Cari Blog Ini

Sabtu, 06 Agustus 2011

[One-Shot] Manifestation Part 1

Disclaimer : Diciptakan karena penulisnya sedang depresi, lol. Jadinya maaf kalau one-shot ini terasa seperti curhat :|

Suatu ketika, suatu ketika, suatu ketika...

Pengawalan yang membosankan? Mari kita... berimajinasi sedikit.

...

Apa yang terjadi jika seseorang mampu mewujudkan isi pikirannya menjadi kenyataan?

Kekuatan itu, jika ditangan orang jahat, pasti akan buruk hasilnya.
Jika ditangan orang baik, apa berarti terorisme, KKN dan sebagainya bisa hilang?
Dan bagaimana, jika ditangan orang yang sedang depresi?

Beruntunglah, kekuatan ini diberikan oleh sebuah roh yang baik. Meskipun sendirinya tidak bertubuh, roh ini bisa sewaktu-waktu pindah tempat dari tubuh satu manusia ke manusia yang lain. Oleh karena itu, jika dia merasa 'majikan'nya tidak cocok, dia bisa cabut dari tubuh 'majikan' itu, dan mencari orang lain yang mungkin sanggup mengendalikan kekuatan itu.

Untuk bertahun-tahun, tidak pernah ada tubuh yang benar-benar dihuni oleh roh itu. Karena kebanyakan manusia, jika diberikan kekuatan kemungkinan besar akan melenceng ke jalan yang salah. Hal itu sudah terbukti secara berulang-ulang. Mulai dari politikus, jenderal, bahkan sampai seorang kepala negara sekalipun.

Sampai akhirnya, ada satu manusia yang sedang mengalami depresi, dan kebetulan sekali, roh yang mencari temannya kemana-mana itu berpikir, mungkin ia bisa mencari seorang teman dalam diri orang itu.

"Kamu butuh bantuan?" Sebuah getaran suara muncul dari dalam dunia pikiran sang laki-laki berumur 15 tahun yang depresi itu. Dia mulai mencari-cari asal suara itu, sebelum akhirnya menyadari bahwa suara itu muncul dari dalam pikirannya sendiri.

"Siapa itu?" Laki-laki itu bertanya balik, seiring dengan kepalanya, rambut hitamnya yang panjangnya 1 cm sebelum alis itu ikut bergeleng kesana kemari. Ekspresi wajahnya mulai pucat, dia berpikir bahwa mungkin dia sudah di alam yang berbeda. Tapi, ada sedikit senyuman yang muncul, entah mengapa.

"Aku... Aurora. wujudku sebenarnya terserah kamu, tapi saya bisa hargai jika kamu berikan wujud yang nyaman."

"Hahaha, tenang saja, bukan NSFW kok. Sepertinya tidak sopan jika saya tidak memberitahu nama saya sendiri. Saya Shinji, Shinji Nakayama Senang sekali bisa bertemu anda.

Jadinya, mengapa anda datang kesini?"

"Mudah sekali, karena kamu butuh bantuan."

"Perfecto!" Shinji menggesekkan jempolnya dengan jari sebelahnya, menandai bahwa jawaban lawan bicaranya benar.

"Saya hanya ingin satu hal, yaitu teman bicara yang tidak akan mengkhianati. Lihat saja orang-orang sekolah, mungkin mereka memberikan senyuman manis di depan anda. Tapi di Facebook atau Twitter atau Google Plus atau entah apalah, mereka curhat panjang lebar tentang mengapa mereka yang paling benar sendiri.

Lucu, tau, lihat orang-orang dungu mencemarkan nama baik mereka sendiri. Mereka ga tau mereka ngapain sebenarnya. Iseng? Tunggu saja saya gebukin dan saya bilang itu iseng. Awas ngadu ke guru tata tertib nanti." Shinji menjelaskan panjang lebar pengalaman hidupnya di sekolah sehari-hari dalam 2 paragraf pembicaraan. Semakin lama nadanya semakin menderu.

"Parah sekali... saya kaget." Aurora hanya bisa melongo mendengarkan curhat dia. "Tapi, kalau kamu gebuk mereka, berarti kamu juga sama kan?"

"Bingo! Saya mungkin punya kepalan tangan yang kuat setelah lama bermain game-game Rhythm, tapi saya jarang sekali menggunakannya. Bagi saya , kekuatan itu ada hanya untuk menakuti, bukan untuk digunakan dalam praktisnya."

Setelah itu, ia mengibaratkan ucapannya sendiri. Ia mengambil sebuah 'pedang' kayu yang diambil dari kursi kayu yang 1 potongannya sudah copot. Ia mengayungkan pedangnya dengan kedua tangan dia. Serangan itu hanya mengenai angin yang lalu lalang.

Tapi itulah pengibaratan dia. Kekuatan hanyalah angin yang memberikan jalan kepada manusia. Bukan digunakan untuk melawan. Aurora mengangguk dan memberi tepuk tangan.

"Kekuatan... hanya untuk menakuti... Sesuai dengan katamu sendiri, Perfecto! Kamu tipe orang yang saya inginkan." Warna matanya tiba-tiba berubah. Seperti Shinji, ternyata ia pun juga bisa bertampang sinis.

"Ingin... untuk apa?" Shinji penasaran, tapi meskipun matanya bertatapan dengan Aurora, dia tidak menunjukkan rasa takut. Hanya ada angin segar setelah curhatan yang keluar dari dirinya.

"Jadi teman. Simple?"

"Simpel sekali. Itu bukannya permintaan saya juga, kalau tidak salah? Dan, agak aneh jika anda menggunakan tatapan itu untuk sebuah permintaan yang sangat anda, hahaha. Kalau begitu, Deal? Or no deal?"

"Deal!" Setelah Aurora menjawab, Shinji mencari galleri HP nya dan memutar ringtone Deal or No Deal. Keduanya tersenayam-senyum, nyaris ingin ketawa-ketawa. Sepertinya mereka kedua sedang terlalu senang saat ini. Rasa depresi yang menghantui Shinji sampai sekitar 5 menit semuanya sudah hilang.

"Kalau begitu, saya tidur dulu. Dan by the way, jika saya ke toilet, mohon jangan ikuti. Kita beda gender."

"...Dan emangnya saya seorang perv?"

Keesokan harinya... meskipun matahari telah 2 jam setelah terbit, dengkuran Shinji masih terdengar. Aurora mencoba untuk membangunkan dia, tapi tak ayal. Akhirnya pada jam 8 pagi, barulah dengkuran itu berhenti.

"Halo? Kamu tidak telat sekolah?" Aurora melambaikan tangannya seperti wiper di depan wajahnya Shinji.

"Ini Sabtu, mbak. Ke sekolah ngapain? Pintu ditutup."

"Mbak? Kurang ajar!" Aurora mengambil sebuah pensil dari meja yang masih dalam keadaan tergeletak di sebelah sebuah buku catatan yang masih terbuka lebar dan melemparkan ke arah Shinji. Sayang sekali, karena masih setengah bangun, ia tidak sempat menghindar dan pensil itu mengenai jidatnya.

"Aduh, sakit! Poltergeist, ya... Aurora, saya ingin minta tolong."

"Iya?"

"Ikuti petunjuk saya, dan lakukan sesuai dengan apa yang saya ajarkan. Di sekolah, jika saya bicara dengan anda, saya akan dianggap orang gila." Shinji mulai mencatat tanda-tanda jari di papan. Aurora menyimak dengan penuh perhatian. Tanpa perasa 1 jam telah berlalu. Dan tangan Shinji sudah lelah setelah mencatat banyaknya sinyal-sinyal tangan di papan.

Ia lalu membuka Facebook dia dan menggunakan opsi "Appear Offline". Dan dalam Top Stories, muncul status dari seseorang yang bernama "Watari Irata" yang isinya cukup provokatif.

"Liatin tuh si Shinji, di kelas cuman main game doang, CACAD"

"Liatin tuh tipe-tipe yang saya bilangin. Dan pasti juga orang-orang bakalan sok setuju soalnya Watari ini punya body nya. Sayang sekali jaman beginian orang masih dikendalikan kekuatan... Pagi-pagi dan saya sudah harus bad mood secepat ini. Aurora, kekuatan poltergeist anda seperti apa?"

"Aku hanya bisa melakukan trik ku jika saya bertatapan langsung dengan orangnya. Jika kita berjarak jauh seperti ini... tidak mungkin." Aurora lalu menghapus tulisan-tulisan yang baru ditulis Shinji dan mengambil spidol yang ada didekatnya. Lalu, ia menuliskan detail-detail yang perlu dijelaskan.

Di papan itu ia menjelaskan, kekuatan nya hanya bisa digunakan kepada orang-orang berjarak maksimal dalam pandangan matanya. Lebih jauh dari itu, percuma. Bukan hanya ilmu poltergeist, ia juga bisa mengendalikan pikiran orang-orang, alias "Mind Control".

"Kalau begitu, kita tunggu Senin depan. Sepertinya bakalan seru. Menunggu 2 hari, anda mau berbicara tentang apa? Saya bisa temani."

Waktu ternyata berlalu dengan sangat cepat. Pada hari Senin itu, Shinji yang baru selesai mandi langsung mengenakan pakaian nya tanpa lama. Yaitu, sebuah dasi berwarna coklat, seragam putih biasa dengan kancing 4 dan sebuah saku yang terletak di dekat dada. Dan terakhir, dilengkapi dengan celana panjang berwarna putih.

Kali ini, matanya benar-benar terbuka lebar seperti orang pede. Dengan kepala tegak dan tidak menunduk, ia menuju "Jisonshin Gakkou" dengan niat menjaga harga dirinya. Seperti namanya "Jishonshin" yang berarti "Harga diri/Pride".

Sesampai di sekolah, ia disapa oleh beberapa teman-temannya, seperti Misaki Mikazuki, Kenji Inabaki dan Rintarou Takenaka. Shinji (dan Aurora, tapi sayang, tidak terlihat orang lain) menyapa balik dan mereka bertiga masuk ke kelas bersama-sama sambil berbincang.

Seperti layaknya sebuah sekolah swasta, sekolah itu memiliki ruangan-ruangan ber AC, lengkap dengan ruangan TIK, biologi, kimia, fisika dan lain-lain. Bangunan 4 tingkat itu adalah tempat berkumpul bagi sekitar 1500 murid dan 40 guru.

Sementara, Shinji yang saat ini menduduki kelas 11-B harus menaiki 2 lantai, bergerak melalui korridor kiri, belok kanan sampai ke ujungnya sebelum membuka pintu kelasnya. Di kelas itu, ia mengambil posisi paling depan, di baris tengah dari 5 yang ada.

Sebelum bel berbunyi, diam-diam Shinji memperagakan isyarat-isyarat yang ia ajarkan kepada Aurora. Mengingat apa yang ia katakan Sabtu lalu...

"Jempol diangkat tegak, berarti kerjaanmu bagus.
Jempol ditekuk kiri-kanan, berarti nguping gosip orang lain.
Jari telunjuk menunjuk siapapun, berarti bantu orang itu.
Jari tengah menunjuk siapapun, berikan dia pelajaran.
Jari kelingking, berarti balik.

Ya, saya tidak pakai jari yang sebelum kelingking, karena mungkin terlalu banyak isyarat bisa agak susah. Iya, belum selesai disini, setelah ini kita akan mencoba isyarat yang lebih kompleks. Mengerti sampai disini, Aurora?"

"Mengerti!"

Kembali ke masa kini, orang yang menulis status provokatif di Facebook itu, Watara Irata masuk ke kelas dengan raut wajah layaknya seorang preman. Keduanya saling bertatap mata dan memelototi satu sama lain sebelum Watari duduk di bangku sendiri, yaitu di baris ke 5 dan belakang.

"Pelajaran pertama, Rosa-sensei ya... Boleh dilewatkan, percuma mendengarkan penjelasan dia yang terlalu berbelit-belit." Gumam Shinji saat mengecek buku jam pelajarannya. Bel berbunyi pada jam 7 pagi, dan seorang guru perempuan berkacamata dan usianya sudah sekitar 40 tahun. Gairah dalam Rosa-sensei yang pernah Shinji lihat sekitar 7 tahun lalu, saat ia di SD dan waktu itu, diadakan acara pertukaran guru antara SD dan SMA selama 1 minggu, sepertinya sudah tiada.

"Selamat pagi anak-anak." Nada loyo yang keluar dari mulut Rosa-sensei pun dibalas dengan nada yang sama dari para murid. Beberapa sudah mulai menguap, bahkan. Sepertinya mereka kebanyakan nonton acara sepakbola hari kemarinnya?

Shinji menatap ke arah meja Watari. Sesuai dugaannya, Watari berbisik sesuatu dengan teman di belakangnya lagi. Tanpa lama, jempol Shinji bergerak kiri-kanan dan Aurora mengikuti signalnya. Sementara, Shinji sepertinya sama sekali tidak memerhatikan apa yang dijelaskan Rosa-sensei.

Setelah Watari berhenti menggosip, Shinji menggerakkan jari kelingkingnya. Dan Aurora memberitahukan apa yang dia dengar di belakang. Dalam sekejap, Shinji mengacungkan jari tengahnya ke arah Watari. Aurora lalu menyeret kursi yang Watari duduki. Tidak dapat mengendalikan keseimbangannya, ia terjatuh dari kursi.

"Aduh! Kenapa kursinya?" Ucapan dia dibalas dengan tawa murid-murid yang lain. Rosa-sensei pun mencoba menenangkan murid-murid, tapi tidak ada hasil. Sementara itu, hanya ada 1 orang yang tidak menunjukkan reaksi dan lanjut biasa-biasa saja, yaitu Shinji. Melihat Shinji yang pandangannya tidak terlena kesitu, Misaki, teman dekatnya yang duduk di belakang dia, heran.

Makin heran lagi, saat ia memerhatikan gerak-gerak jari Shinji. Tanpa sebab yang jelas, minimal dilihat dari pandangan orang lain, Shinji mengacungkan jempolnya tegak. Apa gerangan yang sedang terjadi?

Pola yang sama terjadi hingga 2 kali lagi, hanya saja modusnya agak berbeda dari waktu ke waktu. Kedua, ia mencolokkan pena Watari ke mukanya sendiri. Ketiga kalinya, saat Watari mencari pena dia yang kebetulan sedang terjatuh ke bawah kolong, Aurora menjatuhkan tas dia yang masih terbuka lebar, sehingga buku-bukunya berserakan, menyakiti dia dengan ujung-ujung sampulnya yang tajam dan merepotkan dia.

Saat semua pelajaran sudah selesai, bel berbunyi dan jam istirahat dimulai, kegusaran yang terdapat dalam Watari tidak dapat disembunyikan. Mencari seseorang untuk ditinju, ia mencengkeram kerah baju Shinji, perbedaan kekuatan antara yang kekar dan yang kurus terasa sangat jelas...

"Shinjiii!!! Ini ulahmu, ya??!!" Ancam Watari.

"Sebaiknya anda tidak menyalahkan orang yang salah (Benar, sih)." Shinji menjawab dengan tenang. Saat Watari tidak melihat, ia mengacungkan jempol tengahnya lagi. Dan dalam sekejap, Aurora terpanggil lagi.

"Ethereal Sword - Frying Pan! Hit!" Mengeluarkan sebuah panci memasak yang tidak bisa dilihat mata biasa dari alam kekosongan, ia memukul kepala Watari dari belakang sekencang mungkin dengan 'senjata'nya. Watari pingsan, dan Shinji segera keluar kelas. Lagi, Misaki memerhatikan ia mengangkat jempolnya lagi.

Perempuan muda, imut dan berambut hitam kecoklatan itu yang menurun secara lembut dan seperti sutra dengan bibir merah muda nan tipis itu mengikuti Shinji dan untuk mencari jejak misteri yang baru saja terjadi.

Di lapangan terbuka, saat tidak ada orang, ia kepergok tertawa sendiri, tanpa alasan yang jelas. Aneh untuk seorang pendiam seperti dia tiba-tiba bisa tertawa seperti ini. Yang jelas, ada sesuatu yang sedang terjadi hari ini. Misaki lalu menghampiri Shinji. Dan sebelum ia sadari, ternyata ia juga diikuti Rintarou dan Kenji. Sepertinya mereka bertiga berpikir hal yang sama.

"Beritahu aku... apa yang sedang terjadi hari ini?" Ia bertanya.

"Saya yakin kalian bertiga heran dengan kejadian hari ini... Saya akan beritahu, jika kalian bisa jaga rahasia. Apa saya punya janji kalian dalam hal itu?"

"Baiklah. Kami tidak akan bocorkan." Ketiganya menjawab serentak tanpa berpikir sedetikpun.

"Kalau begitu, untuk dia, kita akan buat sebuah organisasi kecil-kecilan. Namanya, yaitu ESS, Ethereal Soul Searchers!"

"Yo!" Dan terbentuklah sebuah organisasi yang ditujukan untuk mencari tau masa lampau Aurora, yang sampai saat ini masih belum dibawa sama sekali. Ini Shinji lakukan, sebagai rasa terima kasihnya kepada apa yang telah Aurora lakukan. Dampaknya baik kepada apa yang terjadi hari ini, dan secara mental, ia membangkitkan semangat Shinji kembali.

Teman-temannya pun menyadari hal ini. Berjanji untuk menyembunyikan fakta yang dianggap mustahil, mereka pun segera menjadi teman Aurora, dan sekarang, mereka juga mampu melihat wujudnya. Seperti apa wujud Aurora? Hanya mereka ber 4 yang tau. Shinji ingin menyimpan buku itu sampai cerita ini selesai.

Lalu, apa kelanjutannya? Semua akan berakhir di Part 2.

Minggu, 31 Juli 2011

Segai no Negai


Saigo no Negai

Namaku Shiki Nakama “hm… orang itu manis sekali…” batin Shiki melihat perempuan berambut kuning emas panjang yang berjalan di depan nya saat akan menyebrang ke sisi jalan. Aku hanya seseorang yang ingin menjadi pelukis terkenal yang akan masuk ke universitas khusus seni gambar di Tokyo.

“eh?” Shiki dan perempuan di depan nya terkejut saat ada bis tingkat yang melaju dengan cepat tepat ke arah mereka. Di hari saat kecelakaan itu terjadi… kami tewas.

“mm… dimana aku?” tanya Shiki setelah membuka matanya dan melihat rerumputan yang luas mengitarinya seraya membenarkan kaca matanya.

“hey! Tempat apa ini?”

“eh? Kamu perempuan itu…” jawab Shiki setelah melihat seseorang yang bertanya kepadanya tadi.

“…”

“ah… tetapi, aku juga tidak tau apa yang sedang terjadi…”

“You two are simply dead”

“eh? Si.. siapa itu!!?”

“tempat macam apa ini!!?” tanya Shiki saat terbangun dan duduk di sebelah perempuan itu.

This place is the boundary of life and death… from now on your souls have been invited to the underworld”

“huh? Jangan bercanda!! Aku tidak mungkin akan mati di tempat seperti ini!!” teriak perempuan itu seraya melihat langit sekitar.

“aku juga!! Aku baru saja masuk ke universitas!” lanjut Shiki.

“in that case… I will let only one of you to live”

“eh…?”

“o..one?” Shiki terkejut dan tidak percaya apa yang di dengar nya.

“not just today, but I will gave you seven days… to talk anyone and your-selves on “who shall live”

“tu…tunggu sebentar!! Siapa kamu!! Dan apa yang kamu maksud!!” teriak perempuan itu seraya membawa tas perempuan di tangan nya.

“by that day… your entire life will be started.”

“be sure that you do not… leave the other`s side”

Setelah mendengar ucapan itu, mata Shiki melihat cahaya yang sangat terang sehingga membuat mata mereka berdua tertutup. Sesaat Shiki membuka mata nya.

“…”

“a..aapa?”

“ini… taman?” lanjut Shiki setelah melihat – lihat keadaan sekitar.

“sepertinya begitu.”

Shiki dan perempuan itu saling melihat satu dengan lain nya.

“hanya saja… siapa itu? God?”

“itu pertanyaan bodoh…”

“tapi… ya… meskipun aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi, tetapi sepertinya kita hidup” lanjut perempuan itu seraya melihat kondisi tubuhnya.

“apa pun itu, aku sibuk.” Tambahnya seraya berjalan meninggalkan Shiki. Saat perempuan itu berjalan tidak jauh dari Shiki, mereka berdua terjatuh dan memegang jantung mereka.

“aaawww!! Apa ini?!!”

“jantungku…” Shiki merangkak mendekat ke perempuan itu.

“be sure that you do not leave the other`s side.”  Shiki terkejut setelah mengingat kata – kata itu.

“sakitnya.. berhenti?” tanya perempuan itu seraya melepas tangan nya dari dada nya.

“jadi… mungkin aku mengerti…”

“eh?! Apa? Apa yang kamu maksud?” tanya balik perempuan itu terkejut.

“saat pertama kali kita di tempat itu, dia mengatakan, “hidup barumu akan segera dimulai” dan kita telah menjadi satu…” “jadi kita tidak boleh terpisah…”

“apa…”

“jadi… kamu percaya setelah tujuh hari akan ada yang mati di antara kita…?” tanya perempuan itu seraya melihat Shiki yang terduduk dengan tatapan kosong.

“sepertinya… begitu…” jawab Shiki tidak membalas tatapan perempuan itu.

“jangan bercanda!! Aku memiliki banyak hal yang harus aku lakukan dan selesaikan!! Jadi, cepatlah kamu mati!!”

“kheh?! Demikian denganku!! Aku juga memiliki banyak hal yang harus aku selesaikan!!”

“ayo mati!! Cepat mati!!” perempuan itu memukul mukul Shiki dengan tas kecil yang berada di tangan nya.

“aw aw..” desah Shiki kesakitan seraya memegang kepalanya saat di pukul perempuan itu.

“ow…”

“ke… kenapa?”

“sepertinya aku merasa sakit di kepala setelah aku memukulmu…” perempuan itu mengusap usap kepalanya.

“mari mencari kesimpulan tentang apa yang dia katakan tentang “share everything” “

“eh? Jadi kamu beranggapan kalau kita merasakan hal yang sama?” perempuan itu terkejut mendengar ucapan Shiki.

“mungkin saja… bisa jadi ini membuat kita untuk tidak membunuh satu dengan lain nya.” Jawab Shiki seraya meletak kan kepalanya ke telapak tangan yang berpacu dengan kakinya.

“eh~~! Jad..jadi aku tidak bisa membunuhmu!!?”

“kamu perempuan seperti apa yang akan melakukan hal bahaya seperti itu?!!”

“sepertinya aku dapat menyimpulkan sesuatu…”

“apa itu?”

“yeah… tampak sepertinya emosi dan perasaan kita terbagi…”

“eww~~ itu menakutkan!! Mati saja kamu!!” teriak perempuan itu seraya menutupi bagian tubuhnya.

“hell!! Aku juga tidak menginginkan ini!! Bisakah kamu tidak mengatakan ingin aku mati?!”

“…”

“well… siapa nama mu”

“eh? Shiki Nakama”

“aku, Yuuki Saotome… detik ini juga, aku berad di perlindunganmu.” Ujar Yuuki dengan tatapan polos saat melirik Shiki di belakang nya.

=====***=====

“jadi… kamu pelukis pemula?... gambar ini, bukanya kamu yang membuat? Benarkan?”

“ya… semua yang ada disini…” jawab Shiki saat Yuuki melihat gambar – gambar di kamar nya.

“sepertinya aku tidak tertarik dengan gambarmu.”

“aku tidak perlu mendengar itu kan?”

“hm… anyways.. apa alasanmu ingin datang ke tempat seperti ini? Dua orang berada dalam satu apartement itu terlihat aneh.” Tanya Shiki seraya duduk di ranjang nya.

“hm… aku memiliki keluarga di rumahku”

“oh, jadi itu masalah nya.”

“karena ini libur musim panas, aku mendapatkan telefon dari orang tuaku kalau keluargaku ada acara dengan teman ayahku untuk beberapa hari atau minggu.” Lanjut Yuuki melihat lukisan itu dengan tatapan aneh.

“this is… guilt?” batin Shiki melihat raut muka Yuuki.

“kamu bohong.”

“kheh?... you know!! Can you not read every little thing that I feel? This is sexual harassment!!” bentak Yuuki seraya memajukan badanya dan melihat ke bawah.

“even if you just say that… I just can`t…”

“oh… aku tau…”

“bagaimana dengan ini? Apa yang akan kamu lakukan?!!” Yuuki meraba – raba dada nya dengan senyum jahat.

“eh? Apa ini!! Wait..!!” Shiki terkejut saat tanganya juga melakukan hal yang sama dengan apa yang di lakukan Yuuki.

“hahaha.. jadi seperti itu..” Yuuki tertawa lepas saat melihat perilaku Shiki.

“hentikan itu bodoh!!”

“he? Masih memiliki perilaku seperti itu?..”

“?”

“well.. apa yang terjadi jika…”

“… aku melakukan hal ini…” Yuuki membuka resliting celana nya dan memasukan jemarinya.

“hentikan itu!!”

setelah kejadian itu, mulai sekarang kehidupan baruku telah dimulai dengan perempuan ini…

=====***=====

“mmm…”

“mau pergi kemana kamu?” tanya Yuuki mengintip di balik selimutnya.

“well.. Nampak cuaca di luar indah, aku akan pergi dan menlukis sesuatu…” jawab Shiki seraya membetulkan sepatu nya.

“I see… be careful then..” Yuuki menutup kembali selimutnya.

“yea~ Yuuki, diam di sini  okay?” jawab Shiki seraya berjalan menuju pintu.

“oooowwww!!” Yuuki melengkuk kan tubuhnya seraya menahan sakit di badan nya.

“i`m gonna dieee!!” teriak Shiki merasakan hal yang sama dengan Yuuki.

“aku lupa, kita tidak boleh berpisah kan?”

“ri---ght…” jawab Yuuki setelah Shiki merangkak ke tempat ranjang.

“mau kah… kamu ikut denganku?”

“eh? Baiklah tetapi setelah itu bisa kah kita pergi belanja?”

“eh?”

=====***=====

“…” Nampak terlihat jelas muka Yuuki yang bosan melihat Shiki terus melukis.

“apa kamu tidak merasa lelah melakukan hal itu? Itu Nampak melelahkan melihatmu serius begitu..”

“he? Tidak juga…”

“oh!  Bisa kah aku melihat hasil pekerjaan mu itu?”

“hmmm..”

“huh? Aku pikir apa ini… dia terlihat kesusahan namun sepertinya dia menikamti nya… dia melakukan nya dengan serius, namun dia Nampak senang… ah! Aku tau… ini apa yang Shiki rasakan saat dia melukis..” batin Yuuki seraya melihat Shiki di samping nya dan anging menyapu rambutnya.

“kamu benar – benar menyukai melukis huh?” tanya Yuuki dengan senyum kecil.

“yep”

“jadi… apa yang membuatmu senang melukis?”

“jika kamu bertanya seperti itu, aku tidak tahu sejak kapan dan kenapa aku menyukainya… tetapi ini terlihat menyenangkan, jadi telah aku putuskan untuk menjadi pelukis dan masuk ke universitas khusus seni di Tokyo”

“hhhmmm..”

“Yuuki, kamu juga ingin sesuatu bukan?

“aku?”

“ayo katakanlah…” ujar Shiki terus melanjutkan lukisan nya.

“aku ingin menjadi artis, tetapi aku ingin juga melakukan hal yang menyenangkan di sekolah… dan aku ingin melakukan perjalanan keliling dunia. Banyak hal yang menyenangkan sehingga tidak dapat aku putuskan.. karena itu menyenangkan…”

Shiki melirik ke arah Yuuki yang memandangi pancuran air di tengah taman. ”what is this?... guilt again?” batin Shiki melihat muka Yuuki yang Nampak sedih.

“kenapa?”

“eh? Ti.. tidak ada apa – apa…” jawab Shiki yang terkejut saat dia memandangi Yuuki.

“Tidak… ini hanya perasaanku saja… tidak ada yang harus dia sembunyikan dariku…”

=====***=====

“…”

“geezh.. ayolah, ada apa denganmu? Aku tida bisa fokus dengan masakan ini jika kamu terus memandangi ku dari situ…” ucap Yuuki setelah memotong – motong lobak dan memalingkan tubuhnya melihat Shiki di belakang nya.

“so..sorry…”

“ini hanya… pertama kalinya ada perempuan yang datang ke kamarku dan memasak kan nya untuk ku…”

“eh?... kamu tidak memiliki kekasih?..”

“well… kami baru saja putus… satu minggu yang lalu…” jawab Shiki sedikit gugup.

“ok! I get it. You are lying.”

“…”

“well, mari makan ini selagi hangat…” ajak Yuuki setelah meletak kan makanan di meja Shiki.

“woa… ini menakjubkan… aku tidak percaya ini semua yang kamu buat..”

“oh, well… masakan barat dan latin adalah ke ahlianku…” jawab Yuuki seraya menalikan rambut panjang nya.

“is that so… mungkin ini akan terasa tidak enak…” Shiki memakan salah satu masakan yang di buat Yuuki.

“so?”

“well.. um… ini normal dan enak…”  Shiki mencoba menjaga image nya dengan muka normal. Yuuki tersenyum lepas dengan melihat Shiki mengatakan itu.

“jadi.. seenak itu kah?” ledek Yuuko

“jika kamu tau jangan di tanya!!”

“um… kenapa? Saat kamu di puji, kamu terlihat senang?”

“eh?”

“pujian tidak buruk bukan…?”

“dan lagi… kita duduk berdua seperti ini, kita seperti sepasang kekasih bukan?”

“eh?”

“haha… muka mu memerah…”

“You… this is sexual harassment!!

“it can`t be helped. Now, I will found out either way”

“damn…”

“If our stimulation are shared so we don`t kill each other… then… what the reason did God have for us to shared our emotions as well…”

“kenapa?” tanya Yuuki melihat Shiki menatap dirinya penuh arti.

“um… tida.. tidak ada…”

“yakin?”

“yea…”

Meskipun kami saling bertanya siapa yang akan hidup setelah tujuh hari… tidak satu orang pun dari kami menemukan jawaban nya.

“ayo lah cepat… jangan buang – buang waktu…” pinta Yuuki dengan topi yang menutupinya dari terik matahari.

“tunggu… mau kemana kita… jangan terpisah terlalu jauh!!”

“aku akan bertemu temanku, dia perempuan… kamu pasti akan menyukai nya…”

“kamu hanya bercanda bukan…” tatapan Shiki menjadi sepi mendengar ucapan Yuuki itu.

“hahaha… mukamu memerah lagi…”

“ini karena panas bodoh!!”

Tetapi, sesuatu yang terpenting setelah menjalani beberapa hari terakhir bersamanya adalah…

“bukanya itu salah? Semua bentuk yang kamu lukis itu salah…” kritik Yuuki menunjukan sesuatu di lukisan Shiki.

“bersabar lah, ini belum sempurna.. dengan sedikit goresan dan sedikit penyempurnaan ini akan tampak seperti aslinya…”

Semua waktu yang aku lalui dengan Yuuki itu menyenang kan…

“kenapa?” tanya Yuuki dengan muka normal.

“eh?” Shiki membalik kan kepalanya dan berpura – pura menggores sesuatu.

Aku yakin kalau aku telah menemukan sesuatu… meskipun dalam kondisi seperti ini… I have fallen in love with her…

“eh? me model?”

“iya, jika kamu tidak keberatan, kamu pasti juga ingin melihat tubuhmu di kanvas..”

“aku sih mau saja, tetapi kenapa tiba – tiba?”

“well.. aku tertarik ingin menggambar sesuatu yang hidup”

“besok adalah hari ke tujuh… mungkin aku bisa menyelesaikan lukisan ini…” lanjut Shiki dengan raut muka sedih.

Is the most important to me, than I can for her sake…

“berharap kamu bisa melukisku telanjang?” tanya Yuuki ragu seraya membersihkan piring.

“bodoh! Tentu saja kamu dapat menggenakan pakaian.”

I wouldn`t my dying…

=====***=====

 “ah… Shiki.. aku bosan…” keluh Yuuki saat duduk di ranjang seraya memain – mainkan kakinya yang tidak nepak di lantai.

“hei, jangan banyak bergerak…”

“tapi aku lelaah~”

“…”

“jadi kamu ingin aku gambar dengan muka acak – acak kan?”

“aku tidak ingin…” jawab Yuuki dengan muka muram.

“… hey Shiki…”

“apa sekarang?”

“hanya mungkin… apa kamu suka denganku?” Yuuki menatap Shiki dengan tatapan tajam dan serius.

Shiki terkejut saat mendengar pertanyaaan Yuuki itu.

“a..aku tau kamu sudah tau jawaban nya, bukan?”

“aah.. ayolah… beri tau saja…” kesal Yuuki seraya menggembungkan pipi kirinya.

“what!?”

“aku hanya ingin mendengarnya… jika tidak, aku tidak ingin menjadi model mu lagi~”

“… … I… I love you…” muka Shiki memerah setelah mengatakan itu.

“hmmph… me too…” jawab Yuuko dengan muka yang begitu ceria dan senyum indah.

“i.. I know.. she`s like an angel!” muka Shiki makin memerah setelah mengetahui jawaban Yuuki.

=====***=====

Yuuki mengintip ke adaan luar dari selimutnya dan melihat Shiki yang tertidur di tempat saat melukis diri nya dengan posisi duduk.

“geez… kamu bisa demam karena tidur di sini…” resah Yuuki seraya berjalan menghampiri Shiki yang telah tertidur lelap.

Yuuki memandangi Shiki dan melihat lukisan di depan nya. “looks like… you finished the picture…” ucap Yuuki seraya melihat ke adaan sekitar Shiki yang berantakan dengan kanvas dan cat. Yuuki terdiam.

“arigatou, Shiki – kun” Yuuki mengecup pipi kanan Shiki.

“ make sure that your dream comes true” lanjut Yuuki dengan mata tertutup serta senyum bebas di raut wajahnya dan air mata yang menggenang di salah satu mata nya.

=====***=====

“Yuuki!!” panggil Shiki terbangun setelah pagi menggantikan bulan.

“eh?.. apa ini? Kemana dia pergi? Kamar mandi?” lanjut Shiki melihat selimut yang berada di kakinya dan Yuuki tidak ada di ranjang.

“hey, sebaiknya kamu tidak pergi terlalu jauh… atau kamu akan mati, Yuuki…”

“eh?” mata Shiki tertuju kepada sepucuk surat putih yang terletak tidak jauh dari meja tempat biasa mereka makan bersama.

“apa ini? Surat?” tanya Shiki saat membuka dan mengetahui isi amplop itu.

To: Shiki

If you are reading this letter then I am probably not here anymore…

“wha..”

Because I asked to god to give all of my soul to Shiki. But I don`t regret it. Originally I was sick, I have a body that only has half of year left to live.

“I see… that’s why she is feeling guilty that time”

But just for one time I want to live with the person that I love. As long as that dream I wasn`t fulfilled I really didn`t want to die… with that thought the day I ran away from the hospital was the day that I began living with you. From the beginning that I hated our body and hearts were connected but it wouldn`t be helped. But if I think about it know.

I have the feeling that god gave me this as a present just before I died. But because I was connected with Shiki heart. For just one week I was able to get a lifetime amount love. I was able to feel a lifetime amount happiness.

“Yuuki” Shiki mengingat saat mereka bercanda bersama dan melukis di taman. Shiki mulai mengeramkan giginya dan menahan air yang mulai menetes ke tangan nya.

Even though I am already gone, it isn`t like I have disappeared… inside your picture… inside your dream. From now on I can live forever and ever.

So… don`t cry too much.  Yuuki Saotome

“idiot… who`s crying…” Shiki mengingat senyum Yuuki dan mulai mengusap matanya dengan tangan nya.

If I can drawn like this.

Shiki memasuki universitas yang mengadakan lomba melukis nasional. I can feel Yuuki sometimes…

“Prize is Shiki Nakama!” terdapat sebuah penghargaan di lukisan Shiki yang melukiskan muka Yuuki dengan senyum bebas tanpa beban dan sangat senang.

they both can aim for the same dream and we can advance one step at a time for our dream.

~ Fin. ~