Cari Blog Ini

Minggu, 31 Juli 2011

Segai no Negai


Saigo no Negai

Namaku Shiki Nakama “hm… orang itu manis sekali…” batin Shiki melihat perempuan berambut kuning emas panjang yang berjalan di depan nya saat akan menyebrang ke sisi jalan. Aku hanya seseorang yang ingin menjadi pelukis terkenal yang akan masuk ke universitas khusus seni gambar di Tokyo.

“eh?” Shiki dan perempuan di depan nya terkejut saat ada bis tingkat yang melaju dengan cepat tepat ke arah mereka. Di hari saat kecelakaan itu terjadi… kami tewas.

“mm… dimana aku?” tanya Shiki setelah membuka matanya dan melihat rerumputan yang luas mengitarinya seraya membenarkan kaca matanya.

“hey! Tempat apa ini?”

“eh? Kamu perempuan itu…” jawab Shiki setelah melihat seseorang yang bertanya kepadanya tadi.

“…”

“ah… tetapi, aku juga tidak tau apa yang sedang terjadi…”

“You two are simply dead”

“eh? Si.. siapa itu!!?”

“tempat macam apa ini!!?” tanya Shiki saat terbangun dan duduk di sebelah perempuan itu.

This place is the boundary of life and death… from now on your souls have been invited to the underworld”

“huh? Jangan bercanda!! Aku tidak mungkin akan mati di tempat seperti ini!!” teriak perempuan itu seraya melihat langit sekitar.

“aku juga!! Aku baru saja masuk ke universitas!” lanjut Shiki.

“in that case… I will let only one of you to live”

“eh…?”

“o..one?” Shiki terkejut dan tidak percaya apa yang di dengar nya.

“not just today, but I will gave you seven days… to talk anyone and your-selves on “who shall live”

“tu…tunggu sebentar!! Siapa kamu!! Dan apa yang kamu maksud!!” teriak perempuan itu seraya membawa tas perempuan di tangan nya.

“by that day… your entire life will be started.”

“be sure that you do not… leave the other`s side”

Setelah mendengar ucapan itu, mata Shiki melihat cahaya yang sangat terang sehingga membuat mata mereka berdua tertutup. Sesaat Shiki membuka mata nya.

“…”

“a..aapa?”

“ini… taman?” lanjut Shiki setelah melihat – lihat keadaan sekitar.

“sepertinya begitu.”

Shiki dan perempuan itu saling melihat satu dengan lain nya.

“hanya saja… siapa itu? God?”

“itu pertanyaan bodoh…”

“tapi… ya… meskipun aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi, tetapi sepertinya kita hidup” lanjut perempuan itu seraya melihat kondisi tubuhnya.

“apa pun itu, aku sibuk.” Tambahnya seraya berjalan meninggalkan Shiki. Saat perempuan itu berjalan tidak jauh dari Shiki, mereka berdua terjatuh dan memegang jantung mereka.

“aaawww!! Apa ini?!!”

“jantungku…” Shiki merangkak mendekat ke perempuan itu.

“be sure that you do not leave the other`s side.”  Shiki terkejut setelah mengingat kata – kata itu.

“sakitnya.. berhenti?” tanya perempuan itu seraya melepas tangan nya dari dada nya.

“jadi… mungkin aku mengerti…”

“eh?! Apa? Apa yang kamu maksud?” tanya balik perempuan itu terkejut.

“saat pertama kali kita di tempat itu, dia mengatakan, “hidup barumu akan segera dimulai” dan kita telah menjadi satu…” “jadi kita tidak boleh terpisah…”

“apa…”

“jadi… kamu percaya setelah tujuh hari akan ada yang mati di antara kita…?” tanya perempuan itu seraya melihat Shiki yang terduduk dengan tatapan kosong.

“sepertinya… begitu…” jawab Shiki tidak membalas tatapan perempuan itu.

“jangan bercanda!! Aku memiliki banyak hal yang harus aku lakukan dan selesaikan!! Jadi, cepatlah kamu mati!!”

“kheh?! Demikian denganku!! Aku juga memiliki banyak hal yang harus aku selesaikan!!”

