Prologue : Dreams of an Illusion
Suatu ketika, terceritakanlah sebuah dunia dimana langit pun juga bisa dihuni. Nama dunia itu adalah Exia. Para manusia yang di langit memiliki kelebihan besar dibandingkan manusia darat, yaitu sayap yang mensimbolisasikan nama 'ras' mereka, yaitu 'Angels'.
Sementara itu, para manusia darat, dipanggil 'Earthlings', juga tidak ingin kalah. Mereka memiliki teknologi yang kuat nan modern. Jika dibandingkan dengan jaman di bumi, teknologi mereka setara dengan teknologi jaman Perang Dunia II.
Entah mulai sejak kapan dan dari leluhur siapa, para Angels dan Earthlings hidup bersama2 dalam kedamaian dan ketentraman. Akan tetapi, dunia tanpa perang akan menjadi seperti sebuah mimpi belaka. Para Earthlings telah berhasil menciptakan sistem lokomotif. Meskipun sangat menguntungkan bagi kaum mereka sendiri, tetapi lingkungan makhluk hidup lain, termasuk lingkungan angkasa Angels menjadi terancam.
Usul-usul diplomatik para Angels supaya para Earthlings berhenti menggunakan teknologi itu berakhir dengan sia-sia. Bahkan, terakhir kalinya, utusan dari kaum Angels pergi tanpa kembali. Alias, dibunuh.
Bagi mereka, ini sebuah pernyataan perang. Dan akhirnya, kedua belah pihak saling mengumpulkan pasukan untuk bersiap-siap. Lalu...
Exia Domini (E.D.) 743
Di sebuah ruangan meeting, ada sekitar 20 orang berdiskusi mengenai masalah perang ini dengan sang ratu, Queen Catherine sebagai pemimpin sidang. Perundingan berjalan dengan sangat alot, karena perbedaan pendapat antara yang optimis dan yang pesimis.
Tidak ada salah untuk menjadi pesimis, karena dalam pertarungan pertama, Battalion 15 yang dianggap sebagai battalion terhebat militer Angels, dengan codename "Omega" kalah telak melawan teknologi canggih Earthlings.
Queen Catherine adalah seorang ratu yang terkenal cantik, baik, dan mendengarkan amanah rakyat. Satu kata dari dia dianggap sebagai amanat seorang dewi. Rambut merahnya yang panjangnya sampai ke bagian bawah pinggang dan anting salib yang dia kenakan hanya sedikit dari daya tarik dia. Selain itu, umur 35 juga masih cukup muda untuk seorang ratu. Mengenakan baju ala Victorian, ia siap mendengarkan berbagai pendapat.
Tetapi...
"Battalion Omega yang kalian banggakan langsung hancur dalam pertarungan pertama! Bagaimana kalian bisa kalahkan teknologi Earthlings yang maju? Bagaimana?"
"Dan kamu bilang kita tidak punya battalion lain selain Battalion 15? Kita masih punya 25 battalion yang lain! -"
"Maksudmu, kita bisa jalani perang yang hanya akan memalukan harga diri kemiliteran kami? Mohon anda lihat perbedaan teknologi antara kita dan mereka. Sebuah panah butuh orang yang mampu supaya efektif. Tapi, sebuah rifle, ditembak oleh orang dewasa ataupun seorang anak kecil, hasilnya sama. Dalam kata lain, cara kita kurang efisien."
"Maksudmu kita harus mengikuti mereka? TIDAK AKAN!!!"
"Mengapa tidak? Kita harus beradap-"
"Order!" Queen Catherine pun tidak sanggup untuk menahan amarahnya melihat sebuah perundingan yang sepertinya menjadi ajang paduan suara. Mendengar sepatah kata dari sang ratu, dalam sekejap semuanya diam. Ruang sidang bahkan sempat terasa seperti kuburan... Semuanya menunggu keputusan sang ratu.
"Saya sudah mendengar cukup, kita akan beradaptasi dengan teknologi mereka! Untuk sementara, kita akan jaga kekuatan kita terlebih dahulu. Para Earthlings saat ini masih belum mampu menyerang teritorial kami sejak penutupan jembatan Bifrost."
"Your wish is my command!" Para pendebat yang semula saling ngotot satu sama lain bisa menuruti perintah ratu bersama-sama. Pintu keluar dibuka, dan semuanya, kecuali ratu dan pengawalnya, berdiri dari bangkunya masing-masing dan turun dengan disiplin.
Dan akhirnya, hanya sang ratu dan pengawalnya, Gaston, sang pemimpin dari Vorspiel, sebuah grup pasukan best-of-the-best yang ditugaskan hanya untuk melindungi sang ratu yang tersisa.
"Kita harus buru-buru, waktu kita terbatas." Sang ratu memperingatkan Gaston.
Pria yang bernama lengkap Gaston Valdes ini heran dengan perkataan sang ratu. Tapi, bagi dia, apapun perintahnya akan dijalankan sepenuh hati. Karena, sejak dia menjadi pemimpin Vorspiel 13 tahun silam, hanya ada satu perintah.
Yaitu, lindungilah sang ratu.
Rasa ingin tahunya membujuk dia untuk menanyai alasan Queen Catherine merasa harus buru-buru. Apa mungkin karena faktor umur dia mulai sulit memprediksikan situasi jangka panjang? Begitu pun, dia siap, apapun jawabannya.
"Karena kita tidak boleh kalah. Itu saja." Sang ratu menjawab dengan santai. Tatapannya yang penuh dengan keyakinan hanya memperkuat jawaban barusan.
"Baik! Your wish is my command!" Setelah itu, Gaston meninggalkan ruangan rapat. Suara besi dari sepatu yang menutup hingga seluruh kaki hanya bertambah keras karena pantulan suara sampai pintunya tertutup.
"Tiga tahun lagi ya..." Queen Catherine bergumam, sambil menatap langit yang cerah. Apa yang sebenarnya sedang dia pikirkan?
... Dan 3 tahun pun berlalu tanpa ada pertarungan. Pasukan militer Angels juga sempat diejek karena dianggap penakut. Apalagi, karena adanya polusi yang makin lama makin menjadi masalah. Tapi, semua masalah bisa teratasi karena Queen Catherine pintar berbicara dan pandai mengatasinya. Tapi, saat ini, kedamaian memang seperti sebuah ilusi.
Seperti yang sang ratu sudah duga, para manusia dapat mencari cara untuk akhirnya menyerang ras Angels. Sekarang peperangan sudah tidak terlalu berat sebelah. Dan yang membuat itu terjadi... adalah teknologi pesawat dan Jetpack. Dan akhirnya, mereka pun juga memiliki 'sayap'. Tapi, para Angels pun bukannya tidak bersiap sama sekali.
Sementara itu...
Di sebuah rumah biasa, tidak mewah, tidak angker. Sepoi-sepoi angin menghiasi fajar sambil melihat indahnya pemandangan matahari terbit. Di ruangan pribadi yang luasnya pas-pas an saja, kita dapat melihat seorang perempuan dengan rambut silver dengan poni rata sampai ke alis mata, berjambang hingga ke leher dan panjangnya mencapai dada. Tepat diatas jidatnya, ada sebuah bando kecil dengan bunga di kedua ujungnya. Mengikuti angin, antingnya yang berbentuk bulan sabit nya juga ikut berhembus. Saat matanya yang biru kemerlap tertutupi rambut karena angin, ia tersenyum dan menatapi langit yang luas lewat jendelanya. Seperti kata seseorang, seorang perempuan memang paling manis saat tersenyum.
Dan saat itu juga, pintu kamarnya mulai terbuka, perlahan tapi pasti.
"Sudah 1 tahun sejak acara Coming of Age ya, Akane." Perempuan berumur 16 tahun itu kaget saat mendengar suara ibunya. Pen yang dia pegang untuk menulis sebuah surat nyaris terlepas dari tangannya.
"Iya bu, ini sudah saatnya. Umurku sudah pas." Akane yang masih mengenakan piyama segera bergegas ke kamar mandi, dan berhenti sebelum membuka pintu kamar mandi saat ibunya, Izune Minamoto, mengganggu dia sekali lagi.
"Menulis surat ya... Untuk Rei-chan kah?" Sebuah rasa penasaran menyelimuti ibunya yang masih muda dan cantik.
"I-iya, ja-jangan liat isinya ya." Akane menjawab dengan malu-malu. Padahal...
"Ah, tidak apa-apa, ibu tidak akan isinya kok. Karena, aku sudah tau apa yang akan kamu tulis."
Menjawab pernyataan itu, Akane hanya tersenyum sebelum mengunci pintu kamar mandinya. Di kamar mandi, cermin yang anda gunakan untuk menatap wajah anda sendiri saat menggosok gigi benar-benar menjadi sebuah sumber pemikiran. Saat itu, Akane merenungkan keadaan sekarang.
"Akhirnya aku sudah berumur 16 tahun, dimana saat perang, semuanya harus ikut militer untuk membela kelangsungan hidup ras kami. Tenang saja ayah, aku tidak akan mengecewakanmu. Dan Rei... dia hebat karena dia bisa menjadi murid seorang anggota Vorspiel, ketuanya, bahkan. Dia memang sulit dikejar...
Dan inilah, yang barusan kutulis di surat itu."
Next Chapter : An Angel's Ambition
Sky : Halo kalian semua! Salam kenal, saya sudah menjadi teman Raven dari sebuah komunitas untuk cukup lama. Karena saya juga tertarik mengeluarkan isi pikiran saya, entah dari mimpi atau dari mimpi siang bolong, saya akhirnya minta join disini deh XD. Saya memang masih pemula, dan saya harap saya bisa berkembang, perlahan tapi pasti :). Semoga kalian senang dengan karya kami :) dan kami juga akan senang :)
Salam :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar