau lakukan, Raven… kau tahu itu percuma untuk mengajak bicara seekor monster.”

“Aku hanya mencoba, kau tahu… dia tidak seperti monster yang biasa aku temui, Naga ini bisa bicara dan punya pikiran. Mungkin dengan bicara, kita bisa menyelesaikan masalah ini tanpa membunuh satu sama lain….”  

“HAHAHAHAHA! APA KAU BILANG?! MENYELESAIKAN MASALAH TANPA MEMBUNUH SATU SAMA LAIN?! KAU NAIF, DI DUNIA INI… MEMBUNUH ATAU TERBUNUH!!”

Naga itu kembali menembakkan meriam es pada Raven. Raven kembali melompat menghindar dengan mudah serangan tersebut, karena ia sudah terbiasa melakukan hal tersebut pada Ursa. Dirinya sekarang bukan dirinya yang dulu ketika masih tidak memiliki kemampuan apa-apa. Kini tubuhnya terasa lebih ringan dan ia merasa dapat menghindari semua serangan yang diberikan naga tersebut.

“KAU LUMAYAN JUGA, MANUSIA…. TAPI KAU SUDAH MELIHAT GERAKAN ITU SEBELUMNYA!!”

Naga itu menghentakkan kedua kaki depannya ke tanah. Tiba-tiba seluruh permukaan di sekitarnya membeku dan es perlahan menjalar semakin jauh, membekukan semua benda yang dilewatinya dan mendekati tempat Raven berdiri. Raven segera melompat menghindar ke belakang. Namun es tersebut tetap menjalar mendekati Raven, tidak menandakan akan berhenti, memaksa untuk Raven terus melompat ke belakang. Sampai beberapa meter, es itu pun berhenti. Namun-

“KENA KAU!!”

Tiba-tiba itu melompat dan datang entah darimana, karena Raven terlalu focus untuk menghindari es tadi. Naga itu mengibaskan ekornya dan menghantam tubuh Raven, membuatnya terpental dan menghantam dinding salah satu bangunan disana.

“Guhagh-?!”

Hantaman yang keras itu membuat Raven terluka berat, ia pun memuntahkan darah dari mulutnya. Kekuatannya benar-benar berbeda dengan Ursa, Raven masih dapat bertahan jika terkena cakaran atau hantaman dari Ursa. Namun hantaman ini, benar-benar kuat dan membuat tubuhnya mati rasa.

“Raven, ini tidak bagus….”

Raven dapat melihat Nevermore yang terbaring di sisinya. Hantaman tadi juga memberikan dampak padanya karena kontrak itu, itu menyebabkan Nevermore terluka parah sama dengan dirinya. Dan kondisi ini benar-benar tidak bagus.

“KAU TIPE YANG HANYA BISA MENGHINDAR, SANGAT LEMAH UNTUK MENGHINDARI SERANGAN TIPE AREA. MELIHAT TUBUHMU YANG LEMAH ITU, AKU RAGU APA KAU BISA BERTAHAN DENGAN LUKA SEPERTI ITU….”

“Gugck-…..”

Raven mulai berpikir apakah semuanya akan berakhir disini, bahkan ia belum sempat mengeluarkan Tuning yang merupakan kartu andalannya. Ternyata ini lebih susah dari Raven perkirakan. Raven tidak ingin semua berakhir dan tidak boleh berakhir seperti ini, namun ia tidak bisa berbuat banyak dengan kondisi seperti ini.

“MATILAH KAU, MANUSIA….”  

Naga itu membuka mulutnya, bersiap menembakkan meriam es itu sekali lagi untuk mengakhiri hidup Raven.

“Tch-….”        

Raven berusaha menggerakan semua anggota tubuhnya dengan seluruh tenaganya yang tersisa, namun tubuhnya tidak merespon sesuai kehendaknya. Padahal yang dibutuhkannya hanya melompat menghindari serangan itu. Saat situasi kritis itu, tiba-tiba Raven mendengar suara teriakan seorang anak perempuan.

“Red Magic : Fire Ball!!”

Tiba-tiba sebuah bola api kecil muncul dan menghantam tepat mulut naga tersebut. Naga itu berteriak kesakitan dengan mulutnya dibakar oleh api. Seorang figure kecil muncul di depan Raven yang tidak berdaya. Figur kecil dengan rambut pirang diikat twintail, itu adalah Alynn.

“Hai naga jelek. Alynn tidak akan membiarkanmu menyakiti kakak Raven lebih dari ini!”

Alynn menyerukan pernyataannya dengan lantang sambil menunjuk naga yang masih meraung kesakitan itu. Sepertinya serangan sihir yang dilemparkan oleh Alynn sangat efektif pada naga tersebut.

“Raven, kau tidak apa-apa? Sini… Biar aku mengobati lukamu.”

Luciel pun juga ikut datang dan duduk di samping Raven, padahal tadi Raven sudah menyuruh mereka untuk pergi meninggalkannya dan bersembunyi di tempat yang aman. Luciel mengulurkan tangannya dekat dengan dada Raven, kemudian sinar terang keluar dari telapak tangan Luciel. Raven dapat merasakan kehangatan dan rasa nyaman dari cahaya tersebut.

“Lu-Luciel… kenapa kau tidak lari.”

“Apa, Raven bodoh?! Raven terlalu memaksa diri, sekarang lihat hasilnya! Raven selalu memaksakan diri untuk orang lain, APA RAVEN TIDAK PERNAH MEMIKIRKAN RAVEN SENDIRI?!”

Luciel membentak dengan sangat keras. Bahkan hal itu membuat Raven terkejut.

“A-ah… maafkan aku Raven-… hanya saja…-bagaimana bisa aku meninggalkan orang yang mau menolongku. Raven juga bodoh-… tentu saja aku tidak bisa meninggalkan Raven sendiri….”

“Luciel….”

“Apa kau punya waktu untuk basa-basi, malaikat payah? Cepat, sembuhkan kakak Raven dan pergi dari sini. Alynn tidak tahu bisa menahan naga ini berapa lama…”

Sepertinya mereka berdua belajar bekerja sama dalam melakukan hal ini. Itu entah kenapa membuat Raven terharu, teman-temannya bisa akur ketika hendak menyelamatkan dirinya. Dia merasa banyak berhutang budi pada mereka berdua, mungkin Raven akan mentraktir mereka es krim jika sudah berhasil kabur dari naga ini.

“KAU MAKHLUK KECIL SIALAN, AKU AKAN MEMBUNUHMU JUGA!!”

Naga itu mengibaskan ekornya ke arah Alynn dengan cepat. Namun Alynn melompat tinggi ke atas untuk menghindari serangant tersebut, membuat Raven agak terkejut. Ternyata Alynn bukan anak sembarangan, ia pun sepertinya punya kemampuan untuk bertarung juga. Namun mengingat Alynn adalah iblis, tentu saja hal itu bukanlah aneh bagi Ravem 

“Red Magic : Fire Ball!!”

Sebuah lingkaran sihir bewarna merah muncul di depan telapak tangan Alynn, lingkaran sihir itu memuntahkan bola api seukuran tubuhnya ke arah punggung naga tersebut. Naga itu tidak sempat menghindar dan terkena ledakan bola api tersebut. Ia kembali meraung kesakitan karena serangan Alynn.

“Bagus, Alynn!”

“Raven, jangan bergerak!”

Luciel menasehati Raven karena lukanya masih harus diobati. Namun Raven juga tidak bisa diam dan menonton Alynn bertarung demi dirinya. Raven berusaha mengumpulkan seluruh tenaga untuk menggerakkan tubuhnya kembali. Berkat Luciel juga, tubuhnya semakin lama semakin terasa membaik. Tapi keadaan kembali memburuk.

“GYAAAAAA!!”

Raven melihat Alynn terpental dan membentur tembok, sama seperti dirinya tadi. 

“Alynn!!” 

“AHAHAHAHA, ENYAHLAH KAU MAKHLUK SIALAN!!”

Raven dapat melihat Alynn yang kemudian jatuh tidak sadarkan diri. Luka yang dialami Alynn nampaknya juga parah, Raven dapat melihat darah keluar dari mulut Alynn yang terkapar. Melihat temannya terluka, tentu saja Raven tidak bisa diam saja. Apalagi Alynn masih kecil, harusnya dia yang melindungi Alynn, bukan sebaliknya. Raven segera bangkit dengan seluruh tenaga yang ia miliki. Walaupun terasa sangat sakit, namun Raven memaksakan dirinya.

“Jangan bergerak Raven! Lukamu belum sembuh betul!”

Seru Luciel berusaha menasehati Raven, namun Raven tidak bisa diam jika keadaannya begini. Kemungkinan Luciel yang akan menjadi korban jika ia tidak bertindak cepat.

“Menyingkirlah, Luciel…. Cepat pergi dan bawa Alynn bersamamu…”

“Tapi-… bagaimana dengan Raven? Raven masih belum sembuh benar.”

“Terima kasih.”

“Eh?”

“Kau sudah melakukan tugasmu dengan baik, Luciel. Tapi kini adalah pertarunganku, sebaiknya kau menyingkir… aku tidak ingin melihat orang terluka lebih dari ini…”

“Eh-.. ah, baik… Raven.”

Luciel segera berlari menghampiri Alynn.

“HEH, SIAPA BILANG AKU AKAN MEMBIARKANMU LARI, MAKHLUK KECIL!!”

Naga itu mengarahkan ekornya ke Luciel dengan cepat. Luciel yang tidak melihat hal itu, tidak bisa menghindari serangan tersebut. Namun dengan cepat, tiba-tiba Raven sudah ada di depan Luciel dan siap menahan ekor naga itu dengan kedua tangannya yang sudah berubah karena Ravenclaw. Hempasan itu begitu kuat, sampai terjadi ledakan angin ketika benturan terjadi. Namun Raven masih berdiri dengan kokoh, tidak terguncang sedikit pun.

“Cepat lari…. Luciel….”

Luciel mengangguk dan segera mendekati Alynn seperti rencana awal. Melihat Luciel yang sudah pergi membawa Alynn akhirnya bisa bernafas lega. Kini tidak akan ada korban karena kecerobohan dirinya.  Naga itu yang nampaknya terkejut, segera menarik kembali ekornya yang berhasil ditahan oleh Raven.

“TIDAK MUNGKIN… MANUSIA LEMAH SEPERTIMU BISA MENGHENTIKAN SERANGAN EKORKU?”

“Berisik…”

“HUH?!”

Kali ini Raven benar-benar marah. Bukan marah biasa yang hanya berteriak seperti yang Raven lakukan biasanya. Melihat naga ini membunuh orang dengan gampangnya lalu melukai teman-temannya, adalah perbuatan yang tidak bisa dimaafkan. Raven mengeratkan kepalan tangannya sambil menggigit bibirnya.

“Itu cuma ekor… menyebalkan… kau monster. Kali ini… Aku akan… BENAR-BENAR MEMBUNUHMU!! TUNING!!”

Ledakan hitam keluar dari tubuh Raven, membentuk siluet gagak raksasa yang membentangkan sayapnya. Raven merasakan tubuhnya dibungkus oleh sesuatu yang perlahan memakan kesadarannya. Ini bukan tuning seperti biasa yang dilakukan Raven, karena entah kenapa ia tidak merasakan keberadaan Nevermore yang merasuki dirinya. Tapi ia dapat merasakan kekuatan yang sama, tidak, bahkan lebih besar dari sebelumnya memasuki tubuhnya. Kekuatan yang cukup besar untuk membunuh naga itu.

Siluet gagak yang besar itu kemudian menutupi Raven dengan kedua sayapnya, perlahan siluet hitam itu menghilang dan berubah menjadi jubah hitam yang menutupi tubuh Raven. Jubah hitam yang terlihat compang-camping namun memberikan kesan kalau itu adalah jubah dari bulu burung gagak.

“HUH?! APA INI? APA KAU MERUBAH WUJUD ATAU SEMACAMNYA? TAPI AKU TIDAK MERASAKAN PERBEDAAN-”

Belum naga itu menyelesaikan perkataanya, Raven sudah ada di depan naga tersebut dan langsung mengayunkan Ravenclaw miliknya. Sayatan Ravenclaw meninggalkan tebasan energi hitam seperti cakaran hewan buas namun dalam ukuran raksasa.

“GWAAAARGH!!”

Naga itu meraung kesakitan, tebasan tadi langsung menghancurkan es yang melindungi sisik bagian depannya. Naga itu segera terbang mundur untuk menghindari Raven, namun ia terkejut ketika menyadari Raven sudah tidak berdiri di tempat tadi.

“Rwaaaah!!”

Raven tiba-tiba sudah muncul di belakang naga itu dan mengayunkan Ravenclawnya. Tebasan energi hitam kembali muncul dan melukai punggung naga tersebut. Meninggalkan bekas cakaran yang cukup terlihat pada sisik di punggungnya. Naga itu kembali meraung kesakitan, ia kali ini mengepakkan sayapnya dan terbang ke atas untuk menghindari Raven.

“BAGAIMANA BISA?! KAU HANYA TADI SEORANG MANUSIA LEMAH TANPA KEKUATAN SEBESAR INI!!”

“Fufu… terkejut? Aku sendiri tidak tahu apa yang terjadi. Tapi kini kau sudah melihat perbedaanya kan?”

Dalam pikiran Raven kini hanya ada pikiran untuk membunuh naga tersebut, walaupun sekarang ia sendiri berada dalam kondisi setengah sadar. Raven tidak yakin apakah ini karena kekuatan tuning atau rasa amarahnya yang membuat tubuhnya terasa menggebu-gebu dan darahnya terasa bergejolak kencang. Tekanannya terlalu kuat sampai memakan setengah kesadarannya untuk berpikir, tapi satu-satunya yang membuat ia tetap focus adalah membunuh naga di hadapannya.

 Namun naga itu sekarang sedang terbang dan Raven tidak bisa menjangkaunya dalam ketinggian seperti itu. Tapi di dalam pikiran Raven terbesit suatu kata yang bisa menolongnya.

“Nightwing….”

Tiba-tiba dua energi hitam kembali keluar dari punggungnya, yang perlahan membentuk dua buah sayap burung bewarna hitam. Kenapa baru terpikirkan olehnya, Nevermore adalah seekor gagak, tentu saja dia juga bisa terbang dengan mengambil sayapnya.

“APA?!”

 “Sekarang…. Kau akan benar-benar mati!!”

***
Setelah laporan peringatan dari Watcher tadi, kini semua penduduk sudah mengungsi ke tempat yang aman. Kota yang sekarang ini sepi memudahkan Hare untuk menggunakan Beast yang merupakan salah satu hewan pasir ciptaannya sebagai tunggangan.

Ia awalnya sedang ingin keluar kota untuk mencari sesuatu, namun setelah mendengar peringatan dan melihat siluet naga yang mendarat di tengah kota, ia segera memutuskan untuk menuju ke tempat naga itu berada. Walaupun sebenarnya ia tidak peduli kalau naga itu memakan semua penduduk, namun ia mengkhawatirkan satu orang. Orang bodoh yang berlagak menjadi hero itu pasti berada disana dan bertarung dengan naga tersebut.

“Hare, apa yang membuatmu yakin kalau Raven ada disana?”

“Cuma firasatku…. Lagipula…. Aku tahu cara pikirnya yang sederhana itu…. Dan juga bodoh….”

“Aku mengerti….”

“Heeee? Apa kau tersesat juga anak kecil?”

Tiba-tiba terdengar suara yang Hare tidak kenal. Suaranya berat seperti laki-laki, namun nadanya agak tinggi sehingga terdengar seperti laki-laki kekar atau tua. Hare yang menaiki Beast pun segera berhenti. Ia melirik sekeliling, namun tidak ada siapa-siapa. Hare berpikir apa itu cuma halusinasinya saja?

Karena seharusnya tidak ada orang lagi disini. Sudah lima belas menit berlalu setelah alarm peringatan tadi agar para penduduk segera mengungsi dari serangan. Para hero atau ksatria kerajaan pun harusnya tidak ada disini, melainkan bertarung dengan naga untuk mempertahankan kota ini.

“Diatas sini, bodoh….”

Hare langsung mendengok ke atas, ternyata ada seseorang berdiri di atas atap salah satu rumah dekat dengan Hare. Laki-laki itu memiliki figure yang tinggi, rambutnya lebat dan bergelombang sampai menutupi mata kanannya, namun Hare juga tidak bisa melihat mata kirinya karena ia mengenakan kaca monoculus. Jenis kacamata yang biasanya digunakan bangsawan.

Tapi penampilannya terlihat aneh dan norak, yaitu singlet berwarna hitam yang ditutupi dengan bulu lebat seperti mantel berwarna jingga dengan celana jeans bewarna biru. Ia juga mengenakan sarung tangan bewarna hitam, namun tidak mengenakan alas kaki. Cara pakaiannya itu terlihat membingungkan bagi Hare, seperti campuran antara masculine dengan feminim.

“Kau siapa…. Sedang apa disitu….”

“Ayayay, tidak sopan memanggil orang yang lebih tua dengan sebutan kau, anak kecil. Hehe, sebenarnya aku sedang mencari kamar kecil… tapi aku tersesat. Kau sendiri sedang apa? Anak kecil sepertimu harusnya tidak ada disini, pergilah! Cari ibumu, ini bukan tempat yang aman bagi anak-anak. Hush, hush!”

Laki-laki itu melambaikan tangannya ke Hare seperti ia sedang mengusir burung untuk pergi. Hare tidak mengerti dengan laki-laki ini, selain penampilannya yang aneh, cara bicaranya pun juga aneh. Namun berbicara dengannya hanya akan memperlambatnya saja, jadi Hare memutuskan untuk tidak menghiraukan laki-laki itu dan segera pergi menolong Raven.

Tapi saat Beast hendak kembali melaju, tiba-tiba sekumpulan orang-orangan sawah yang terlihat hidup muncul dari bawah tanah dan menghalangi jalan Hare. Wajah mereka terlihat mengerikan dengan mata merah menyala. Banyak dari mereka membawa senjata tajam seperti celurit dan gunting besar, sementara sisanya memiliki tangan iblis yang menyatu dengan tangan jerami mereka.

“Ugh…”

Hare pun terpaksa menghentikan Beast. Baru kali ini ia melihat monster seperti ini. Mereka bukan makhluk hidup, namun seperti benda mati yang dirasuki oleh sesuatu sehingga membuat mereka hidup. Mereka mungkin orang-orangan sawah milik penduduk desa yang digunakan untuk pertanian. Hare mulai berpikir apakah ini merupakan kekuatan dari naga tersebut.     

“Hei hei! Kau ini, tidak sopan sekali ya! Kan sudah aku bilang, ini bukan tempat untuk anak kecil sepertimu. Lain kali, dengarkan kalau orang dewasa bicara.”

Laki-laki tadi tiba-tiba melompat dari satu atap ke atap yang lain lalu berhenti di atap rumah dimana orang-orangan sawah itu berkumpul di bawahnya. Hare mengeryitkan alisnya, ternyata dugaan dia benar kalau laki-laki ini bukanlah orang baik.

“Siapa kau sebenarnya….”

“Apa kau naksir denganku? Daritadi kau terus menanyakan siapa aku, tapi baik-baik, akan aku beritahu. Namaku Hypnocatrice, kau bisa memanggilku Hypnos. Sisanya tidak penting, TAPI!... aku ingin kau ingat satu hal… Akulah pelaku dalam kejadian serangan naga ini.”

“Apa maksudmu….”

“Kan sudah aku bilang sisanya tidak penting… heh, kau ini benar-benar anak yang nakal sampai membuat orang dewasa ini kewalahan. Yah, jika kau masih keras kepala untuk diam di tempat ini… kau akan menerima hukumannya… Habisi dia!!”

Orang-orangan sawah itu kemudian bergerak sesuai perintah dari Hypnos. Sambil mengayunkan senjata mereka bawa, mereka berlari menerjang Hare. Melihat ukuran mereka yang kalah dengan Beast, Hare masih bisa tenang menghadapi mereka dengan balik menerjang. Tapi melihat jumlah mereka yang banyak dan suka mengayunkan senjata tajam itu, membuat Hare berpikir kembali. Ia tidak tahu apakah senjata itu beracun atau tidak, karena jika menerjang sekarang dengan Beast, Hare kemungkinan bisa terkena salah satu dari senjata tersebut.

“EH, TUNGGU DULU!!”

Pada saat Hare sudah siap dengan pertarungan yang tidak bisa dielakkan itu, tiba-tiba orang-orangan sawah itu berhenti setelah mendengar teriakan Hypnos yang tiba-tiba. Mereka langsung kebingungan sambil menoleh Hypnos di belakang, begitu juga dengan Hare.

 “Apa tadi aku bilang ‘habisi dia’…. Tidak, tidak, tidak… aku tidak suka menghabisi anak kecil… orang dewasa macam apa yang suka membully yang lebih kecil. Kalau begitu, tangkap dia! Jangan biarkan dia lewat dari tempat ini!”

Setelah mendapat perintah yang pasti, orang-orangan sawah itu kembali bergerak menerjang ke arah Hare.

“HEI, INGAT!! JANGAN BUNUH DIA! CUMA TANGKAP!!”

Teriakan Hypnos di tengah gemuruh orang-orangan sawah itu terdengar jelas di belakang. Hare tidak mengerti apakah dia sengaja bersikap seperti itu atau memang laki-laki bernama Hypnos itu aneh. Tapi satu hal yang pasti, ia harus bisa melewati kumpulan makhluk ini sebelum bisa ke tempat naga itu.

Hare segera melompat dari tubuh Beast, membiarkan Beast menerjang sendiri ke arah kerumunan orang-orangan sawah tersebut. Beast menghancurkan orang-orangan sawah tersebut seperti bola bowling yang diluncurkan dan menghancurkan pinnya. Namun sisanya yang selamat, melaju ke arah Hare.

“Sand Construct ‘Squamata’…..”

Hare mengacupkan kedua tangannya di depan dada sambil mengucapkan jurusnya. Sebuah kadal raksasa terbentuk dari kumpulan pasir yang tiba-tiba muncul. Kadal tersebut langsung meliuk melingkari Hare, seolah menjadi tameng baginya. Ekor Squamata menyapu semua orang-orangan sawah yang mendekat ke arahnya, menghancurkannya seketika menjadi tumpukan jerami. Dia juga mempunyai lidah yang panjang yang digunakannya untuk menyerang dari dua sisi.

Squamata adalah hewan yang digunakan Hare untuk pertahanan sementara Beast digunakan untuk menyerang, ini adalah kombo sempurna yang diciptakan oleh Hare. Namun bayarannya cukup setimpal, karena mengendalikan dua hewan besar sekaligus, menguras banyak tenaga Hare kecuali untuk Falco yang ukurannya kecil.

Dihadapan kombo makhluk berdua ini, orang-orangan sawah itu tidak ada apa-apanya. Tinggal menunggu waktu sampai Beast bisa menghabisi mereka semua. Orang-orangan sawah yang tubuhnya hancur, tiba-tiba mengeluarkan asap hitam yang kemudian lenyap di udara. Hare berpikir itu pasti adalah sesuatu yang membuat mereka bergerak. Mungkin itu adalah kekuatan dari laki-laki bernama Hypnos itu, dimana kekuatannya mirip dengan Hare dalam mengendalikan hewan pasirnya. Jika ia bisa mengendalikan sebanyak ini, maka dia bukan orang sembarangan.

“Oya~? Kau sepertinya asik sibuk sendiri….”

Saat Hare memikirkan langkah berikutnya, tiba-tiba Hypnos sudah ada di sampingnya dengan santainya bersender di punggung Squamata, menatap Hare dari dekat.

“Apa?! Sejak kapan laki-laki itu disini?!”

Hare pun mempunyai pertanyaan yang sama dengan Hound. Bagaimana bisa laki-laki ini menyelinap tanpa sepengetahuan Hound yang biasanya mengawasi punggungnya ketika Hare focus dalam pertarungan?

“Itu rahasia~ dasar anjing. Ohya, aku tidak boleh berkata kasar… tapi dia memang anjing, jadi bagaimana?”

“Kau-… unn?!”

Tiba-tiba Hare merasa ngantuk, perlahan kesadarannya mulai menghilang. Squamata dan Beast pun diam dan tubuh mereka perlahan mengikis menjadi pasir, akibat dari Hare yang melepaskan fokusnya. Hare juga dapat melihat Hound yang jatuh tersungkur.

“Kau bocah bandel sih, jadi bobok dulu ya. Aduh, perutku sakit… kamar kecilnya dimana… Ohya, jangan lupa, aku Hypnocatrice, pelaku dari kejadian ini. Ingat! Hypnocatrice! H-Y-P-N-O-…..”

Bahkan setelah semua ini, Hypnos masih mencari kamar kecil. Hare mungkin akan tertawa geli jika ia bisa dan itulah kata terakhir yang di dengar oleh Hare sebelum dirinya benar-benar tidak sadarkan diri.

To Be Continued.
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar