***
“KAU
MAKHLUK MENYEBALKAN!! ENYAH KAU!! FROST BURST!!”
Naga
itu memuntahkan cahaya bewarna biru dari dalam mulutnya. Raven dapat merasakan
hawa dingin menusuk dari cahaya biru yang mengarah padanya itu, bahkan dari
jarak yang cukup jauh. Dan ukuran semburan cahaya itu cukup besar dan mendekat
dengan sangat cepat. Namun di mata Raven, tembakan itu bergerak agak melambat. Bahkan
ia rasa dapat memperkirakan kapan serangan itu akan mengenainya.
Dengan
mudah, Raven terbang ke samping untuk menghindari tembakan tersebut. Melakukan
maneuver dengan mulus tanpa kesalahan sedikitpun. Semuanya dilakukannya tanpa
sadar, seolah tubuhnya sudah diatur untuk melakukan semua ini.
“Ugh…”
Walaupun
Raven dapat menghindari tembakan itu, namun hawa dingin yang dipancarkan
serangan itu sangat kuat, sampai memberikan dampak tidak langsung pada Raven.
Tubuhnya terasa agak membeku, namun itu tidak menghentikan lajunya untuk sampai
ke tempat naga itu.
“GWAAAAARGH!!”
Naga
itu kembali menembakkan semburan yang sama secara terus menerus ke arah Raven.
Namun itu percuma karena Raven berhasil menghindari semuanya. Gadis itu meliuk
terbang ke kiri dan ke kanan secara bergantian, seolah menari dengan kedua
sayap hitam di punggungnya. Dan kali ini Raven mengambil jarak cukup jauh dalam
menghindari serangan itu agar tidak terkena hawa dingin yang tajam tadi.
“MATI
KAU!!”
Naga
itu terus menyemburkan serangan yang sama tanpa tanda akan berhenti, namun
semua itu percuma karena Raven bisa melihat semua serangan itu walaupun jarak
mereka berdua perlahan mendekat. Namun tentu saja Raven tidak bisa melakukan
ini terus, jika ia ingin segera mencapai tempat naga itu. Tanpa sadar, Raven
memacu kecepatan terbangnya. Saking cepatnya sampai ia tidak terlihat di mata
naga tersebut.
“HUH?!
DIMANA DIA?! -AAAAAAAAAAARGH!!”
Naga
itu mengerang kesakitan ketika cakaran hitam tiba-tiba muncul dari belakang dan
melukai punggungnya. Ternyata itu Raven yang sudah berada di atasnya. Naga itu
mengayunkan ekornya untuk memberi serangan balik, namun Raven melihat hal
tersebut. Ia kembali memacu kecepatannya untuk terbang melewati naga tersebut
ke bawah sambil mengayunkan Ravenclawnya.
“GRAAAAAAWRGH!!”
Naga
itu meraung kesakitan karena terkena sayatan Ravenclaw tadi, walaupun serangan
itu tidak memberi bekas pada tubuhnya. Namun entah kenapa, Raven merasakan
kekuatan dalam dirinya perlahan semakin kuat setiap ia melukai naga itu. Mulai
dari cakaran ketika mereka masih di bawah sampai sekarang, kekuatan dalam
tubuhnya seperti terpompa. Dan nalurinya menggerakkan semua tubuhnya untuk
mendapatkan yang lebih, Raven hanya mengikuti arus karena ia sendiri tidak
terlalu sadar dengan yang ia lakukan sekarang.
“GAAAAAAGH!!
KAU BEDEBAH KECIL!!”
“Haaaah!!”
Raven
mengayunkan Ravenclaw miliknya sekali lagi, menciptakan tebasan bewarna hitam
dengan bentuk seperti serangan cakar kegelapan. Serangan itu dengan telak
mengenai kepala naga itu, membuat naga itu meraung kesakitan. Namun tidak ada
dampak kerusakan yang terlihat, sepertinya serangannya tadi hanya memberikan
sedikit pukulan.
“Bagaimana
kalau begini…”
Raven
mengayunkan cakarnya lagi sekali, melepaskan sayatan hitam yang melukai kepala
naga itu sekali lagi tanpa memberikan kesempatan untuk naga itu melakukan
sesuatu. Kali ini serangan itu memberikan luka gores pada kepala naga itu. Naga
itu kembali meraung kesakitan, kali ini dengan suara yang lantang. Tapi itu
pantas untuknya, bagi Raven, monster yang sudah membunuh banyak orang yang
tidak berdosa itu tidak termaafkan.
“Tolong… aku…..”
Tiba-tiba
terdengar suara kecil perempuan di kepala Raven. Suara kecil itu membuat Raven
tersadar sepenuhnya dan membelalakkan matanya. Bagaikan setitik air yang
membangunkan Raven dari tidurnya. Saat mendengar suara itu, terbesit bayangan
seorang gadis berambut putih panjang, mengenakan pakaian bewarna biru.
“Huh?
Tadi itu…. Apa….”
“MATI
KAU!!”
Raven
lengah, ia tidak melihat naga itu berputar dan melayangkan ekornya ke arahnya.
Raven yang terkena hantaman langsung terpental dan terjatuh ke tanah dengan
ledakan angin yang cukup hebat. Raven membentur masuk ke dalam salah satu rumah
penduduk melalui atap. Hantaman tadi cukup keras, namun tidak memberikan luka
yang fatal seperti tadi, mungkin karena kekuatan Tuningnya memberikan
pertahanan tubuh yang lebih.
“Seseorang… tolong
aku…”
Suara
itu terdengar lagi dan semakin jelas, dan bayangan gadis itu terbesit kembali
dalam kepala Raven, kali ini ia terlihat duduk menangis sambil memeluk lututnya
di tengah kegelapan.
“Aku… tidak mau
melakukan semua ini….”
Mendengar
pernyataan itu, membuat Raven berpikir. Apakah suara itu berasal dari naga
tersebut dan maksud dari bayangan yang ia lihat ini Raven kurang yakin akan hal tersebut, karena
hal ini pertama kali baginya.
“Bayangan
tadi itu…. Maksudnya apa….”
Semakin
memikirkannya membuat Raven semakin kebingungan. Apakah tanda itu memberi
syarat tertentu baginya. Semua keanehan ini semua terjadi setelah Raven
mendapat kekuatan dari Nevermore, apakah ini juga termasuk bagian dari itu.
“Hey…
Nevermore… apa kau mendengarku?”
Raven
bermaksud menanyakan semua ini pada Nevermore, jika dia mendengar. Namun
beberapa detik berselang, burung itu tidak muncul. Raven menyadari ini pasti
kesalahannya karena melakukan Tuning saat Nevermore tidak sadarkan diri. Burung
itu pasti masih pingsan.
“Tch…
apa yang harus aku lakukan…”
Raven
kebingungan apakah ia harus membunuh naga itu atau tidak. Naga itu tadi baru
saja mengamuk dan membunuh banyak orang, tapi saat bersentuhan dengan naga
tersebut, Raven merasakan perasaan yang lain datang dari naga itu. Seperti
kesedihan, kesendirian dan putus asa karena ditelan oleh kegelapan.
“Jangan-jangan….”
Setelah
dipikirkan lagi, Raven melihat keganjalan pada naga itu. Yaitu pada bola mata
ketiga yang ada di dahinya. Dari semua bagian tubuh naga itu, Raven merasakan
bagian mata itulah yang memancarkan aura jahat yang sangat kental seolah itu
menjadi inti dari semua aura hitam pada naga itu. Dan jika benar suara dan
bayangan tadi dari naga tersebut, maka mata itu pasti yang menyebabkan semua
ini. Kenapa naga itu mengamuk dan suara penolakan yang ia dengar. Jika ia
menghancurkan mata itu, maka kemungkinan ini semua bisa berakhir tanpa harus
membunuh naga tersebut.
“Aku-….
Akan percaya pada diriku sendiri! Akan aku selamatkan orang yang bisa aku
selamatkan!”
Dengan
semua pernyataan itu, Raven pun sudah memutuskan, kali ini ia hendak mencoba
mendekati mata ketiga dari naga itu dan menghancurkannya. Ia segera bangun dan
kembali merentangkan kedua sayapnya, terbang ke atas lalu keluar dari rumah
yang sudah menjadi reruntuhan tersebut.
“Ugh….
Apa yang terjadi… tiba-tiba semuanya terasa berat…..”
Saat
Raven sudah sadar sepenuhnya, ia menyadari dirinya kesusahan untuk menjaga
keseimbangan tubuhnya ketika terbang. Tubuhnya tidak berjalan kembali sesuai
dengan kehendaknya seperti tadi.
“DISANA
KAU…. MATILAH! FROST BURST!!”
“Uwaaah!”
Raven
segera menukik ke bawah. Ia berhasil menghindari tembakan itu, namun ia juga
menghantam salah satu atap karena tidak bisa mengendalikan kedua sayapnya
dengan baik. Raven segera bangkit dan kembali terbang.
“Oh,
ayolah…. Padahal tadi bisa….”
Dengan
susah payah, Raven mengepakkan kedua sayapnya agar bisa terbang mendekati naga
itu. Namun ia kesusahan dalam mengatur keseimbangan tubuhnya. Dan serangan
kedua kembali datang menuju ke arah Raven. Raven merendahkan tubuhnya dan
mendarat ke atap untuk menghindari serangan tersebut, kemudian melompat untuk
terbang kembali. Hal itu terus ia ulangi, terbang, mendarat di satu atap,
lompat terbang kembali, dan mendarat di satu atap untuk menghindari semua
tembakan yang dilancarkan naga tersebut.
“Oh,
ayolah!!”
Raven
berusaha melakukan gerakan itu lagi, gerakan cepat kilat untuk menuju naga
tersebut. Namun dengan kondisi seperti ini, ia tidak tahu bagaimana cara
melakukan itu lagi.
“Kenapa
tidak bisa?! Tadi baru saja aku melakukannya!”
Raven
mulai geram, kenapa tubuhnya tidak bergerak ketika dibutuhkan. Hal ini
benar-benar membuat Raven kesal. Kejadian seperti ini selalu menimpanya,
kesialan ketika semuanya tidak berjalan sesuai dengan rencana Raven.
“Uwah!”
Saat
sedang merasa kesal, tiba-tiba ia merasakan hal itu kembali. Kekuatan yang merasuki
seluruh tubuhnya dan perlahan memakan setengah kesadarannya. Nampaknya amarah
Raven yang memicu kekuatan itu kembali mengambil tubuhnya. Namun Raven tidak
boleh lengah, ia mungkin akan membunuh naga itu jika tidak bergegas. Tujuannya
hanya satu, yaitu mata yang ada di dahinya.
“Ayooo!!”
Raven
melaju dengan kecepatan tinggi, kali ini tubuhnya berjalan sesuai keinginannya.
Ia terbang dengan cepat ke arah naga itu, bahkan ia tidak terlihat di pandangan
naga tersebut.
“KAU
KIRA AKU BISA TERTIPU DUA KALI?!”
Naga
itu kembali menyemburkan cahaya birunya. Cahaya itu mengarah tepat padanya,
nampaknya naga itu mengetahui posisi jalur Raven. Dan dalam kecepatan ini, Ia
tidak sempat mengelak.
“Uwagh!”
Raven
berhasil menghindari cahaya biru itu, tapi tetap saja cahaya itu menyerempet
sayapnya dan membuatnya menjadi beku. Naga itu tertawa terbahak-bahak
mengetahui triknya berhasil mengenai Raven. Tapi tetap saja, Raven diuntungkan
dalam situasi ini karena naga itu baru saja melakukan kesalahan yang fatal.
Dengan tenaga tersisa, Raven mendorong tubuhnya dengan sebelah sayapnya untuk
mencapai naga tersebut yang jaraknya sudah hamper dekat.
“Kali
ini kena kau, sadarlah!”
Raven
meluruskan lengan kanannya, menjangkau mata tersebut dengan Ravenclaw miliknya.
Saat cakarnya berhasil menggenggam mata tersebut. Tiba-tiba Raven merasakan
sesuatu seperti masuk ke dalam tangannya dan sangat cepat, layaknya air yang
mengalir masuk ke dalam tubuhnya.
“GWAAAARGH!!!!”
Raven
berteriak karena shock, ia tidak menyadari kalau hal ini akan terjadi. Semua
tekanan yang masuk tiba-tiba ke dalam tubuhnya, membuat tubuh Raven terasa
berat. Hendak melepaskan tangannya dari mata itu pun tidak bisa, tubuhnya
terasa menempel dengan mata tersebut. Di sisi lain naga itu juga meraung dengan
keras.
“APA
YANG KAU LAKUKAN MAKHLUK RENDAHAN?! KAU MENGHISAP SEMUA KEKUATANKU!!
RRRRRRRRUAAAAAAAGH!!”
Menyerap
kekuatan?
Apa
semua tekanan besar yang masuk dan mengekang tubuhnya ini adalah kekuatan dari
naga ini?
Atau
ini malah kekuatan mata ketiga yang berusaha mengendalikan dirinya?
Tapi
satu hal yang pasti, bagi Raven itu adalah-
“Aku
tidak akan kalah dari semua ini!! Haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah!!”
Raven
mengerahkan seluruh tenaganya pada genggaman tangannya, ia berusaha
menghancurkan mata itu sebelum mata itu berusaha menguasainya. Dengan
cengkraman yang kuat dari Ravenclaw, bola mata digenggamannya itu terlihat
retak sebelum akhirnya hancur berkeping-keping menjadi asap hitam.
Raven
berhasil. Naga itu meraung, nampaknya kesakitan. Ia melempar kepalanya ke kiri
dan ke kanan. Sesuatu bewarna hitam keluar dari dalam tubuhnya. Raven dapat
melihat perubahan warna sisik naga itu dari hitam menjadi biru emerald, warna
yang cantik seperti warna mutiara.
“Ak—hirnya,
berhasil-… Tch…. Si—al…..”
Raven
tiba-tiba merasakan sakit yang luar biasa menyerang seluruh bagian tubuhnya.
Rasa berat karena terkekang mata tadi sudah menghilang, namun Raven merasakan
rasa yang lain dan itu sepertinya kelelahan. Tubuhnya tidak pernah bergerak
sebanyak ini, apalagi ini pertama kali ia menggunakan Tuning dalam waktu selama
ini karena biasanya hanya sampai 9 detik. Bagi Raven ini adalah pencapaian luar
biasa karena ia bisa melakukan sejauh ini, namun dampaknya baru terasa
sekarang.
Raven
kehilangan kesadarannya karena tubuhnya sudah kelelahan. Hal terakhir yang ia
lihat adalah naga itu sudah terbebas sepenuhnya dari kegelapan yang
mengendalikannya. Dan Raven cukup senang dengan hal itu, walau tidak terpintas
dalam pikirannya bagaimana nasibnya jika jatuh dalam ketinggian seperti ini.
***
Song
Played : https://www.youtube.com/watch?v=AB8o_VdvFpk
“Huh?
Kenapa kau melakukan hal itu?”
“Padahal aku sudah
memberikan kesempatan yang besar untuk membunuhnya.”
“Bukankah kau
selalu bersamaku,****?”
“Kita selalu
bersama, suka dan duka… Hehe, aku ingat itu…”
“Naif….”
“Benar-benar naïf….
Kau pikir dengan menyelamatkan naga itu, mereka akan menganggapmu sebagai
pahlawan?”
“Tangan dibalas
tangan dan mata dibalas mata, bukankah begitu,****?”
“Tapi tidak
apa-apa…. Mungkin kau tidak ingat, tapi cepat atau lambat… kau akan
menyadarinya, ****.”
***
“Ugh…
Raven
merasakan sesuatu yang hangat perlahan mengenai tubuhnya. Tidak terlalu panas,
sangat terasa nyaman diantara hawa dingin yang ia rasakan. Hal itu seperti
memberi kehidupan padanya. Raven pun perlahan membuka kedua matanya yang terasa
agak berat, cahaya yang menyilaukan langsung masuk ke dalam bola matanya.
“Owch…
silau…”
Raven
mengangkat tangannya untuk menghalangi cahaya tersebut. Raven kemudian melihat
kalau cahaya itu berasal dari sebuah lubang di langit-langit yang bentuknya
seperti bebatuan. Menyadari hal itu, membuat Raven segera beranjak dari tempat
ia rebahan.
“Oh…
kau sudah sadar, manusia….”
Raven
menoleh ke arah sumber suara yang terdengar berat itu, ternyata itu adalah
milik naga yang ia lawan di kota saat itu. Namun kali ini rupanya tidak seseram
ketika mereka pertama kali bertemu, dia kini tampak bersahabat walaupun
tubuhnya tetap saja terlihat besar dan menyeramkan bagi anak-anak. Mata ketiga
di dahinya pun menghilang.
“A-aku….”
“Kau
ada di dalam gunung tempat aku tinggal. Aku sengaja memilih tempat yang ada
sinar mentari agar kau tidak terlalu kedinginan saat tidak sadarkan diri karena
hawa tubuhku.”
Mendengar
pernyataan naga itu, Raven menyadari rumput yang menjadi alas tempat ia
tertidur dan beberapa bunga yang tumbuh di sekitarnya. Sementara sisi lain yang
terlihat hanya bebatuan dan es yang menyelimuti. Tempat dia terbaring
sepertinya benar-benar special. Tidak lama kemudian terdengar suara nyaring
dari perut Raven.
“Oh,
kau lapar? Aku akan menyiapkan makanan, mohon tunggu sebentar….”
“Ah,
baik….”
Naga
itu memutar badannya, sepertinya mengambil sesuatu di belakang. Setelah
selesai, naga itu kembali memutar menghadap ke arah Raven sambil membawa macam
buah-buahan dengan cara menggulingkannya di bawah menggunakan lehernya seperti
tongkat.
“Makanlah,
hanya ini yang aku temukan disini. Awalnya aku memilih daging hewan sekitar,
tapi kalian manusia tidak bisa makan daging mentah dan aku sendiri bukan naga
api untuk digunakan memasak daging mentah jadi….”
“Ah,
tidak apa-apa. Terima kasih banyak, ini sudah cukup membantu.”
Raven
segera mengambil apel di dalam tumpukan buah itu lalu langsung memakannya. Apel
itu cukup untuk mengganjal rasa laparnya. Namun itu tidak menolongnya dalam
kondisi aneh ini. Ia tidak menyangka kalau naga ini akan menolongnya dan bahkan
memberinya makan seperti sekarang. Ternyata benar dugaan Raven soal mata ketiga
di dahinya pada saat ini.
Siapa
yang menyangka kalau naga ini ternyata baik seperti sekarang. Namun tetap saja,
suasana yang berubah sunyi membuat Raven tidak nyaman. Ini adalah salah satu
kejelekannya karena tidak bisa berbicara dengan baik pada orang yang baru
dikenal. Ia harus mengucapkan sesuatu, tapi tidak ada kata yang terbesit dalam
pikirannya.
“Frostfilia….”
“Eh?”
“Itu
adalah namaku, Frostfilia. Siapa namamu, manusia?”
“Raven…
Raven N. Genesis.”
“Genesis?
Nama yang aneh untuk seorang perempuan.”
“A-aku
tahu itu….”
“Ah,
maaf… aku telah menyinggung perasaanmu.”
“Ti-tidak
apa-apa, aku sendiri agak membencinya…”
“Tapi
Raven, nama yang cocok untuk gadis berambut hitam sepertimu.”
“A-ah,
terima kasih….”
“Huh?
Apa kau kesusahan untuk berbicara denganku seperti ini? Baiklah, bagaimana
kalau aku mengganti wujudku.”
Raven
ingin berkata tidak usah pada Frostfilia, namun tiba-tiba cahaya biru terang
menyelimuti Frostfilia. Cahaya terang yang menyilaukan mata Raven untuk
sementara. Setelah cahaya biru itu menghilang, Raven terkejut dengan apa yang
dilihatnya.
Sekarang
seorang perempuan berdiri di hadapannya. Umurnya sekitar 20-an, lebih tua dari
Raven. Rambut birunya yang panjang dibiarkan terurai. Ia mengenakan kimono
putih dengan corak motif Kristal es. Penampilannya benar-benar seperti wanita
elegan dan terhormat. Namun satu hal yang membuat ia tidak terlihat manusia
yaitu sayap naga di kepalanya yang terlihat seperti kuping dan ekornya pada
buntutnya masih ada.
“Hwa?!
Kok bisa gitu?!”
Raven
terkejut, Frostfilia hanya tertawa pelan sambil menutupi mulutnya dengan lengan
kimononya.
“Terkejut?
Aku sudah berusaha melakukan ini mungkin sudah seratus tahun. Walaupun sayap
dan ekor ini masih menganggu… kau tahu impianku selama ini adalah bisa hidup
berdampingan dengan manusia tanpa ada rasa takut. Oleh karena itu aku berbuat
sejauh ini sampai mempelajari ilmu merubah wujud… yah, walaupun aku sendiri
tahu, ilmu merubah wujud yang sempurna itu mustahil dilakukan bahkan untuk para
naga.”
“Ah,
aku mengerti….”
Raven
tidak bisa mengeluarkan kata yang lain. Ia ingin memuji atau menyetujui impian
Frostfilia yang terdengar mulia bagi dirinya. Hidup berdampingan tanpa rasa
ketakutan, pasti indah rasanya bisa hidup seperti itu tanpa harus bertarung mempertaruhkan
nyawa. Tapi tidak ada satu kata pun keluar dari mulutnya.
“Ah,
luka itu…”
Raven
menyadari luka sayatan yang membekas pada dari dahi sampai hidung Frostfilia.
“Ah,
ini bekas luka saat itu… saat kita bertempur di kota.”
“Ah,
maafkan aku! Aku telah melukai wajahmu, saat itu aku-”
“Tidak
apa-apa. Kalau bukan karena ini aku pasti tidak akan sadar akan perbuatanku.
Lagipula aku akan menganggapnya sebagai hadiah kenang-kenangan darimu~”
Itu
cara yang aneh untuk menganggap luka sebagai hadiah. Namun tetap saja Raven
menyesal karena telah melakukan hal itu. Ia tidak bisa memaafkan dirinya yang
terbawa emosi saat itu. Tapi penyesalan selalu datang saat ini, nasi sudah
menjadi bubur. Setidaknya Frostfilia tidak merasa keberatan karena lukanya.
“Ngomong-ngomong…
terima kasih Raven. Terima kasih atas segalanya. Tanpa dirimu, mungkin aku…
sudah kehilangan diriku dan melakukan semua yang aku benci. Walaupun aku
menyesal karena telah membunuh mereka yang di kota… aku tahu dosa yang telah
aku lakukan itu tidak bisa dimaafkan…”
“Tidak,
kau salah.”
“Eh?”
“Aku
sudah memaafkanmu… lagipula kau tidak sengaja melakukannya.”
“Wah!
Terima kasih banyak Raven, aku benar-benar menyukaimu!”
Frostfilia
yang senang langsung melompat dan memeluk Raven dengan erat. Harusnya Raven
merasa bahagia tapi tenaga Frostfilia begitu besar walau dalam bentuk manusia,
yang dirasakannya sekarang malah tubuhnya terasa remuk oleh naga ini.
“Ugh-
gugh-… Frost…- kau menyakitiku….”
“Oh!
Wah! Maafkan aku… aku kebablasan tadi…”
Frostfilia
segera melepaskan pelukannya. Untung saja itu tidak membunuh Raven, namun tetap
saja terasa agak sakit. Tapi hal itu segera ia lupakan karena Raven memiliki
pertanyaan yang penting untuk Frostfilia.
“Ohya,
aku ingin bertanya… kenapa kau bisa dikendalikan seperti itu, apa ada seseorang
yang telah melakukan itu padamu?”
Karena
pasti ada seseorang yang melakukan hal itu pada Frostfilia. Tidak mungkin naga
baik seperti Frostfilia langsung mengamuk dan dikendalikan oleh sesuatu yang
jahat begitu saja. Dan Raven tidak akan memaafkan mereka karena berani berbuat
hal keji seperti itu.
“Maafkan
aku…. Tapi aku tidak ingat… semuanya begitu pudar saat aku dikendalikan oleh
kegelapan itu. Bahkan aku tidak ingat apa yang terakhir kali aku lakukan,
maafkan aku… Raven.”
“Ah,
tidak apa-apa. Aku mengerti, sepertinya mereka benar-benar ahli… untuk tidak meninggalkan
jejak….”
“Setelah
mengatakan itu, aku jadi takut untuk diam disini lagi….”
Rasa
takut yang dirasakan Frostfilia itu dapat dimaklumi, kemungkinan orang jahat
itu akan muncul lagi dan melakukan hal yang sama pada Frostfilia. Membuatnya
menjadi mengamuk dan membunuh orang-orang di sekitarnya.
“Tapi
aku tidak punya tempat untuk tinggal lagi…. Aku telah kehilangan kakakku ketika
perang…. Aku tidak punya tempat untuk kembali….”
Raven
merasa iba mendengar pernyataan Frostfilia. Pada kenyataannya mereka berdua
sama, mereka berdua adalah korban dari perang. Kehilangan keluarga dan tempat
tinggal. Frostfilia pasti merasa sendirian karena tinggal di tempat ini
sendirian, tanpa siapapun menemaninya. Raven pasti merasakan hal yang sama jika
tidak diambil oleh panti asuhan ketika usai perang.
“Bagaimana….
Kalau kau ikut bersamaku? Aku tidak tahu ingin pergi kemana sih tepatnya, cuma ingin
berpetualang saja…”
“Pergi
kemana angin membawamu? Kedengarannya menarik. Baiklah, aku terima tawaranmu.”
“Sebaiknya
jangan! Naga itu tetap tinggal disini.”
Mendengar
suara ketiga diantara percakapan mereka berdua, Raven terkejut. Mereka berdua
langsung menjatuhkan pandangannya ke sumber suara tersebut. Ternyata itu adalah
suara anak laki-laki berambut pirang yang mengenakan baju zirah bewarna perak
berdiri di terowongan gua. Raven mengenalinya, karena hanya ada satu anak yang
menjadi Head Knight di usianya, dia adalah Sheevar.
“Sheevar!?
Bagaimana kau bisa disini?!”
“Raven…
apa dia temanmu?”
“Ah,
dia-…”
“Aku
Head Knight dari kerajaan Grace Utara. Salam kenal.”
Jawab
Sheevar dengan senyum hangat. Kemudian ia kembali melanjutkan perkataannya
dengan wajah yang nampak serius.
“Tapi
maafkan aku, Raven. Kau tidak bisa membawa naga ini keluar. Naga ini harus diam
dan menerima hukuman karena kejahatan yang ia lakukan.”
Tiba-tiba
pasukan memakai pakaian zirah yang jumlahnya cukup banyak muncul dari belakang
Sheevar. Mereka bergerak dengan seksama dalam sebuah barisan. Tidak lama
kemudian, tiba-tiba mereka berdua sudah terkepung oleh pasukan tersebut.
Melihat itu, Raven segera berdiri di depan Frostfilia sambil membentangkan kedua
tangannya. Ia hendak menghalangi pasukan itu untuk mendekati Frostfilia.
“Sheevar!
Hentikan! Frostfilia tidak bersalah! Bukan dia yang bersalah dalam kejadian
ini! Aku mohon-”
“Tenangkanlah
dirimu, Raven. Kami tidak akan melukai naga itu. Dia hanya tidak boleh keluar
dari tempat ini.”
“Eh?”
“Ini
adalah keputusan kami. Kami tahu soal sesuatu yang membuat naga itu mengamuk
tanpa kendali, oleh karena itu kami akan membuat gunung ini sebagai salah satu
daerah khusus yang dijaga dengan ketat oleh kerajaan. Ini juga menghindari agar
tidak ada orang yang membuat naga itu kembali mengamuk serta menghilangkan rasa
khawatir pada penduduk. Dia juga akan lebih aman jika tinggal disini daripada
keluar dan menjadi sasaran empuk bagi penjahat itu yang masih di luar sana.”
Raven
mengerti dengan penjelasan Sheevar. Jika ia membawa naga itu pergi bersamanya,
kemungkinan penduduk yang melihatnya akan ketakutan. Dan lebih buruk, jika ia
tidak bisa melindunginya, maka Frostfilia akan kembali menjadi naga yang buas.
Namun itu akan membuat Frostfilia seperti burung yang berada di dalam sangkar,
dan Raven tidak menyukai hal tersebut.
“Tapi-…
kalau begitu-”
“Tidak
apa-apa Raven… aku rasa itu ada benarnya juga. Aku tidak ingin menyusahkanmu di
luar sana.”
“Frostfilia….”
“Yah,
aku sudah cukup senang punya teman bicara setelah seratus tahun lamanya
mengurung diri disini. Walaupun rasanya begitu cepat, tapi aku tidak boleh
tamak kan? Fufufu, kau juga memiliki petualangan yang menantimu di depan. Baiklah…
ambil ini sebagai hadiah perpisahan dariku.”
Frostfilia
memberikan sesuatu pada Raven. Itu adalah kepingan es yang berbentuk seperti
sisik naga. Bentuknya yang transparan dan berkilauan dapat membuat orang
mengira bahwa itu adalah berlian. Tapi ukurannya kecil, tidak sebesar sisik
Frostfilia ketika dia dalam bentuk naga.
“I-ini…”
“Ini
adalah sisikku, sebagai tanda persahabatan kita berdua. Jika dijadikan liontin
mungkin akan bagus, hehe. Tapi jika kau meniupnya, sisik itu akan mengeluarkan
suara dan aku akan segera datang ke tempatmu.”
Frostfilia
langsung menoleh ke arah Sheevar.
“Tidak
apa-apa, kan… tuan Head Knight?”
“Hm…
aku tidak bisa melarang jika Raven dalam bahaya. Kalau begitu, Raven… gunakan
benda itu dengan bijak. Kau tidak ingin menyusahkan naga itu kan?”
“Iya,
tentu saja. Tapi aku penasaran… apakah ini benar-benar bisa bersuara….”
Raven
mencoba meniup sisik naga yang diberikan oleh Frostfilia. Namun saat meniupnya
tidak ada suara yang terdengar dari sisik itu, dan tiba-tiba Frostfilia tertawa
terbahak-bahak.
“Raven,
tentu saja suara itu hanya bisa didengar olehku. Lebih baik kau tidak perlu
meniupnya keras-keras. Gendang telingaku agak sakit tadi…”
“Ah,
maaf.”
“Baiklah
Raven.”
Tiba-tiba
Sheevar berjalan mendekati Raven.
“Sebaiknya
kau melanjutkan perjalananmu. Kau ingin pergi menuju kerajaan Fortune Barat
kan?”
“Eh?
Bagaimana kau tahu?”
“Teman
kecilmu yang memberi tahu, dia sudah menunggumu di luar. Dia tadi memaksa kami
untuk mengajaknya. Sepertinya dia sangat mengkhawatirkanmu, cepatlah… dia
menunggumu di luar goa ini.”
“Ah,
itu Luciel!”
Raven
langsung bergegas pergi ke arah lorong tempat Sheevar muncul tadi. Namun Raven
terhenti, ia mengingat sesuatu yang penting sebelum pergi. Raven membalikkan
tubuhnya, ia menoleh ke arah Frostfilia kemudian tersenyum kecil.
“Selamat
tinggal, Frostfilia. Semoga kita bisa bertemu lagi, lain kali akan aku pergi
menjengukmu.”
“Iya,
kau juga Raven. Semoga kau diberi keselamatan sehingga kita bisa bertemu lagi.
Lain kali aku akan mencoba memasak makanan untukmu~ <3”
“Terima
kasih, Frostfilia… Selamat tinggal!”
Setelah
memberi salam perpisahan pada Frostfilia, Raven segera berjalan menyusuri
lorong. Walaupun ia sudah memberi salam pada Frostfilia, namun Raven merasakan
ia telah melupakan sesuatu yang sangat penting. Namun melihat senyum Frostfilia
dan menyadari kalau dirinya telah membuat teman baru, Raven tidak terlalu
memikirkan hal tersebut. Walaupun sebenarnya, hal yang dilupakan Raven adalah
kertas quest rank SSS miliknya yang tertinggal di rumput tempat ia tidur tadi.
TO
BE CONTINUED