***
Pemandangan
yang menakutkan
Itulah
kalimat yang tepat bagi suasana sekarang yang dilihat Raven. Naga itu turun di
tengah kota semenit yang lalu, mengaum dengan keras dan memporak-porandakan
semua bangunan yang dilihatnya. Beruntung penduduk sudah mengungsi sebelum naga
itu datang, jika tidak pasti sudah terjadi pembantaian masal. Dan Raven
sekarang dalam menuju perjalanan untuk menghentikan naga tersebut.
Walaupun
tidak ada korban jatuh, hal ini tidak boleh dibiarkan. Naga ini mungkin bisa
pergi ke tempat lain dan mengamuk disana. Raven tidak tahu apakah semua naga
termasuk makhluk yang haus darah, namun naga yang satu ini memiliki mata merah
menyala yang sepertinya siap membunuh siapapun yang melihatnnya dari kejauhan.
“Raven,
boleh aku bertanya suatu hal…”
“Ada
apa Nevermore.”
“Aku
penasaran, sejak kapan kau menjadi berani seperti ini.”
“Huh?
Maksudmu?”
“Kau
tahu, dulu walaupun kau sudah mendapatkan kekuatan dariku. Kau selalu mengambil
quest rank D dan E, bahkan paling tinggi C. Apa yang membuatmu yakin bisa
mengalahkan naga ini yang ranknya SSS?”
“Entahlah….”
“Huh?!”
“Aku
hanya…. Mengikuti naluriku saja. Entah kenapa aku merasa harus melakukannya,
dan ini adalah tugas menjadi seorang Hero, bukan?”
Walaupun
Raven tidak dapat melihat ekspresi pada wajah burung yang dimiliki Nevermore,
namun ia bisa merasakan gagak itu sedang tersenyum.
“Aku
mengerti. Hanya itu saja yang ingin aku tanyakan.”
“Huh…
baiklah….”
Raven
sudah semakin dekat dengan naga tersebut. Naga itu pun sepertinya menyadari
kehadiran Raven, ia berhenti menghancurkan bangunan di sekitarnya lalu berbalik
menatap Raven yang mendekat. Raven menelan ludahnya perlahan, tatapan naga itu
yang tajam pada dirinya itu membuatnya sedikit gemetar. Namun bukan itu
sebenarnya membuat Raven sedikit merinding, tapi benda seperti mata yang berada
di dahi naga tersebut.
Setelah
dilihat dari dekat, naga ini memiliki wujud yang cukup mengerikan. Sisiknya
berwarna hitam dan terlihat keras, beberapa bagian tubuhnya diselimuti oleh es.
Dan dua bola mata merah menyala yang menatap Raven dengan tatapan penuh
intimidasi.
Tiba-tiba
naga itu tertawa terbahak-bahak.
“AHAHAHAHA,
APA INI… APA MEREKA KEHABISAN ORANG UNTUK MENGHENTIKANKU?!”
Raven
kebingungan dengan maksud dari naga tersebut.
“Lihat
sekelilingmu, Raven…”
Raven
terkejut ketika melihat sekeliling sesuai dengan saran Nevermore. Banyak
terdapat bongkahan es besar terdapat di sekeliling mereka. Namun bukan itu yang
menyebabkan Raven terkejut, melainkan terdapat manusia di dalam bongkahan es
tersebut. Dari baju zirah yang mereka kenakan,
sepertinya mereka adalah para Knight kerajaan yang bertugas untuk
menjaga kota ini. Dan juga beberapa seorang Hero Candidate seperti Raven, dapat
dilihat dari pakaian mereka yang lain dengan rakyat biasa. Tipikal yang
menandakan mereka seorang Hero.
“Apa
yang terjadi dengan mereka….”
“APA
YANG TERJADI DENGAN MEREKA?! MEREKA SEMUA MATI!!”
Naga
itu mengibaskan ekornya ke arah bongkahan es itu, seketika juga bongkahan es
itu hancur, beserta semua orang yang terperangkap di dalamnya. Mereka hancur
berkeping-keping seolah mereka sudah bersatu dengan es yang mengurung mereka.
Benar-benar pemandangan mengerikan, melihat naga itu dengan gampangnya membunuh
orang-orang tersebut yang berusaha mempertahankan kota ini.
“Kenapa
kau melakukan semua ini… mereka hanya berusaha mempertahankan tempat mereka….
Kau seharusnya tidak membunuh mereka!”
Raven
berusaha mengajak bicara naga ini, karena mengetahui naga ini bisa bicara dan
memiliki pikiran layaknya manusia, tidak seperti Ursa yang hanya bisa meraung
dan menyerang semua makhluk di sekitarnya tanpa berpikir. Mungkin dengan
bicara, Raven bisa mengerti kenapa naga itu mengamuk dan mencari jalan keluar
lain selain bertarung.
“KAU
MAKHLUK RENDAHAN, KAU KIRA BISA MENASEHATIKU?! MATILAH KAU!!”
Naga
itu menyemburkan meriam es dari mulutnya ke arah Raven. Dengan cepat Raven
melompat ke samping untuk menghindari semburan es tersebut. Semburan tadi hanya
mengenai tempat Raven berdiri tadi, membuatnya menjadi ladang es.
“Apa
yang kau lakukan, Raven… kau tahu itu percuma untuk mengajak bicara seekor
monster.”
“Aku
hanya mencoba, kau tahu… dia tidak seperti monster yang biasa aku temui, Naga
ini bisa bicara dan punya pikiran. Mungkin dengan bicara, kita bisa
menyelesaikan masalah ini tanpa membunuh satu sama lain….”
“HAHAHAHAHA!
APA KAU BILANG?! MENYELESAIKAN MASALAH TANPA MEMBUNUH SATU SAMA LAIN?! KAU
NAIF, DI DUNIA INI… MEMBUNUH ATAU TERBUNUH!!”
Naga
itu kembali menembakkan meriam es pada Raven. Raven kembali melompat menghindar
dengan mudah serangan tersebut, karena ia sudah terbiasa melakukan hal tersebut
pada Ursa. Dirinya sekarang bukan dirinya yang dulu ketika masih tidak memiliki
kemampuan apa-apa. Kini tubuhnya terasa lebih ringan dan ia merasa dapat
menghindari semua serangan yang diberikan naga tersebut.
“KAU
LUMAYAN JUGA, MANUSIA…. TAPI KAU SUDAH MELIHAT GERAKAN ITU SEBELUMNYA!!”
Naga
itu menghentakkan kedua kaki depannya ke tanah. Tiba-tiba seluruh permukaan di
sekitarnya membeku dan es perlahan menjalar semakin jauh, membekukan semua
benda yang dilewatinya dan mendekati tempat Raven berdiri. Raven segera
melompat menghindar ke belakang. Namun es tersebut tetap menjalar mendekati
Raven, tidak menandakan akan berhenti, memaksa untuk Raven terus melompat ke
belakang. Sampai beberapa meter, es itu pun berhenti. Namun-
“KENA
KAU!!”
Tiba-tiba
itu melompat dan datang entah darimana, karena Raven terlalu focus untuk
menghindari es tadi. Naga itu mengibaskan ekornya dan menghantam tubuh Raven,
membuatnya terpental dan menghantam dinding salah satu bangunan disana.
“Guhagh-?!”
Hantaman
yang keras itu membuat Raven terluka berat, ia pun memuntahkan darah dari
mulutnya. Kekuatannya benar-benar berbeda dengan Ursa, Raven masih dapat
bertahan jika terkena cakaran atau hantaman dari Ursa. Namun hantaman ini, benar-benar
kuat dan membuat tubuhnya mati rasa.
“Raven,
ini tidak bagus….”
Raven
dapat melihat Nevermore yang terbaring di sisinya. Hantaman tadi juga
memberikan dampak padanya karena kontrak itu, itu menyebabkan Nevermore terluka
parah sama dengan dirinya. Dan kondisi ini benar-benar tidak bagus.
“KAU
TIPE YANG HANYA BISA MENGHINDAR, SANGAT LEMAH UNTUK MENGHINDARI SERANGAN TIPE
AREA. MELIHAT TUBUHMU YANG LEMAH ITU, AKU RAGU APA KAU BISA BERTAHAN DENGAN
LUKA SEPERTI ITU….”
“Gugck-…..”
Raven
mulai berpikir apakah semuanya akan berakhir disini, bahkan ia belum sempat
mengeluarkan Tuning yang merupakan kartu andalannya. Ternyata ini lebih susah
dari Raven perkirakan. Raven tidak ingin semua berakhir dan tidak boleh
berakhir seperti ini, namun ia tidak bisa berbuat banyak dengan kondisi seperti
ini.
“MATILAH
KAU, MANUSIA….”
Naga
itu membuka mulutnya, bersiap menembakkan meriam es itu sekali lagi untuk
mengakhiri hidup Raven.
“Tch-….”
Raven
berusaha menggerakan semua anggota tubuhnya dengan seluruh tenaganya yang
tersisa, namun tubuhnya tidak merespon sesuai kehendaknya. Padahal yang
dibutuhkannya hanya melompat menghindari serangan itu. Saat situasi kritis itu,
tiba-tiba Raven mendengar suara teriakan seorang anak perempuan.
“Red
Magic : Fire Ball!!”
Tiba-tiba
sebuah bola api kecil muncul dan menghantam tepat mulut naga tersebut. Naga itu
berteriak kesakitan dengan mulutnya dibakar oleh api. Seorang figure kecil
muncul di depan Raven yang tidak berdaya. Figur kecil dengan rambut pirang
diikat twintail, itu adalah Alynn.
“Hai
naga jelek. Alynn tidak akan membiarkanmu menyakiti kakak Raven lebih dari
ini!”
Alynn
menyerukan pernyataannya dengan lantang sambil menunjuk naga yang masih meraung
kesakitan itu. Sepertinya serangan sihir yang dilemparkan oleh Alynn sangat
efektif pada naga tersebut.
“Raven,
kau tidak apa-apa? Sini… Biar aku mengobati lukamu.”
Luciel
pun juga ikut datang dan duduk di samping Raven, padahal tadi Raven sudah
menyuruh mereka untuk pergi meninggalkannya dan bersembunyi di tempat yang
aman. Luciel mengulurkan tangannya dekat dengan dada Raven, kemudian sinar terang
keluar dari telapak tangan Luciel. Raven dapat merasakan kehangatan dan rasa
nyaman dari cahaya tersebut.
“Lu-Luciel…
kenapa kau tidak lari.”
“Apa,
Raven bodoh?! Raven terlalu memaksa diri, sekarang lihat hasilnya! Raven selalu
memaksakan diri untuk orang lain, APA RAVEN TIDAK PERNAH MEMIKIRKAN RAVEN
SENDIRI?!”
Luciel
membentak dengan sangat keras. Bahkan hal itu membuat Raven terkejut.
“A-ah…
maafkan aku Raven-… hanya saja…-bagaimana bisa aku meninggalkan orang yang mau
menolongku. Raven juga bodoh-… tentu saja aku tidak bisa meninggalkan Raven
sendiri….”
“Luciel….”
“Apa
kau punya waktu untuk basa-basi, malaikat payah? Cepat, sembuhkan kakak Raven
dan pergi dari sini. Alynn tidak tahu bisa menahan naga ini berapa lama…”
Sepertinya
mereka berdua belajar bekerja sama dalam melakukan hal ini. Itu entah kenapa
membuat Raven terharu, teman-temannya bisa akur ketika hendak menyelamatkan
dirinya. Dia merasa banyak berhutang budi pada mereka berdua, mungkin Raven
akan mentraktir mereka es krim jika sudah berhasil kabur dari naga ini.
“KAU
MAKHLUK KECIL SIALAN, AKU AKAN MEMBUNUHMU JUGA!!”
Naga
itu mengibaskan ekornya ke arah Alynn dengan cepat. Namun Alynn melompat tinggi
ke atas untuk menghindari serangant tersebut, membuat Raven agak terkejut.
Ternyata Alynn bukan anak sembarangan, ia pun sepertinya punya kemampuan untuk
bertarung juga. Namun mengingat Alynn adalah iblis, tentu saja hal itu bukanlah
aneh bagi Ravem
“Red
Magic : Fire Ball!!”
Sebuah
lingkaran sihir bewarna merah muncul di depan telapak tangan Alynn, lingkaran
sihir itu memuntahkan bola api seukuran tubuhnya ke arah punggung naga
tersebut. Naga itu tidak sempat menghindar dan terkena ledakan bola api
tersebut. Ia kembali meraung kesakitan karena serangan Alynn.
“Bagus,
Alynn!”
“Raven,
jangan bergerak!”
Luciel
menasehati Raven karena lukanya masih harus diobati. Namun Raven juga tidak
bisa diam dan menonton Alynn bertarung demi dirinya. Raven berusaha
mengumpulkan seluruh tenaga untuk menggerakkan tubuhnya kembali. Berkat Luciel
juga, tubuhnya semakin lama semakin terasa membaik. Tapi keadaan kembali
memburuk.
“GYAAAAAA!!”
Raven
melihat Alynn terpental dan membentur tembok, sama seperti dirinya tadi.
“Alynn!!”
“AHAHAHAHA,
ENYAHLAH KAU MAKHLUK SIALAN!!”
Raven
dapat melihat Alynn yang kemudian jatuh tidak sadarkan diri. Luka yang dialami
Alynn nampaknya juga parah, Raven dapat melihat darah keluar dari mulut Alynn
yang terkapar. Melihat temannya terluka, tentu saja Raven tidak bisa diam saja.
Apalagi Alynn masih kecil, harusnya dia yang melindungi Alynn, bukan
sebaliknya. Raven segera bangkit dengan seluruh tenaga yang ia miliki. Walaupun
terasa sangat sakit, namun Raven memaksakan dirinya.
“Jangan
bergerak Raven! Lukamu belum sembuh betul!”
Seru
Luciel berusaha menasehati Raven, namun Raven tidak bisa diam jika keadaannya
begini. Kemungkinan Luciel yang akan menjadi korban jika ia tidak bertindak
cepat.
“Menyingkirlah,
Luciel…. Cepat pergi dan bawa Alynn bersamamu…”
“Tapi-…
bagaimana dengan Raven? Raven masih belum sembuh benar.”
“Terima
kasih.”
“Eh?”
“Kau
sudah melakukan tugasmu dengan baik, Luciel. Tapi kini adalah pertarunganku,
sebaiknya kau menyingkir… aku tidak ingin melihat orang terluka lebih dari
ini…”
“Eh-..
ah, baik… Raven.”
Luciel
segera berlari menghampiri Alynn.
“HEH,
SIAPA BILANG AKU AKAN MEMBIARKANMU LARI, MAKHLUK KECIL!!”
Naga
itu mengarahkan ekornya ke Luciel dengan cepat. Luciel yang tidak melihat hal
itu, tidak bisa menghindari serangan tersebut. Namun dengan cepat, tiba-tiba
Raven sudah ada di depan Luciel dan siap menahan ekor naga itu dengan kedua
tangannya yang sudah berubah karena Ravenclaw. Hempasan itu begitu kuat, sampai
terjadi ledakan angin ketika benturan terjadi. Namun Raven masih berdiri dengan
kokoh, tidak terguncang sedikit pun.
“Cepat
lari…. Luciel….”
Luciel
mengangguk dan segera mendekati Alynn seperti rencana awal. Melihat Luciel yang
sudah pergi membawa Alynn akhirnya bisa bernafas lega. Kini tidak akan ada
korban karena kecerobohan dirinya. Naga
itu yang nampaknya terkejut, segera menarik kembali ekornya yang berhasil
ditahan oleh Raven.
“TIDAK
MUNGKIN… MANUSIA LEMAH SEPERTIMU BISA MENGHENTIKAN SERANGAN EKORKU?”
“Berisik…”
“HUH?!”
Kali
ini Raven benar-benar marah. Bukan marah biasa yang hanya berteriak seperti
yang Raven lakukan biasanya. Melihat naga ini membunuh orang dengan gampangnya
lalu melukai teman-temannya, adalah perbuatan yang tidak bisa dimaafkan. Raven
mengeratkan kepalan tangannya sambil menggigit bibirnya.
“Itu
cuma ekor… menyebalkan… kau monster. Kali ini… Aku akan… BENAR-BENAR
MEMBUNUHMU!! TUNING!!”
Ledakan
hitam keluar dari tubuh Raven, membentuk siluet gagak raksasa yang
membentangkan sayapnya. Raven merasakan tubuhnya dibungkus oleh sesuatu yang
perlahan memakan kesadarannya. Ini bukan tuning seperti biasa yang dilakukan
Raven, karena entah kenapa ia tidak merasakan keberadaan Nevermore yang
merasuki dirinya. Tapi ia dapat merasakan kekuatan yang sama, tidak, bahkan
lebih besar dari sebelumnya memasuki tubuhnya. Kekuatan yang cukup besar untuk
membunuh naga itu.
Siluet
gagak yang besar itu kemudian menutupi Raven dengan kedua sayapnya, perlahan
siluet hitam itu menghilang dan berubah menjadi jubah hitam yang menutupi tubuh
Raven. Jubah hitam yang terlihat compang-camping namun memberikan kesan kalau
itu adalah jubah dari bulu burung gagak.
“HUH?!
APA INI? APA KAU MERUBAH WUJUD ATAU SEMACAMNYA? TAPI AKU TIDAK MERASAKAN
PERBEDAAN-”
Belum
naga itu menyelesaikan perkataanya, Raven sudah ada di depan naga tersebut dan
langsung mengayunkan Ravenclaw miliknya. Sayatan Ravenclaw meninggalkan tebasan
energi hitam seperti cakaran hewan buas namun dalam ukuran raksasa.
“GWAAAARGH!!”
Naga
itu meraung kesakitan, tebasan tadi langsung menghancurkan es yang melindungi
sisik bagian depannya. Naga itu segera terbang mundur untuk menghindari Raven,
namun ia terkejut ketika menyadari Raven sudah tidak berdiri di tempat tadi.
“Rwaaaah!!”
Raven
tiba-tiba sudah muncul di belakang naga itu dan mengayunkan Ravenclawnya.
Tebasan energi hitam kembali muncul dan melukai punggung naga tersebut.
Meninggalkan bekas cakaran yang cukup terlihat pada sisik di punggungnya. Naga
itu kembali meraung kesakitan, ia kali ini mengepakkan sayapnya dan terbang ke
atas untuk menghindari Raven.
“BAGAIMANA
BISA?! KAU HANYA TADI SEORANG MANUSIA LEMAH TANPA KEKUATAN SEBESAR INI!!”
“Fufu…
terkejut? Aku sendiri tidak tahu apa yang terjadi. Tapi kini kau sudah melihat
perbedaanya kan?”
Dalam
pikiran Raven kini hanya ada pikiran untuk membunuh naga tersebut, walaupun
sekarang ia sendiri berada dalam kondisi setengah sadar. Raven tidak yakin
apakah ini karena kekuatan tuning atau rasa amarahnya yang membuat tubuhnya
terasa menggebu-gebu dan darahnya terasa bergejolak kencang. Tekanannya terlalu
kuat sampai memakan setengah kesadarannya untuk berpikir, tapi satu-satunya
yang membuat ia tetap focus adalah membunuh naga di hadapannya.
Namun naga itu sekarang sedang terbang dan
Raven tidak bisa menjangkaunya dalam ketinggian seperti itu. Tapi di dalam
pikiran Raven terbesit suatu kata yang bisa menolongnya.
“Nightwing….”
Tiba-tiba
dua energi hitam kembali keluar dari punggungnya, yang perlahan membentuk dua
buah sayap burung bewarna hitam. Kenapa baru terpikirkan olehnya, Nevermore
adalah seekor gagak, tentu saja dia juga bisa terbang dengan mengambil
sayapnya.
“APA?!”
“Sekarang…. Kau akan benar-benar mati!!”
***
Setelah
laporan peringatan dari Watcher tadi, kini semua penduduk sudah mengungsi ke
tempat yang aman. Kota yang sekarang ini sepi memudahkan Hare untuk menggunakan
Beast yang merupakan salah satu hewan pasir ciptaannya sebagai tunggangan.
Ia
awalnya sedang ingin keluar kota untuk mencari sesuatu, namun setelah mendengar
peringatan dan melihat siluet naga yang mendarat di tengah kota, ia segera
memutuskan untuk menuju ke tempat naga itu berada. Walaupun sebenarnya ia tidak
peduli kalau naga itu memakan semua penduduk, namun ia mengkhawatirkan satu
orang. Orang bodoh yang berlagak menjadi hero itu pasti berada disana dan
bertarung dengan naga tersebut.
“Hare,
apa yang membuatmu yakin kalau Raven ada disana?”
“Cuma
firasatku…. Lagipula…. Aku tahu cara pikirnya yang sederhana itu…. Dan juga
bodoh….”
“Aku
mengerti….”
“Heeee?
Apa kau tersesat juga anak kecil?”
Tiba-tiba
terdengar suara yang Hare tidak kenal. Suaranya berat seperti laki-laki, namun
nadanya agak tinggi sehingga terdengar seperti laki-laki kekar atau tua. Hare
yang menaiki Beast pun segera berhenti. Ia melirik sekeliling, namun tidak ada
siapa-siapa. Hare berpikir apa itu cuma halusinasinya saja?
Karena
seharusnya tidak ada orang lagi disini. Sudah lima belas menit berlalu setelah
alarm peringatan tadi agar para penduduk segera mengungsi dari serangan. Para
hero atau ksatria kerajaan pun harusnya tidak ada disini, melainkan bertarung
dengan naga untuk mempertahankan kota ini.
“Diatas
sini, bodoh….”
Hare
langsung mendengok ke atas, ternyata ada seseorang berdiri di atas atap salah
satu rumah dekat dengan Hare. Laki-laki itu memiliki figure yang tinggi,
rambutnya lebat dan bergelombang sampai menutupi mata kanannya, namun Hare juga
tidak bisa melihat mata kirinya karena ia mengenakan kaca monoculus. Jenis
kacamata yang biasanya digunakan bangsawan.
Tapi
penampilannya terlihat aneh dan norak, yaitu singlet berwarna hitam yang
ditutupi dengan bulu lebat seperti mantel berwarna jingga dengan celana jeans
bewarna biru. Ia juga mengenakan sarung tangan bewarna hitam, namun tidak
mengenakan alas kaki. Cara pakaiannya itu terlihat membingungkan bagi Hare,
seperti campuran antara masculine dengan feminim.
“Kau
siapa…. Sedang apa disitu….”
“Ayayay,
tidak sopan memanggil orang yang lebih tua dengan sebutan kau, anak kecil.
Hehe, sebenarnya aku sedang mencari kamar kecil… tapi aku tersesat. Kau sendiri
sedang apa? Anak kecil sepertimu harusnya tidak ada disini, pergilah! Cari ibumu,
ini bukan tempat yang aman bagi anak-anak. Hush, hush!”
Laki-laki
itu melambaikan tangannya ke Hare seperti ia sedang mengusir burung untuk
pergi. Hare tidak mengerti dengan laki-laki ini, selain penampilannya yang
aneh, cara bicaranya pun juga aneh. Namun berbicara dengannya hanya akan
memperlambatnya saja, jadi Hare memutuskan untuk tidak menghiraukan laki-laki
itu dan segera pergi menolong Raven.
Tapi
saat Beast hendak kembali melaju, tiba-tiba sekumpulan orang-orangan sawah yang
terlihat hidup muncul dari bawah tanah dan menghalangi jalan Hare. Wajah mereka
terlihat mengerikan dengan mata merah menyala. Banyak dari mereka membawa
senjata tajam seperti celurit dan gunting besar, sementara sisanya memiliki
tangan iblis yang menyatu dengan tangan jerami mereka.
“Ugh…”
Hare
pun terpaksa menghentikan Beast. Baru kali ini ia melihat monster seperti ini.
Mereka bukan makhluk hidup, namun seperti benda mati yang dirasuki oleh sesuatu
sehingga membuat mereka hidup. Mereka mungkin orang-orangan sawah milik
penduduk desa yang digunakan untuk pertanian. Hare mulai berpikir apakah ini
merupakan kekuatan dari naga tersebut.
“Hei
hei! Kau ini, tidak sopan sekali ya! Kan sudah aku bilang, ini bukan tempat
untuk anak kecil sepertimu. Lain kali, dengarkan kalau orang dewasa bicara.”
Laki-laki
tadi tiba-tiba melompat dari satu atap ke atap yang lain lalu berhenti di atap
rumah dimana orang-orangan sawah itu berkumpul di bawahnya. Hare mengeryitkan
alisnya, ternyata dugaan dia benar kalau laki-laki ini bukanlah orang baik.
“Siapa
kau sebenarnya….”
“Apa
kau naksir denganku? Daritadi kau terus menanyakan siapa aku, tapi baik-baik,
akan aku beritahu. Namaku Hypnocatrice, kau bisa memanggilku Hypnos. Sisanya
tidak penting, TAPI!... aku ingin kau ingat satu hal… Akulah pelaku dalam
kejadian serangan naga ini.”
“Apa
maksudmu….”
“Kan
sudah aku bilang sisanya tidak penting… heh, kau ini benar-benar anak yang
nakal sampai membuat orang dewasa ini kewalahan. Yah, jika kau masih keras
kepala untuk diam di tempat ini… kau akan menerima hukumannya… Habisi dia!!”
Orang-orangan
sawah itu kemudian bergerak sesuai perintah dari Hypnos. Sambil mengayunkan
senjata mereka bawa, mereka berlari menerjang Hare. Melihat ukuran mereka yang
kalah dengan Beast, Hare masih bisa tenang menghadapi mereka dengan balik
menerjang. Tapi melihat jumlah mereka yang banyak dan suka mengayunkan senjata
tajam itu, membuat Hare berpikir kembali. Ia tidak tahu apakah senjata itu beracun
atau tidak, karena jika menerjang sekarang dengan Beast, Hare kemungkinan bisa
terkena salah satu dari senjata tersebut.
“EH,
TUNGGU DULU!!”
Pada
saat Hare sudah siap dengan pertarungan yang tidak bisa dielakkan itu, tiba-tiba
orang-orangan sawah itu berhenti setelah mendengar teriakan Hypnos yang
tiba-tiba. Mereka langsung kebingungan sambil menoleh Hypnos di belakang,
begitu juga dengan Hare.
“Apa tadi aku bilang ‘habisi dia’…. Tidak,
tidak, tidak… aku tidak suka menghabisi anak kecil… orang dewasa macam apa yang
suka membully yang lebih kecil. Kalau begitu, tangkap dia! Jangan biarkan dia
lewat dari tempat ini!”
Setelah
mendapat perintah yang pasti, orang-orangan sawah itu kembali bergerak
menerjang ke arah Hare.
“HEI,
INGAT!! JANGAN BUNUH DIA! CUMA TANGKAP!!”
Teriakan
Hypnos di tengah gemuruh orang-orangan sawah itu terdengar jelas di belakang. Hare
tidak mengerti apakah dia sengaja bersikap seperti itu atau memang laki-laki
bernama Hypnos itu aneh. Tapi satu hal yang pasti, ia harus bisa melewati
kumpulan makhluk ini sebelum bisa ke tempat naga itu.
Hare
segera melompat dari tubuh Beast, membiarkan Beast menerjang sendiri ke arah kerumunan
orang-orangan sawah tersebut. Beast menghancurkan orang-orangan sawah tersebut
seperti bola bowling yang diluncurkan dan menghancurkan pinnya. Namun sisanya
yang selamat, melaju ke arah Hare.
“Sand
Construct ‘Squamata’…..”
Hare
mengacupkan kedua tangannya di depan dada sambil mengucapkan jurusnya. Sebuah
kadal raksasa terbentuk dari kumpulan pasir yang tiba-tiba muncul. Kadal
tersebut langsung meliuk melingkari Hare, seolah menjadi tameng baginya. Ekor
Squamata menyapu semua orang-orangan sawah yang mendekat ke arahnya,
menghancurkannya seketika menjadi tumpukan jerami. Dia juga mempunyai lidah
yang panjang yang digunakannya untuk menyerang dari dua sisi.
Squamata
adalah hewan yang digunakan Hare untuk pertahanan sementara Beast digunakan
untuk menyerang, ini adalah kombo sempurna yang diciptakan oleh Hare. Namun
bayarannya cukup setimpal, karena mengendalikan dua hewan besar sekaligus,
menguras banyak tenaga Hare kecuali untuk Falco yang ukurannya kecil.
Dihadapan
kombo makhluk berdua ini, orang-orangan sawah itu tidak ada apa-apanya. Tinggal
menunggu waktu sampai Beast bisa menghabisi mereka semua. Orang-orangan sawah
yang tubuhnya hancur, tiba-tiba mengeluarkan asap hitam yang kemudian lenyap di
udara. Hare berpikir itu pasti adalah sesuatu yang membuat mereka bergerak.
Mungkin itu adalah kekuatan dari laki-laki bernama Hypnos itu, dimana
kekuatannya mirip dengan Hare dalam mengendalikan hewan pasirnya. Jika ia bisa
mengendalikan sebanyak ini, maka dia bukan orang sembarangan.
“Oya~?
Kau sepertinya asik sibuk sendiri….”
Saat
Hare memikirkan langkah berikutnya, tiba-tiba Hypnos sudah ada di sampingnya
dengan santainya bersender di punggung Squamata, menatap Hare dari dekat.
“Apa?!
Sejak kapan laki-laki itu disini?!”
Hare
pun mempunyai pertanyaan yang sama dengan Hound. Bagaimana bisa laki-laki ini
menyelinap tanpa sepengetahuan Hound yang biasanya mengawasi punggungnya ketika
Hare focus dalam pertarungan?
“Itu
rahasia~ dasar anjing. Ohya, aku tidak boleh berkata kasar… tapi dia memang
anjing, jadi bagaimana?”
“Kau-…
unn?!”
Tiba-tiba
Hare merasa ngantuk, perlahan kesadarannya mulai menghilang. Squamata dan Beast
pun diam dan tubuh mereka perlahan mengikis menjadi pasir, akibat dari Hare
yang melepaskan fokusnya. Hare juga dapat melihat Hound yang jatuh tersungkur.
“Kau
bocah bandel sih, jadi bobok dulu ya. Aduh, perutku sakit… kamar kecilnya
dimana… Ohya, jangan lupa, aku Hypnocatrice, pelaku dari kejadian ini. Ingat!
Hypnocatrice! H-Y-P-N-O-…..”
Bahkan
setelah semua ini, Hypnos masih mencari kamar kecil. Hare mungkin akan tertawa
geli jika ia bisa dan itulah kata terakhir yang di dengar oleh Hare sebelum
dirinya benar-benar tidak sadarkan diri.
To
Be Continued.