“ayo mati!! Cepat mati!!” perempuan itu memukul mukul Shiki dengan tas kecil yang berada di tangan nya.

“aw aw..” desah Shiki kesakitan seraya memegang kepalanya saat di pukul perempuan itu.

“ow…”

“ke… kenapa?”

“sepertinya aku merasa sakit di kepala setelah aku memukulmu…” perempuan itu mengusap usap kepalanya.

“mari mencari kesimpulan tentang apa yang dia katakan tentang “share everything” “

“eh? Jadi kamu beranggapan kalau kita merasakan hal yang sama?” perempuan itu terkejut mendengar ucapan Shiki.

“mungkin saja… bisa jadi ini membuat kita untuk tidak membunuh satu dengan lain nya.” Jawab Shiki seraya meletak kan kepalanya ke telapak tangan yang berpacu dengan kakinya.

“eh~~! Jad..jadi aku tidak bisa membunuhmu!!?”

“kamu perempuan seperti apa yang akan melakukan hal bahaya seperti itu?!!”

“sepertinya aku dapat menyimpulkan sesuatu…”

“apa itu?”

“yeah… tampak sepertinya emosi dan perasaan kita terbagi…”

“eww~~ itu menakutkan!! Mati saja kamu!!” teriak perempuan itu seraya menutupi bagian tubuhnya.

“hell!! Aku juga tidak menginginkan ini!! Bisakah kamu tidak mengatakan ingin aku mati?!”

“…”

“well… siapa nama mu”

“eh? Shiki Nakama”

“aku, Yuuki Saotome… detik ini juga, aku berad di perlindunganmu.” Ujar Yuuki dengan tatapan polos saat melirik Shiki di belakang nya.

=====***=====

“jadi… kamu pelukis pemula?... gambar ini, bukanya kamu yang membuat? Benarkan?”

“ya… semua yang ada disini…” jawab Shiki saat Yuuki melihat gambar – gambar di kamar nya.

“sepertinya aku tidak tertarik dengan gambarmu.”

“aku tidak perlu mendengar itu kan?”

“hm… anyways.. apa alasanmu ingin datang ke tempat seperti ini? Dua orang berada dalam satu apartement itu terlihat aneh.” Tanya Shiki seraya duduk di ranjang nya.

“hm… aku memiliki keluarga di rumahku”

“oh, jadi itu masalah nya.”

“karena ini libur musim panas, aku mendapatkan telefon dari orang tuaku kalau keluargaku ada acara dengan teman ayahku untuk beberapa hari atau minggu.” Lanjut Yuuki melihat lukisan itu dengan tatapan aneh.

“this is… guilt?” batin Shiki melihat raut muka Yuuki.

“kamu bohong.”

“kheh?... you know!! Can you not read every little thing that I feel? This is sexual harassment!!” bentak Yuuki seraya memajukan badanya dan melihat ke bawah.

“even if you just say that… I just can`t…”

“oh… aku tau…”

“bagaimana dengan ini? Apa yang akan kamu lakukan?!!” Yuuki meraba – raba dada nya dengan senyum jahat.

“eh? Apa ini!! Wait..!!” Shiki terkejut saat tanganya juga melakukan hal yang sama dengan apa yang di lakukan Yuuki.

“hahaha.. jadi seperti itu..” Yuuki tertawa lepas saat melihat perilaku Shiki.

“hentikan itu bodoh!!”

“he? Masih memiliki perilaku seperti itu?..”

“?”

“well.. apa yang terjadi jika…”

“… aku melakukan hal ini…” Yuuki membuka resliting celana nya dan memasukan jemarinya.

“hentikan itu!!”

setelah kejadian itu, mulai sekarang kehidupan baruku telah dimulai dengan perempuan ini…

=====***=====

“mmm…”

“mau pergi kemana kamu?” tanya Yuuki mengintip di balik selimutnya.

“well.. Nampak cuaca di luar indah, aku akan pergi dan menlukis sesuatu…” jawab Shiki seraya membetulkan sepatu nya.

“I see… be careful then..” Yuuki menutup kembali selimutnya.

“yea~ Yuuki, diam di sini  okay?” jawab Shiki seraya berjalan menuju pintu.

“oooowwww!!” Yuuki melengkuk kan tubuhnya seraya menahan sakit di badan nya.

“i`m gonna dieee!!” teriak Shiki merasakan hal yang sama dengan Yuuki.

“aku lupa, kita tidak boleh berpisah kan?”

“ri---ght…” jawab Yuuki setelah Shiki merangkak ke tempat ranjang.

“mau kah… kamu ikut denganku?”

“eh? Baiklah tetapi setelah itu bisa kah kita pergi belanja?”

“eh?”

=====***=====

“…” Nampak terlihat jelas muka Yuuki yang bosan melihat Shiki terus melukis.

“apa kamu tidak merasa lelah melakukan hal itu? Itu Nampak melelahkan melihatmu serius begitu..”

“he? Tidak juga…”

“oh!  Bisa kah aku melihat hasil pekerjaan mu itu?”

“hmmm..”

“huh? Aku pikir apa ini… dia terlihat kesusahan namun sepertinya dia menikamti nya… dia melakukan nya dengan serius, namun dia Nampak senang… ah! Aku tau… ini apa yang Shiki rasakan saat dia melukis..” batin Yuuki seraya melihat Shiki di samping nya dan anging menyapu rambutnya.

“kamu benar – benar menyukai melukis huh?” tanya Yuuki dengan senyum kecil.

“yep”

“jadi… apa yang membuatmu senang melukis?”

“jika kamu bertanya seperti itu, aku tidak tahu sejak kapan dan kenapa aku menyukainya… tetapi ini terlihat menyenangkan, jadi telah aku putuskan untuk menjadi pelukis dan masuk ke universitas khusus seni di Tokyo”

“hhhmmm..”

“Yuuki, kamu juga ingin sesuatu bukan?

“aku?”

“ayo katakanlah…” ujar Shiki terus melanjutkan lukisan nya.

“aku ingin menjadi artis, tetapi aku ingin juga melakukan hal yang menyenangkan di sekolah… dan aku ingin melakukan perjalanan keliling dunia. Banyak hal yang menyenangkan sehingga tidak dapat aku putuskan.. karena itu menyenangkan…”

Shiki melirik ke arah Yuuki yang memandangi pancuran air di tengah taman. ”what is this?... guilt again?” batin Shiki melihat muka Yuuki yang Nampak sedih.

“kenapa?”

“eh? Ti.. tidak ada apa – apa…” jawab Shiki yang terkejut saat dia memandangi Yuuki.

“Tidak… ini hanya perasaanku saja… tidak ada yang harus dia sembunyikan dariku…”

=====***=====

“…”

“geezh.. ayolah, ada apa denganmu? Aku tida bisa fokus dengan masakan ini jika kamu terus memandangi ku dari situ…” ucap Yuuki setelah memotong – motong lobak dan memalingkan tubuhnya melihat Shiki di belakang nya.

“so..sorry…”

“ini hanya… pertama kalinya ada perempuan yang datang ke kamarku dan memasak kan nya untuk ku…”

“eh?... kamu tidak memiliki kekasih?..”

“well… kami baru saja putus… satu minggu yang lalu…” jawab Shiki sedikit gugup.

“ok! I get it. You are lying.”

“…”

“well, mari makan ini selagi hangat…” ajak Yuuki setelah meletak kan makanan di meja Shiki.

“woa… ini menakjubkan… aku tidak percaya ini semua yang kamu buat..”

“oh, well… masakan barat dan latin adalah ke ahlianku…” jawab Yuuki seraya menalikan rambut panjang nya.

“is that so… mungkin ini akan terasa tidak enak…” Shiki memakan salah satu masakan yang di buat Yuuki.

“so?”

“well.. um… ini normal dan enak…”  Shiki mencoba menjaga image nya dengan muka normal. Yuuki tersenyum lepas dengan melihat Shiki mengatakan itu.

“jadi.. seenak itu kah?” ledek Yuuko

“jika kamu tau jangan di tanya!!”

“um… kenapa? Saat kamu di puji, kamu terlihat senang?”

“eh?”

“pujian tidak buruk bukan…?”

“dan lagi… kita duduk berdua seperti ini, kita seperti sepasang kekasih bukan?”

“eh?”

“haha… muka mu memerah…”

“You… this is sexual harassment!!

“it can`t be helped. Now, I will found out either way”

“damn…”

“If our stimulation are shared so we don`t kill each other… then… what the reason did God have for us to shared our emotions as well…”

“kenapa?” tanya Yuuki melihat Shiki menatap dirinya penuh arti.

“um… tida.. tidak ada…”

“yakin?”

“yea…”

Meskipun kami saling bertanya siapa yang akan hidup setelah tujuh hari… tidak satu orang pun dari kami menemukan jawaban nya.

“ayo lah cepat… jangan buang – buang waktu…” pinta Yuuki dengan topi yang menutupinya dari terik matahari.

“tunggu… mau kemana kita… jangan terpisah terlalu jauh!!”

“aku akan bertemu temanku, dia perempuan… kamu pasti akan menyukai nya…”

“kamu hanya bercanda bukan…” tatapan Shiki menjadi sepi mendengar ucapan Yuuki itu.

“hahaha… mukamu memerah lagi…”

“ini karena panas bodoh!!”

Tetapi, sesuatu yang terpenting setelah menjalani beberapa hari terakhir bersamanya adalah…

“bukanya itu salah? Semua bentuk yang kamu lukis itu salah…” kritik Yuuki menunjukan sesuatu di lukisan Shiki.

“bersabar lah, ini belum sempurna.. dengan sedikit goresan dan sedikit penyempurnaan ini akan tampak seperti aslinya…”

Semua waktu yang aku lalui dengan Yuuki itu menyenang kan…

“kenapa?” tanya Yuuki dengan muka normal.

“eh?” Shiki membalik kan kepalanya dan berpura – pura menggores sesuatu.

Aku yakin kalau aku telah menemukan sesuatu… meskipun dalam kondisi seperti ini… I have fallen in love with her…

“eh? me model?”

“iya, jika kamu tidak keberatan, kamu pasti juga ingin melihat tubuhmu di kanvas..”

“aku sih mau saja, tetapi kenapa tiba – tiba?”

“well.. aku tertarik ingin menggambar sesuatu yang hidup”

“besok adalah hari ke tujuh… mungkin aku bisa menyelesaikan lukisan ini…” lanjut Shiki dengan raut muka sedih.

Is the most important to me, than I can for her sake…

“berharap kamu bisa melukisku telanjang?” tanya Yuuki ragu seraya membersihkan piring.

“bodoh! Tentu saja kamu dapat menggenakan pakaian.”

I wouldn`t my dying…

=====***=====

 “ah… Shiki.. aku bosan…” keluh Yuuki saat duduk di ranjang seraya memain – mainkan kakinya yang tidak nepak di lantai.

“hei, jangan banyak bergerak…”

“tapi aku lelaah~”

“…”

“jadi kamu ingin aku gambar dengan muka acak – acak kan?”

“aku tidak ingin…” jawab Yuuki dengan muka muram.

“… hey Shiki…”

“apa sekarang?”

“hanya mungkin… apa kamu suka denganku?” Yuuki menatap Shiki dengan tatapan tajam dan serius.

Shiki terkejut saat mendengar pertanyaaan Yuuki itu.

“a..aku tau kamu sudah tau jawaban nya, bukan?”

“aah.. ayolah… beri tau saja…” kesal Yuuki seraya menggembungkan pipi kirinya.

“what!?”

“aku hanya ingin mendengarnya… jika tidak, aku tidak ingin menjadi model mu lagi~”

“… … I… I love you…” muka Shiki memerah setelah mengatakan itu.

“hmmph… me too…” jawab Yuuko dengan muka yang begitu ceria dan senyum indah.

“i.. I know.. she`s like an angel!” muka Shiki makin memerah setelah mengetahui jawaban Yuuki.

=====***=====

Yuuki mengintip ke adaan luar dari selimutnya dan melihat Shiki yang tertidur di tempat saat melukis diri nya dengan posisi duduk.

“geez… kamu bisa demam karena tidur di sini…” resah Yuuki seraya berjalan menghampiri Shiki yang telah tertidur lelap.

Yuuki memandangi Shiki dan melihat lukisan di depan nya. “looks like… you finished the picture…” ucap Yuuki seraya melihat ke adaan sekitar Shiki yang berantakan dengan kanvas dan cat. Yuuki terdiam.

“arigatou, Shiki – kun” Yuuki mengecup pipi kanan Shiki.

“ make sure that your dream comes true” lanjut Yuuki dengan mata tertutup serta senyum bebas di raut wajahnya dan air mata yang menggenang di salah satu mata nya.

=====***=====

“Yuuki!!” panggil Shiki terbangun setelah pagi menggantikan bulan.

“eh?.. apa ini? Kemana dia pergi? Kamar mandi?” lanjut Shiki melihat selimut yang berada di kakinya dan Yuuki tidak ada di ranjang.

“hey, sebaiknya kamu tidak pergi terlalu jauh… atau kamu akan mati, Yuuki…”

“eh?” mata Shiki tertuju kepada sepucuk surat putih yang terletak tidak jauh dari meja tempat biasa mereka makan bersama.

“apa ini? Surat?” tanya Shiki saat membuka dan mengetahui isi amplop itu.

To: Shiki

If you are reading this letter then I am probably not here anymore…

“wha..”

Because I asked to god to give all of my soul to Shiki. But I don`t regret it. Originally I was sick, I have a body that only has half of year left to live.

“I see… that’s why she is feeling guilty that time”

But just for one time I want to live with the person that I love. As long as that dream I wasn`t fulfilled I really didn`t want to die… with that thought the day I ran away from the hospital was the day that I began living with you. From the beginning that I hated our body and hearts were connected but it wouldn`t be helped. But if I think about it know.

I have the feeling that god gave me this as a present just before I died. But because I was connected with Shiki heart. For just one week I was able to get a lifetime amount love. I was able to feel a lifetime amount happiness.

“Yuuki” Shiki mengingat saat mereka bercanda bersama dan melukis di taman. Shiki mulai mengeramkan giginya dan menahan air yang mulai menetes ke tangan nya.

Even though I am already gone, it isn`t like I have disappeared… inside your picture… inside your dream. From now on I can live forever and ever.

So… don`t cry too much.  Yuuki Saotome

“idiot… who`s crying…” Shiki mengingat senyum Yuuki dan mulai mengusap matanya dengan tangan nya.

If I can drawn like this.

Shiki memasuki universitas yang mengadakan lomba melukis nasional. I can feel Yuuki sometimes…

“Prize is Shiki Nakama!” terdapat sebuah penghargaan di lukisan Shiki yang melukiskan muka Yuuki dengan senyum bebas tanpa beban dan sangat senang.

they both can aim for the same dream and we can advance one step at a time for our dream.

~ Fin. ~

Sabtu, 23 Juli 2011

One-shot

Sekali tembak. Hanya 1 kesempatan.

Sisanya, tergantung hasil. Entah berniat lanjut atau tidak.

Saya tau, memulai cerita itu gampang.
Dan orang mulai bosan di tengah2.
Akhirnya stop tanpa ending.

Entah itu writer's block, yang saya pun, meskipun baru memulai, juga sudah mulai mengalami, lol. Atau mungkin karena otak kita pikiran bisa kabur ke mana2, diantaranya ide2 buat fict baru.

Menurut senior saya yang di Uni, kebanyakan teman kakak saya, ini bisa dibandingkan dengan otaku2 biasa yang ambil JP course di Uni.
Mereka ambil JP course, biasanya sebagai sampingan.
Tahun ke 2, yang ikut paling hanya setengah yang tahun lalu ada.
Tahun ke 3, hanya 1/4 tersisa.

Anda bisa liat apa yang saya ingin katakan?
Inilah proses 'weed-out'. Anda akan tau yang mana punya dedikasi, dan mana yang tidak.
Keras, tapi nyata.

Jadi, saya pikir, mungkin kita bisa belajar dari one-shooting.
Meskipun hanya 1 chapter, justru itu menantang anda.
Anda bikin sekian banyak konsep, hanya untuk 1 chapter yang kelanjutannya belum anda ketahui.

Mungkin terasa 'wimpy' untuk menggunakan one-shot, melihat reaksi dan berpikir lanjut atau tidak dari sana.
Anda mungkin kesal melihat producer Tales bilang "Kita mungkin akan bawa Xillia, kalau fans mau. Blah blah blah"
Tapi mau gak mau, itu bukan cara yang tidak lazim. Shonen Jump juga pakai cara seperti itu (berdasarkan Bakuman).

Tapi setelah menulis one-shot, ya, setelah menulis/mengetik semua teksnya di komputer, anda baru mengerti kalau itu boring atau tidak.
Kalau boring, sebaiknya jangan dipost, saya tidak suka melihat anda ngepost sebuah fict yang anda sepertinya tidak berniat untuk buat.
Kalau anda tertarik, lanjutkan!

Amannya one-shot, anda bisa langsung tulis, dan anggap selesai.
Misalkan kamu bilang fict kamu bakalan punya x chapter, dan akhirnya kamu berhenti di tengah2, kamu akan mengecewakan fans kamu, sedikit apapun jumlahnya.
Selain itu, one-shot juga bisa dipakai untuk sebuah konsep yang sebaiknya tidak panjang2 sekali, ataupun yang hanya cocok untuk 50 page chapter (Chapter 1 setiap manga yang kamu liat di SJ sebanyak itu).
Mungkin saya salah untuk bandingkan manga bergambar dengan fict yang sepenuhnya tulisan (Atau beberapa gambar diselipkan, kebanyakan hanya gambar karakter).
Ada pepatah "One picture can describe a thousand words" atau semacam.
Tapi, mungkin ini perbandingan yang cukup dekat.

Btw, saya sempat berdiskusi sementara dengan salah satu penulis baru blog ini selain saya, yaitu Ciel.
Saya menanyai apa yang akan dia buat ke blog ini. Tentunya fict.
Saya bilang mungkin OS lebih baik, supaya dia tidak keteteran dengan 2 fict sekaligus.
Dan dia bilang, tidak apa2 manage 2 sekaligus, toh kadang juga kamu bisa bosen dengan hanya 1 fict.

Saya yakin dia cukup kuat.
Kalau saya yang masih newbie, mungkin tidak.
Jadi, saya akan coba buat 1 OS :3
Entah kapan saya akan buat, saya tidak akan buat janji.
Tapi minimal, mudah2an saya bisa ada 1 sebelum September :)

Anda juga ingin? Tentu akan menarik untuk kita semua lihat :)
Mohon maaf sebesar2nya jika ada kesalahan...

SkyLark Chapter 1 - An Angel's Ambition

Chapter Name : An Angel's Ambition

Setelah menyegarkan tubuhnya melalui mandi yang refreshing, Akane mulai mengenakan pakaiannya. Sebuah baju putih dengan 4 kancingan hitam, berkerah, panjangnya mencapai siku dan turun menjuru dengan bebas seolah-olah dipakai satu set dengan rok pendek. Sampai sekitar 1-2 cm di atas kedua siku, dikenakan glove putih yang ujung-ujungnya menajam, seperti pensil tajam hasil serutan dan berwarna oranye, seperti sekuntum bunga matahari yang mekar.

Begitupun dengan pakaian kakinya, dia mengenakan kaos kaki yang hampir persis mirip dengan glove yang digunakan di tangan-tangannya. Yang ini, panjangnya mencapai 1 cm di atas lutut. Sementara itu, dia hanya menggunakan celana pendek dengan kantong-kantong yang cukup besar, segitu pendeknya sampai panjangnya hanya sekitar 1-2 inci menuju lutut.

Usai menata dirinya sendiri dan mengancingi kancing terakhirnya, dia mengenakan kalung yang diberikan ayahnya 13 tahun lalu... sebelum 1 bulan setelahnya, beliau meninggal dunia. Secara resminya, dia mengorbankan nyawanya untuk melindungi ratu sebelumnya, Queen Auria yang akhirnya juga mati dari sebuah insiden... dan Akane tidak berpikir lebih dalam lagi. Wajar, kematian seorang ayah sangat menyakitkan bagi keluarganya, apalagi yang saat itu usianya masih belia.

Keluar dari ruangannya, ibunya, mengenakan pakaian sehari-hari sudah menatap Akane dengan penuh perhatian. Di depannya, ada sebuah box yang tidak dibuka sampai sehingga 13 tahun, apa isinya?

"Anakku, kau benar-benar sudah bersiap?" Sebuah pertanyaan yang sangat lurus dari ibunya... Dan hanya ada satu jawaban untuk itu.

"Iya." Dengan jawaban itu, Akane balas menatap mata ibunya. Ini menunjukkan bahwa dia siap, tanpa rasa takut sedikitpun.

"Baiklah. Berarti kamu berhak untuk meneruskan jejak ayahmu." Izune membuka box itu perlahan-lahan. Meskipun debu mulai menempel ke rambutnya yang identik dengan rambut anaknya, mata dia tidak berkedip sekalipun.

"Ambil ini, peninggalan ayahmu. Dan selamat berjuang." Izune melemparkan anaknya 2 buah pedang yang masih disarungi penutupnya. Saat dipegang oleh Akane, entah kenapa kedua pedang itu terasa sangat ringan. Berkarat saja tidak.

"Ini adalah Yoshitsune, pedang yang diberikan langsung oleh almarhum Queen Auria yang ayah kamu, Shigenori gunakan sebelum dia juga menjadi almarhum." Saat mengatakan itu, Izune mulai menahan air matanya.

"Aku akan gunakan pedang-pedang ini dengan baik, supaya ayah yang di Atas sana bisa senang... Tapi bu, aku bukannya tidak menghormati ayah. Tapi, aku tidak akan meneruskan jejak ayah... Karena aku akan membuat jejakku sendiri!" Matanya binar-binar, bukan karena nostalgia, tapi karena ambisinya yang meluap.

"Kalau begitu, buktikan bahwa kamu bisa membuat jejakmu sendiri!" Tidak marah, tapi, ibunya justru merasa terhibur. Justru karena senang anaknya bisa tumbuh sehebat ini, ia jadi ingin menguji anaknya.

Akane hanya mengangguk. Dan setelah beberapa waktu, keduanya keluar ke lapangan bebas yang cukup luas. Cocok untuk latihan sparring.

"Nah, kamu sudah melewati acara Coming of Age, bukan? Kalau begitu, segera keluarkan sayapmu!" Ibunya memperagakan caranya bagaimana. Mudah sekali, hanya berpikir, dan sayapnya keluar.

"Begini? Soalnya sampai setahun ini belum pernah buka, sih." Menatap ke langit, dan matanya terpejam, Akane pun bisa mengepakkan sayapnya dengan sempurna. Sayapnya yang putih seputih langit agak kontras dengan sayap ibunya yang agak kemerahan. Bisa dibilang, agak merah derah atau 'crimson'.

Keduanya mulai terbang di tempat, mengumpulkan supaya dapat merasakan angin. Dan keduanya mulai saling mengitari, mencari celah untuk menyerang.

"Kamu tau, sebenarnya ibu sudah sangat menunggu harinya kamu bilang itu. Itu menunjukkan bahwa kamu punya mimpimu sendiri. Tidak kusangka, hari itu datang begitu cepatnya." Izune mulai menatap ke bawah, sambil tangan kanannya berpegang kepada rapier yang masih disarungi di pinggang kirinya.

"Ibu..." Akane melamun, konsentrasinya mulai lepas, meskipun kedua tangannya sudah berpegang erat kepada dua pedangnya yang memberikan cahaya dari mata pedangnya. Dan tiba-tiba, Izune mulai menikam dengan menusuk badannya, Akane beruntung mampu menangkis dengan pedang yang di tangan kanannya dengan reflek.

"Meskipun apa yang ibu tadi bilang itu serius, tidak ada waktu untuk melamun di sebuah pertandingan!" Kata-kata itu langsung masuk kedalam hati Akane. Dia tau, yang melamun akan mati muda. Dan belum saatnya untuk dia mati segitu cepat.

"Baiklah, kalau begitu... Aku juga akan konsentrasi penuh!" Matanya Akane langsung terbuka penuh, fokusnya hanya tertuju ke ritmik pergerakan ibunya. Serangan-serangan Izune, meskipun cepat dan menusuk, semuanya mampu ditangkis dengan baik dengan menghitung ritmiknya. Kapan waktunya menentukan tangan mana yang menangkis.

Dan akhirnya, Akane mulai memutar sambil terbang makin ke atas. Rencananya, dia akan melakukan sebuah dash dan menukik Izune dari tepat di atasnya. Seharusnya akan berhasil, karena matahari mampu menghalang pandangan.

Rencananya berhasil... sebelum saat siap menyerang, Izune tiba-tiba lenyap dari pandangan, entah kemana. "Apa?" Akane heran, dia mencari ke semua arah, dan ibunya tetap tidak terlihat.

Dan saat itu, ia mulai lengah, dan... "Phantom Blink!" Izune muncul dari arah matahari yang baru terbit dan langsung muncul untuk menyerang. Kali ini, ada sebuah perbedaan dalam caranya memegang Rapier dia. Hebat juga dia mampu memegang sebuah pedang sepanjang 1m seperti sebuah Dagger (pisau belati). Dalam sekejap, secara horizontal Rapiernya sudah didepan leher Akane yang belum sempat menghindari.

"Akane, apa motto yang ayah ajari?" Izune menanya dengan penasaran, tanpa menghiraukan kumpulan penonton yang sudah datang. Mereka... dianggap sedang berlatih untuk sebuah pertunjukkan.

"Move with your mind..."

"In order to move with your body! Itulah rahasia jurus Phantom Blink ini!" Setelah Izune berkata, Akane pun juga tidak terlihat. Berarti, dia sudah berhasil meniru gerakannya. Dengan hanya sekali dipraktekkan, malah. Dan sekarang, keadaan telah berbalik. Izune pun merasakan cahaya yang dibentangkan pedang besi 55 cm yang seperti Katana, tapi tidak berkurva sedikitpun seperti pedang-pedang Eropa yang sekarang digunakan Akane itu.

"Aku kalah. Hebat sekali, kamu mampu belajar begini cepatnya." Izune mengaku kekalahan, meskipun sebenarnya masih jauh. Tapi biarlah, anda tidak akan bisa selesai belajar semuanya dalam satu hari.

"Sebenarnya belum, kan?" Akane menjawab dengan tersenyum, sambil memutar-mutarkan kedua pedangnya sebelum dimasukkan kembali kedalam sarungnya masing-masing.

"Belum, sebelum kamu kembali lagi. Dan jika saat itu datang, kamu pasti sudah berkembang menjadi anak yang baik." Dalam ekspresi wajahnya, hanya terlihat keyakinan bahwa anaknya bisa berkembang.

"Pasti. Aku akan kembali." Mendengar kata itu, ibunya mengelus-elus kepalanya. Melihat adegan itu, para penonton pun ikut terharu. Sebuah drama sedang terjadi di bentangan langit yang mereka lihat. Dan angin pun berhembus dengan sepoi-an pagi, seolah ikut menjawab.

"Baiklah kalau begitu. Selamat jalan, Akane, kejarlah mimpimu!" Perlahan-lahan, ibunya menutup sayapnya kembali, dan semakin lama, bayangan seseorang makin menjauh. Itulah bayangan seseorang yang akan merubah dunia ini. Melewati bangunan-bangunan berlantai 2 sampai 3 serta gumpalan-gumpalan awan, bayangan itu tidak pernah sekalipun menatap kembali, sampai akhirnya hilang dari pandangan.

Trivia - "Move with your mind, in order to move with your body." Berasal dari sekolah Yagyu Shinkage-ryu (Yagyu New Shadow School).

Next Chapter - The Romantic Lone Wolf

Sky : Sepertinya saya cukup kurang dalam battle description... Apa karena saya mungkin lebih cocok dalam novel writing? Apa saat ini plotnya berjalan terlalu lambat? Maaf kalau begitu, soalnya saya masih nubi (__)